Suku Gayo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k Etnik
 
(12 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
|group = Urang Gayo
|image = [[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret van Gajo bevolking in een dorp bij het meer van Takingeun TMnr 60034981.jpg|350px]]
|caption = Sekelompok orang Gayo di [[Takengon (kota)|Takengon]] tahun 1922
|poptime = 336.856<ref>[http://books.google.co.id/books?id=crKfCgAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false Demography of Indonesia's Ethnicity] page 120</ref>
|popplace = [[Aceh Tengah]], [[Bener Meriah]], [[Gayo Lues]]
Baris 24:
Bahasa Gayo adalah [[bahasa]] yang dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Gayo. Bahasa ini termasuk kelompok bahasa yang disebut "Northwest Sumatra-Barrier Islands" dari rumpun bahasa [[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia.]]
 
Pengaruh dari luar yaitu bahasa di luar bahasa Gayo turut mempengaruhi variasi dialek tersebut. Bahasa Gayo yang ada di Lokop, sedikit berbeda dengan bahasa Gayo yang ada di Gayo Kalul, Gayo Lut, [[Kerajaan Linge|Linge]], dan Gayo Lues. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh bahasa [[Bahasa Aceh|Aceh]] yang lebih dominan di [[Kabupaten Aceh Timur|Aceh Timur]]. Begitu juga halnya dengan Gayo Kalul, di [[Kabupaten Aceh Tamiang|Aceh Tamiang]], sedikit banyak terdapat pengaruh [[Suku Melayu|Melayu]] karena lebih dekat ke [[SumatraSumatera Utara]], Kemudian Gayo Lues lebih dipengaruhi oleh bahasa [[Bahasa Alas-Kluet|Alas]] karena interaksi yang lebih banyak dengan masyarakat [[Suku Alas|Alas]].
 
Dialek pada suku Gayo, menurut M.J. Melalatoa, dialek Gayo Lut terdiri dari subdialek Gayo Lut dan Deret, sedangkan Bukit dan Cik merupakan sub-subdialek. Demikian pula dengan dialek Gayo Lues terdiri dari subdialek Gayo Lues, Gayo-Alas,Gayo Serbejadi. Subdialek Serbejadi sendiri meliputi sub-subdialek Serbejadi, Lokop dan Kalul (1981:53). Sementara Baihaqi Ak., dkk menyebut jumlah dialek bahasa Gayo sesuai dengan persebaran suku Gayo tadi (Gayo Lut, Deret, Gayo Lues, Gayo-Alas, Gayo Lokop/Serbejadi dan Gayo Kalul). Namun demikian, dialek Gayo Lues, Gayo-Alas, Gayo Lut, Gayo Lukup/Serbejadi, Gayo Kalul, dan Gayo Deret dapat dikatakan sama atau amat berdekatan. Di Gayo Lut sendiri terdapat dua dialek yang di sana dinamakan dialek Bukit dan Cik (1981:1).
Baris 32:
== Marga ==
[[Berkas:Pacuan Kuda Tradisional.jpg|jmpl|300px|Pacuan kuda tradisional Gayo.]]
 
Walaupun sebagian besar masyarakat Gayo tidak mencantumkan nama marganya, tetapi sebagian kecil masih ada yang menabalkan atau mencantumkan nama marga-marganya, terutama yang bermukim di wilayah Bebesen. Sebenarnya marga itu hanya untuk mengetahui asal/garis keturunan individu itu sendiri, makanya di suku gayo marga tidak terlalu di pentingkan. Berikut daftar marga-marga pada suku Gayo:
Baris 55:
*Reje Guru
*Lot
Terdapat lima buah marga utama (''belah'') di wilayah [[Bebesen, Aceh Tengah|Bebesen]], yaitu Linge, Munte, Cebero, Tene, dan Melala. Kelima marga ini merupakan keturunan [[Suku Batak|Batak]].{{Sfn|Hurgronje|Asnah|p=37, 38}} Reje Linge yang merupakan salah satu penguasa (''reje'') yang ternama di Tanah Gayo dan memerintah di daerah aliran Sungai Jemer merupakan keturunan [[Suku Karo|Batak Karo]].{{Sfn|Hurgronje|Asnah|p=39}} Ketika rombongan kerabat Sibayak Lingga dari [[Kabupaten Karo|Tanah Karo]] datang mengunjungi Reje Linge, mereka diberi hadiah berupa pakaian dan senjata oleh Raja Linge. Selain itu, Raja Linge pernah membantu saudara-saudaranya di Tanah Karo dalam menyelesaikan suatu pertempuran.{{Sfn|Hurgronje|Asnah|p=39}}
 
