Wijayakusuma (bunga): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bukunya thomas sepertinya salah mengidentifikasi spesies, juga ternyata ada referensi facebook fanspagenya thomas, jadi terkesan promosional konten artikel ini
Thersetya2021 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(10 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Italic title}}
{{taxobox
|name = Wijayakusuma
|image = Epiphyllum anguliger1Emma Lindahl.jpg
|image_caption = Photo: Emma Lindahl
|status_system=iucn3.1
|regnum = [[Plantae]]
 
|unranked_divisio = [[Angiospermae]]
|unranked_classis = [[Eudikotil]]
|unranked_ordo = [[Core Eudikotil]]
|ordo = [[Caryophyllales]]
|familia = [[Cactaceae]]
Baris 26 ⟶ 23:
| synonyms_ref = <ref name=":0" /><ref>{{Cite web|url=http://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:77155391-1|title=''Disocactus anguliger'' (Lem.) M.Á.Cruz & S.Arias|website=Plants of the World Online|publisher=Kew Science|access-date=2020-01-01}}</ref>
}}
'''Bunga Wijayakusuma''' atau disebut juga '''Bunga Wiku''' (''Disocactus anguliger'') termasuk jenis [[tanaman]] [[kaktus]] yang berasal dari [[Meksiko|Mexico]]. Tanaman ini dibudidayakan sebagai tanaman hias demikarena bunganya yang harum.
 
Spesies ini sebelumnya ditempatkan dalam genus [[''[[Epiphyllum]]'', tetapi berdasarkan riset molekular terbaru, tumbuhan ini sebenarnya adalah spesies dalam genus ''[[Disocactus]]''.<ref name=":0">{{Cite journal|last1=Cruz|first1=Miguel Ángel|last2=Arias|first2=Salvador|last3=Terrazas|first3=Teresa|date=2016-04-01|title=Molecular phylogeny and taxonomy of the genus ''Disocactus'' (Cactaceae), based on the DNA sequences of six chloroplast markers|url=https://bioone.org/journals/Willdenowia/volume-46/issue-1/wi.46.46112/Molecular-phylogeny-and-taxonomy-of-the-genus-Disocactus-Cactaceae-based/10.3372/wi.46.46112.full|journal=Willdenowia|volume=46|issue=1|pages=145–164|doi=10.3372/wi.46.46112|s2cid=87086656 }}</ref><ref>{{Cite journal|last1=Korotkova|first1=Nadja|last2=Borsch|first2=Thomas|last3=Arias|first3=Salvador|date=2017-11-03|title=A phylogenetic framework for the Hylocereeae (Cactaceae) and implications for the circumscription of the genera|url=https://www.biotaxa.org/Phytotaxa/article/view/phytotaxa.327.1.1|journal=Phytotaxa|language=en|volume=327|issue=1|pages=1–46|doi=10.11646/phytotaxa.327.1.1 }}</ref>
 
== Etimologi ==
Wijayakusuma berasal dari dua kata, yakni ''wijaya'' dan ''kusuma''. Dalam [[bahasa Jawa Kuno]], ''wijaya'' berarti kemenangan/keberhasilan dan ''kusuma'' berarti bunga.<ref>P.J. Zoetmulder dan S.O. Robson. ''Kamus Jawa Kuno Indonesia''. (2011:1433)</ref>
 
== Bentuk Tanaman ==
[[Berkas:Wijaya Kusuma (Epiphyllum oxypetalum).jpg|al=|kiri|jmpl|273x273px|Bentuk bunga Wijayakusuma yang sedang mekar.]]
Batangnya terbentuk dari helaian daun yang mengeras dan mengecil yang mana bentuk batang induknya adalah silinder.<ref name="Thomas"/><ref name="Setiawan">Dalimartha, Setiawan (2007).''Atlas Tumbuhan Obat Indonesia''.Jakarta:Puspa Swara. Hal 182 Cet IV</ref> Tinggi batang dapat mencapai 2-3 [[meter]], sedang daunnya berkisar 13–15&nbsp;cm.<ref name="Setiawan"/> Helaian daunnya sendiri berbentuk [[pipih]] serta berwarna [[hijau]] dengan permukaan daun [[halus]] tanpa [[duri]] tidak seperti kaktus-kaktus yang lain.{{cn}} Kemudian setiapSetiap tepian daunnya terdapat lekukan-lekukan yang biasanya ditumbuhi [[tunas]] daun maupun [[bunga]].{{cn}}
 
