Mohammad Hatta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
-> tanpa sumber rujukan/referensi valid |
||
(76 revisi perantara oleh 34 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{redirect|Hatta}}
{{Infobox President
| name = Mohammad Hatta
| image =
| caption = Potret resmi, {{circa|1954}}
| office = Wakil Presiden Indonesia
| order = ke-1
Baris 10:
| term_end = 1 Desember 1956
| president = [[Soekarno]]
| predecessor =
| office2 = Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat▼
| term_end2 = 6 September 1950
| order3 = ke-3▼
}}▼
▲| successor = [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]]
▲| office2 = Perdana Menteri Indonesia
▲| order2 = ke-3
▲| term_start2 = 29 Januari 1948
▲| president2 = [[Sukarno]]
▲| predecessor2 = [[Amir Sjarifoeddin]]
▲| successor2 = {{Plainlist|
▲| office3 = [[Menteri Pertahanan Indonesia]]<br /><small>(ad-interim)
▲| order3 =
| term_start3 = 29 Januari 1948
| term_end3 =
| president3 = [[
| predecessor3 = [[Amir Sjarifuddin]]
| successor3 = [[
| office4 = [[Menteri
|
|
| term_end4 = 15 Juli 1948
| president4 = [[Soekarno]]
| predecessor4 = [[
| successor4 = [[
| office5 =
|
|
|
| predecessor5 =
| successor5 = [[
| office6 = Ketua Umum Palang Merah Indonesia
| order6 = ke-1
| term_start6 = 17 September 1945
| term_end6 = 1946
| predecessor6 = Jabatan dibentuk
| successor6 = [[Mas Sutardjo Kertohadikusumo]]
| birthname = Mohammad Athar
| birth_date = {{birth date|1902|8|12}}
| birth_place = [[
| death_date = {{death date and age|1980|3|14|1902|8|12}}
| death_place = [[
| nationality = <!-- Hanya untuk warga negara asing -->
|
| otherparty = [[Partai Nasional Indonesia]]<br><small>(sampai 1929)</small><br/>Pendidikan Nasional Indonesia<br><small>(1931–1934)</small>
| spouse = {{menikah|[[Siti Rahmiati Hatta|Siti Rahmiati]]<br>|18 November 1945|1980}}
| children = [[Des Alwi|Des Alwi Abubakar Hatta]]<br />[[Meutia Hatta]]<br />[[Gemala Hatta]]<br />[[Halida Hatta]]
▲| spouse = [[Rahmi Rachim]]
|
| education = [[Ekonom]]
| alma_mater = [[Universitas Erasmus Rotterdam]]
| occupation = [[Politikus]]
| signature = Signature of Mohammad Hatta.png
| resting_place = [[Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir]]
}}
[[
▲[[Doktor|Dr.]] [[Honoris Causa|(H.C.)]] [[Doktorandus|Drs.]] [[Haji|H.]] '''Mohammad Hatta''' ({{lahirmati|[[Fort de Kock]], [[Hindia Belanda]]|12|8|1902|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|14|3|1980}}) adalah seorang tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia, pahlawan nasional, negarawan dan ekonom Indonesia yang menjabat sebagai [[Wakil Presiden Indonesia]] pertama. Ia bersama [[Soekarno]] adalah [[Proklamator Kemerdekaan]], memainkan peranan sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari [[penjajahan Belanda]] sekaligus [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamirkannya]] pada 17 Agustus 1945. Ia pernah menjabat sebagai [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] dalam [[Kabinet Hatta I]], [[Kabinet Hatta II|Hatta II]], dan [[Kabinet Republik Indonesia Serikat|RIS]]. Pada 1956, ia mundur dari jabatan wakil presiden.