==Sejarah==
Baris 61 ⟶ 62:
Raja Linge I, disebutkan mempunyai 4 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama Empu Beru atau Datu Beru, yang lain Sebayak Lingga (Ali Syah), Meurah Johan (Johan Syah), dan Meurah Lingga (Malamsyah).
Sebayak Lingga kemudian merantau ke [[Tanah Karo]] dan membuka negeri di sana. Ia dikenal dengan Raja Lingga Sibayak. Meurah Johan mengembara ke [[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar]] dan mendirikan kerajaannya yang bernama Lam Krak atau Lam Oeii atau yang dikenal dengan Lamuri atau [[Kerajaan Lamuri|Kesultanan Lamuri]]. Ini berarti KesultananKerajaan Lamuri di atas didirikan oleh Meurah Johan sedangkan Meurah Lingga tinggal di Linge, Gayo, yang selanjutnya menjadi raja Linge turun termurun. Meurah Silu bermigrasi ke daerah Pasai dan menjadi pegawai [[Kesultanan Daya]] di Pasai. Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wih ni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge, [[Kabupaten Aceh Tengah|Aceh Tengah]]. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk.
Penyebab migrasi tidak diketahui. Akan tetapi menurut riwayat dikisahkan bahwa Raja Linge lebih menyayangi bungsunya Meurah Mege. Sehingga membuat anak-anaknya yang lain lebih memilih untuk mengembara.<ref>M. Junus Djamil. 1959. Gajah Putih. Lembaga Kebudayaan Atjeh. Kutaraja</ref>
Baris 89 ⟶ 90:
Kelompok kekerabatan terkecil disebut ''sara ine'' (keluarga inti). Kesatuan beberapa keluarga inti disebut ''sara dapur''. Pada masa lalu beberapa ''sara dapur'' tinggal bersama dalam sebuah rumah panjang, sehingga disebut ''sara umah''. Beberapa buah rumah panjang bergabung ke dalam satu ''belah'' (klan). Pada masa sekarang banyak keluarga inti yang mendiami rumah sendiri. Pada masa lalu orang Gayo terutama mengembangkan mata pencaharian bertani di [[sawah]] dan beternak, dengan adat istiadat mata pencaharian yang rumit.
 
Selain itu ada penduduk yang berkebun, menangkap [[ikan]], dan meramu hasil [[hutan]]. Mereka juga mengembangkan kerajinan membuat [[keramik]], menganyam, dan menenun. Kini mata pencaharian yang dominan adalah berkebun, terutama tanaman [[kopi gayo]]. Kerajinan membuat keramik dan anyaman pernah terancam punah, namun dengan dijadikannya daerah ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Aceh, kerajinan keramik mulai dikembangkan lagi. Kerajinan lain yang juga banyak mendapat perhatian adalah kerajinan membuat sulaman [[kerawang]] dengan motif yang khas. Kerajianan ini menjadi salah satu sumber perekonomian masayarakat suku Gayo. Banyak wisatawan yang berkunjung ke gayo dan menjadikan kerajinan yang dihasilkan oleh masyarakat Gayo sebagai oleh-oleh mereka ketika berkunjung.
 