Adapun diameter bunganya adalah 10&nbsp;cm, berwarna [[putih]] dan hanya mekar dipada [[malam]] [[hari]].<ref name="Setiawan" /> Bentuk buahnya [[bulat]] yang mempunyai warna [[merah]] dan mempunyai [[biji]] yang berwarna [[hitam]].<ref name="Setiawan" /> PembiakkanPembiakan biasanya dilakukan dengan penyetekkanpenyetekan ataupun biji.<ref name="Setiawan" />
 
== Mitologi ==
Dalam mitologi Jawa, tumbuhan ini dianggap pohon sakti dan dapat menghidupkan orang mati.<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wijayakusuma|title=Hasil Pencarian - KBBI Daring|website=kbbi.kemdikbud.go.id|access-date=2018-10-14}}</ref> Kalangan [[masyarakat]] [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]], khususnya [[keraton]], percaya bahwa seorang raja yang akan naik [[tahta]] haruslah memiliki bunga wijayakusuma sebagai syarat untuk kenaikan tahta atau bertahta.<ref name="Bangunjiwa">Bangunjiwa, Ki Juru (200).''Belajar Spiritual bersama The Thinking General''.Yogyakarta:Jogja Bangkit Publisher. Hal 95-96 Cet 1</ref> Dalam [[Pewayangan]] [[Jawa]], Bungabunga ini disebut Sekar Cangkok Wijaya Kusuma / Wijaya Mulya yang sebagaimenjadi pusaka milik titisan [[Dewa Wisnu]] , dari titisannya yang mempunyai Kembangbunga ini adalah Raja [[Dwarawati]] yaitu sang pelestari [[Alamalam]], Prabu Sri [[Batara Kresna]].<ref name="Bangunjiwa" />
 
== Dalam Kesenian ==
Karena peranannya yang cukup signifikan dalam [[kebudayaan Jawa]], bunga wijayakusuma menginspirasi banyak kesenian rupa, khususnya berkaitan dengan ornamen atau ragam hias. Ragam hias berbentuk kuncup bunga wijayakusuma sering kali dipakai untuk menghiasi pucuk atau mahkota atap ( hiasan ujung atap ), hingga hiasan pagar-pagar di Jawa, seperti kantor pemerintahan, [[Keratonkeraton]], sekolah, dll.. Selain itu, terdapat batik bermotif bunga wijayakusuma, yang diangkat sebagai [[batik]] khas dari [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]].<ref>{{Cite news|url=https://infobatik.id/motif-wijaya-kusuma-jadi-icon-batik-khas-cilacap/|title=Motif Wijaya Kusuma Jadi Icon Batik Khas Cilacap|date=2018-02-13|newspaper=Informasi Batik Indonesia|language=id-ID|access-date=2018-10-14|archive-date=2018-10-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20181014173433/https://infobatik.id/motif-wijaya-kusuma-jadi-icon-batik-khas-cilacap/|dead-url=yes}}</ref>
 
[[Berkas:KITLV 5901 - Sem Céphas - Gateway at the stables of the craton at Yogyakarta - Around 1910.tif|jmpl|Ujung-ujung gerbang yang dihiasi dengan ragam hias wijayakusuma.]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}

== Pranala luar ==
* Sastra Jawa: Serat Centhini yang mengisahkan sejarah Mataram, khususnya suatu sejarah tempat—yangtempat - yang dilihat dari Ujung Alang, Gunung Ciwiring oleh Mas Cebolang dan para santrinya dan Ajar Naradhi—bernamaNaradhi - bernama Pulo Bandhung dengan mitologi Kresna yang melabuhkan bunga Wijayakusuma yang selanjutnya menjadi sebuah pulau—sesuaipulau - sesuai dengan gambaran posisinya dan kisahnya di dalam teks tersebut, kemungkinan tempat tersebut sekarang dikenal sebagai pulau Nusakambangan-- http://www.sastra.org/kisah-cerita-dan-kronikal/68-serat-centhini/954-centhini-kamajaya-1986-1988-92-761-jilid-021- {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170331024830/http://www.sastra.org/kisah-cerita-dan-kronikal/68-serat-centhini/954-centhini-kamajaya-1986-1988-92-761-jilid-021- |date=2017-03-31 }}.
{{Taxonbar|from=Q312289}}
 
[[Kategori:Spesies berisiko rendah]]
[[Kategori:Disocactus]]
[[Kategori:Kaktus]]
[[Kategori:Tanaman hias]]