▲Hatta dikenal akan [[komitmen]]nya pada [[Demokrasi di Indonesia|demokrasi]]. Ia mengeluarkan [[Maklumat 3 November 1945|Maklumat X]] yang menjadi tonggak awal [[Demokrasi di Indonesia|demokrasi Indonesia]]. Di bidang ekonomi, pemikiran dan sumbangsihnya terhadap perkembangan koperasi membuat ia dijuluki sebagai Bapak Koperasi.<ref>''Mohammad Hatta, Buku 1 Kebangsaan dan Kerakyatan'', PT Pustaka LP3ES, Jakarta, 1998.</ref><ref>Galeri Buku Jakarta: [http://galeribukujakarta.com/mohammad-hatta-di-atas-segala-lapangan-tanah-air-aku-hidup-aku-gembia/ Mohammad Hatta: Di Atas Segala Lapangan Tanah Air Aku Hidup, Aku Gembira] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170610091431/http://galeribukujakarta.com/mohammad-hatta-di-atas-segala-lapangan-tanah-air-aku-hidup-aku-gembia/ |date=2017-06-10 }}, diakses 20 Juni 2017</ref>
Hatta meninggal pada 1980 dan jenazahnya dimakamkan di [[Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir|TPU Tanah Kusir]], [[Jakarta]]. Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai salah seorang [[Pahlawan]] [[Proklamator Kemerdekaan]] pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor 081/TK/1986.<ref>[http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-2 Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130806191351/http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan |date=2013-08-06 }}'', Departemen Sosial RI Online, [[Januari]] [[2010]]. Diakses 26 Agustus 2012.''</ref> Namanya bersanding dengan [[Soekarno]] sebagai [[Dwi-Tunggal]] dan disematkan pada [[Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta]]. Di [[Belanda]], namanya diabadikan sebagai nama jalan di kawasan [[perumahan Zuiderpolder]], [[Haarlem]].<ref>Postcode.nl: [http://www.postcode.nl/2033CJ/4 Mohammed Hattastraat 4, 2033CJ, Haarlem] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180208182905/https://www.postcode.nl/2033CJ/4 |date=2018-02-08 }}, diakses 20 Juni 2017</ref>
Baris 80 ⟶ 72:
=== Latar belakang ===
[[Berkas:Mohammad Hatta Birth Place and Museum, Bukittinggi, West Sumatra 2017-02-13 01.jpg|jmpl|[[Rumah Kelahiran Bung Hatta]] yang sekarang terletak di Jalan Sukarno-Hatta, Kota Bukittinggi]]
Mohammad Hatta lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha yang berasal dari [[Orang Minang|Minangkabau]]. Ayahnya merupakan seorang keturunan [[ulama]] [[Naqsyabandiyah]] di [[Batuhampar, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Batuhampar]], dekat [[Payakumbuh]], [[
Ayahnya meninggal pada saat ia masih berumur tujuh bulan.{{Sfn|Imran|1991|p=2}} Setelah kematian ayahnya, ibunya menikah dengan Agus Haji Ning, seorang pedagang dari [[Palembang]].{{sfn|Noer|2012|p=4}} Haji Ning sering berhubungan dagang dengan [[Ilyas Bagindo Marah]], kakeknya dari pihak ibu. Perkawinan Siti Saleha dengan Haji Ning melahirkan empat orang anak, yang semuanya adalah perempuan.{{sfn|Imran|1991|p=2}}
Baris 95 ⟶ 87:
=== 1921–1932: Sewaktu di Belanda ===
[[Berkas:Snapshot 20130115 12.JPG|256px|jmpl|kiri|Hatta (berdiri, kedua dari kanan) bersama para pengurus [[Perhimpunan Indonesia]], pada waktu itu (tahun 1925) Hatta masih berstatus seorang bendahara di sana]]
[[File:Mohammad_Hatta_Indonesian_statesman,_nationalist,_and_founding_fathers.jpg|267x267px|right|thumb|Mohammad Hatta sebagai Negarawan, Tokoh Nasionalis, dan Pahlawan kemrdekaan]]