== Kekerabatan ==
Hubungan kekerabatan yang terdapat dalam masyarakat di Tanah Gayo, yaitu:{{Sfn|Hurgronje|Asnah|p=235-239}}
* ''Saudere'', ''sara reje'', atau ''sara kampung'', yakni semua lelaki yang berada di bawah kepemimpinan seorang ''reje''.
* ''Wali'' atau ''sara asal'', yakni semua lelaki yang berasal dari kepimpinan ''reje'' yang berbeda, namun merupakan satu keturunan patrilineal.
* ''Ama'', yaitu ayah. Ayah kandung disebut ''ama pedih'' atau ''ama pedehe''. Kerabat yang berasal dari pihak ayah juga disebut ''ama'' dengan keterangan tambahan, seperti ''ama uwe'' untuk saudara laki-laki ayah yang lebih tua, ''ama lah'' atau ''ama ngah'' untuk saudara laki-laki yang lebih muda, dan ''ama encu'' untuk saudara laki-laki ayah yang paling bungsu.
* ''Ine'', yaitu ibu. Ibu kandung disebut ''ine pedih'' atau ''ine pedehe''. Semua saudara-saudara perempuan ibu secara patrilineal juga disebut ''ine'' dengan sebutan tambahan, seperti ''uwe'', ''lah'' atau ''ngah'' dan ''encu''.
* ''Ibi'' atau ''bibi'', yaitu saudara perempuan ayah.
* ''Empu rawan'', yaitu kakek.
* ''Empu banan'', yaitu nenek.
* ''Empu ralik'' atau ''datu ralik'' adalah kakek/nenek dari pihak ibu.
* ''Ralik'' yaitu hubungan kekerabatan dari pihak (''belah'') ibu.
* ''Sara ralik'', yaitu hubungan kekerabatan antara dua laki-laki yang menikahi dua perempuan dari ''belah'' yang sama.
* ''Dengan'', yaitu panggilan saudara perempuan kepada saudara laki-lakinya dan sebaliknya.
* ''Sarine'', yaitu hubungan kekerabatan antara saudara segenerasi secara patrilineal.
* ''Impel'', yaitu anak-anak dari ''pun'' dan ''bibi''.
* ''Mpurah'', yaitu mertua, termasuk saudara-saudara segenerasi dari mertua.
* ''Kile'', yaitu menantu laki-laki.
* ''Pemen'' atau ''pemaen'', yaitu menantu perempuan.
* ''Era'', yaitu hubungan kekerabatan antara laki-laki dengan istri saudaranya dan perempuan dengan saudara laki-laki dari suaminya.
* ''Lakun'', yaitu hubungan kekerabatan laki-laki dari pihak ''sarine'' terhadap ''dengan'' dari istrinya.
* ''Kawe'', yaitu adik perempuan.
* ''Kil'', yaitu suami dari bibi.
* ''Until'', yaitu keponakan dari saudara laki-laki.
* ''Pun'', yaitu saudara laki-laki ibu.
* ''Inepun'', yaitu istri dari saudara laki-laki ibu.
* ''Ndue'', yaitu hubungan kekerabatan antara dua perempuan yang menikahi dua laki-laki yang bersaudara (''sarine'').
* ''Biak'', yaitu hubungan kekerabatan yang dihubungkan atas perkawinan.
* ''Lat bei'', yaitu semua istri yang sudah kawin dari ''ralik''.
* ''Periban'', yaitu hubungan kekerabatan antara orang-orang yang menikahi perempuan yang bersaudara (''sarine'').
 
 
== Seni budaya ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Graf in de Gajolanden Atjeh TMnr 60038907.jpg|jmpl|200px|Kuburan tradisional masyarakat Gayo.]]
Baris 141 ⟶ 174:
</Gallery>
 
== SumberReferensi ==
{{Reflist}}
=== Daftar pustaka ===
{{refbegin}}
* {{Cite book|last1=Hurgronje|first1=C. Snouck|translator-last=Asnah|translator-first=Hatta Hasan Aman|date=1996|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=116416|title=Gayo: Masyarakat dan Kebudayaannya Awal Abad ke-20|location=[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|publisher=[[Balai Pustaka]]|isbn=979407988x|url-status=live}|ref={{sfnref|Hurgronje|Asnah|1996}}}}
{{refend}}
 
== Bacaan lanjutan ==
Baris 148 ⟶ 185:
* Bowen, John Richard, 1993,"Return to Sender: A Muslim Discourse of Sorcery in a Relatively Egalitarian Society, the Gayo of Nothern Sumatra", in C. W. Watson and Roy Ellen (Eds.), Understanding Witchcraft and Sorcery in Southeast Asia, Honolulu-Hawaii: University of Hawaii Press.
* Bowen, John Richard, 1993, "Muslims Through Discourse : Religion and Ritual in Gayo Society", Princeton, N.J. : Princeton University Press.
* SNOUCK HURGRONJE, C., - Het Gajoland en zijne bewoners.
* Ibrahim, Mahmud, 2007, "Mujahid Dataran Tinggi Gayo", Yayasan Maqamammahmuda.
* Wiradyana, Ketut dan Setiawan, Taufiqurrahman, 2011, "Gayo Merangkai Identitas", Gudang Penerbit.
Baris 157 ⟶ 193:
[[Kategori:Suku bangsa di Aceh]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sumatra]]
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia]]