Pergerakan [[politik]] ia mulai sewaktu bersekolah di [[Belanda]] dari 1921–1932. Ia bersekolah di ''Handels Hogeschool'' (kelak sekolah ini disebut ''Economische Hogeschool'', sekarang menjadi [[Universitas Erasmus Rotterdam]]), selama bersekolah di sana, ia masuk organisasi sosial [[Indische Vereeniging]] yang kemudian menjadi organisasi [[politik]] dengan adanya pengaruh [[Ki Hadjar Dewantara]], [[Cipto Mangunkusumo]], dan [[Douwes Dekker]]. Pada tahun 1923, Hatta menjadi bendahara dan mengasuh majalah ''Hindia Putera'' yang berganti nama menjadi ''Indonesia Merdeka''.{{sfn|Imran|1991|p=23}} Pada tahun 1924, organisasi ini berubah nama menjadi [[Indische Vereeniging]] ([[Perhimpunan Indonesia]]; PI).{{sfn|Noer|2012|pp=17-18}}
Pada tahun 1926, ia menjadi pimpinan Perhimpunan Indonesia. Sebagai akibatnya, ia terlambat menyelesaikan studi.{{sfn|Noer|2012|p=19}} Di bawah kepemimpinannya, PI mendapatkan perubahan. Perhimpunan ini lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan di [[Indonesia]] dengan memberikan banyak komentar, dan banyak ulasan di media massa di [[Indonesia]].{{sfn|Noer|2012|p=19}} Setahun kemudian, ia seharusnya sudah berhenti dari jabatan ketua, namun ia dipilih kembali hingga tahun 1930.{{sfn|Imran|1991|p=24}} Pada Desember 1926, [[Semaun]] dari [[PKI]] datang kepada Hatta untuk menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara umum kepada PI,{{sfn|Noer|2012|p=19}} selain itu dia dan Semaun membuat suatu perjanjian bernama "Konvensi Semaun-Hatta". Inilah yang dijadikan alasan Pemerintah Belanda ingin menangkap Hatta.{{sfn|Imran|1991|p=28}} Waktu itu, Hatta belum
Pada tahun 1927, ia mengikuti sidang "Liga Menentang Imperialisme, Penindasan Kolonial dan untuk Kemerdekaan Nasional" di [[Frankfurt]].{{efn|Nama aslinya adalah "Liga tegen Imperialisme, tegen Koloniale Onderdrukking en voor Nationale Onafhankelijkheid" {{harv|Noer|2012|p=21}}.}} Dalam sidang ini, pihak komunis dan utusan dari [[Rusia]] tampak ingin menguasai sidang ini, sehingga Hatta tidak bisa percaya terhadap komunis.{{sfn|Noer|2012|pp=20-21}} Pada waktu itu, majalah PI, ''Indonesia Merdeka'' masuk dengan mudah ke [[Indonesia]] lewat penyelundupan, karena banyak penggeledahan oleh pihak ke[[polisi]]an terhadap kaum pergerakan yang dicurigai.
Baris 110 ⟶ 104:
Sampai pada tahun 1931, Mohammad Hatta mundur dari kedudukannya sebagai ketua karena hendak mengikuti ujian sarjana, sehingga ia berhenti dari PI; namun demikian ia akan tetap membantu PI.{{sfn|Imran|1991|p=24}} Akibatnya, PI jatuh ke tangan [[komunis]], dan mendapat arahan dari partai komunis Belanda dan juga dari [[Moskow]]. Setelah tahun 1931, PI mengecam keras kebijakan Hatta dan mengeluarkannya dari organisasi ini.{{sfn|Noer|2012|p=33}} PI di [[Belanda]] mengecam sikap Hatta sebab ia bersama Soedjadi mengkritik secara terbuka terhadap PI. Perhimpunan menahan sikap terhadap kedua orang ini.{{sfn|Hardjosoediro|1984|p=41}}
Pada Desember 1931, para pengikut Hatta segera membuat gerakan tandingan yang disebut Gerakan Merdeka yang kemudian bernama Pendidikan Nasional Indonesia yang kelak disebut PNI Baru. Ini mendorong Hatta dan [[Sutan
=== 1932–1941: Pengasingan ===
Baris 116 ⟶ 110:
Sekembalinya ia dari [[Belanda]], ia ditawarkan masuk kalangan Sosialis Merdeka (''Onafhankelijke Socialistische Partij'', OSP) untuk menjadi anggota parlemen Belanda, dan menjadi perdebatan hangat di Indonesia pada saat itu. Pihak OSP mengiriminya [[telegram]] pada 6 Desember 1932, yang berisi kesediaannya menerima pencalonan anggota [[Dewan Negara Belanda|Parlemen]].{{sfn|Hardjosoediro|1984|p=51}} Ini dikarenakan ia berpendapat bahwa ia tidak setuju orang Indonesia menjadi anggota dalam parlemen Belanda.{{sfn|Noer|2012|pp=37-38}} Sebenarnya dia menolak masuk, dengan alasan ia perlu berada dan berjuang di Indonesia.{{efn|Menurut Soejitno Hardjosoediro (1984), Hatta pernah melakukan [[wawancara]] dengan ''[[Sin Tit Po]]'' dan ''[[Oetoesan Indonesia]]'', Mohammad Hatta menolak masuk karena harus mengerahkan tenaganya terhadap perjuangan di [[Indonesia]]. Sebelumnya, ia berpendapat hanya menyerahkan masalah ini pada PNI. {{harv|Hardjosoediro|1984|p=52}}.}} Namun, pemberitaan di Indonesia mengatakan bahwa Hatta menerima kedudukan tersebut, sehingga [[Soekarno]] menuduhnya tidak konsisten dalam menjalankan sistem non-[[koperasi|kooperatif]].{{sfn|Noer|2012|p=38}}
Setelah Hatta kembali dari Belanda,
Semasa diasingkan ke [[Digul]], ia membawa semua buku-bukunya ke tempat pengasingannya. Di sana, ia mengatur waktunya sehari-hari. Pada saat hendak membaca, ia tak mau diganggu. Sehingga, beberapa kawannya menganggap dia sombong.{{sfn|Noer|2012|pp=47, 50}} Ia juga merupakan sosok yang peduli terhadap tahanan. Ia menolak bekerja sama dengan penguasa setempat, misalnya memberantas [[malaria]]. Apabila ia mau bekerja sama, ia diberi gaji f 7.50 sebulan. Namun, kalau tidak, ia hanya diberi gaji f 2.50 saja.{{sfn|Noer|2012|p=50}} Gajinya itu tidak ia habiskan sendiri. Ia juga peduli terhadap kawannya yang kekurangan.{{sfn|Noer|2012|p=50}}
Baris 122 ⟶ 116:
Di [[Digul]], selain bercocok tanam,{{sfn|Imran|1991|p=47}} ia juga membuat kursus kepada para tahanan. Di antara tahanan tersebut, ada beberapa orang yang ibadah shalat dan puasanya teratur; baik dari [[Minangkabau]] maupun [[Banten]]. Tapi, mereka ditangkap karena -pada umumnya- terlibat pemberontakan komunis.{{sfn|Noer|2012|pp=51-52}} Pada masa itu, ia menulis surat untuk iparnya untuk dikirimi alat-alat pertukangan seperti [[paku]] dan gergaji. Selain itu, dia juga menceritakan nasib orang-orang buangan dalam surat itu. Kemudian, ipar Hatta mengirim surat itu ke koran ''Pemandangan'' di Jakarta dan segera surat itu dimuat. Surat itu dibaca menteri jajahan pada saat itu, Colijn.{{sfn|Imran|1991|pp=46-47}} Colijn mengecam pemerintah dan segera mengirim [[residen]] [[Ambon]] untuk menemui Hatta di Digul. Maka uang diberikan untuknya, Hatta menolak dan ia juga meminta supaya kalau mau ditambah, diberikan juga kepada pemimpin lain yang hidup dalam pembuangan.{{sfn|Imran|1991|p=47}}
Pada 1937, ia menerima [[telegram]] yang mengatakan dia dipindah dari Digul ke [[Banda Neira]].{{efn|Sementara Amrin Imran menulis Hatta pindah ke Banda Neira pada 1937, Deliar Noer malah menulis pada tahun 1936 {{harv|Noer|2012|p=52}}.}} Hatta pindah bersama
Sewaktu di [[Banda Neira]], ia bercocok tanam dan menulis di [[koran]] "Sin Tit Po" (dipimpin [[Liem Koen Hian]]; bulanan ini berhenti pada 1938) dengan honorarium f 75 dalam [[Bahasa Belanda]]. Kemudian, ia menulis di ''Nationale Commantaren'' (Komentar Nasional; dipimpin [[Sam Ratulangi]]) dan juga, ia menulis di koran ''Pemandangan'' dengan honorarium f 50 sebulan per satu/dua tulisan.{{sfn|Noer|2012|pp=54-55}} Hatta juga pernah menerima tawaran [[Mas Mansur|Kiai Haji Mas Mansur]] untuk ke [[Makassar]], dia menolak dengan alasan kalaupun dirinya ke
Selain itu, di Banda Neira, Hatta juga mengajar kepada beberapa orang pemuda. Anak dr. Cipto belajar tata-buku dan [[sejarah]]. Ada juga anak asli daerah Banda Neira yang belajar kepada Hatta. Ada seorang kenalan Hatta dari [[
Pada tahun 1941, Mohammad Hatta menulis artikel di koran ''Pemandangan'' yang isinya supaya rakyat [[Indonesia]] jangan memihak kepada baik ke pihak Barat ataupun fasisme Jepang. Kelak, pada zaman Jepang tulisan Hatta dijadikan bahan oleh penguasa Jepang untuk tidak percaya Hatta selama [[Perang Pasifik]].{{sfn|Noer|2012|p=57}} Yang mana, kelak tulisan Hatta dibaca Murase, seorang Wakil Kepala Kempeitai (dinas intelijen) dan menyarankan Hatta agar mengikuti ''Nippon Seishin'' di [[Tokyo]]{{Sfn|Imran|1991|p=58}} pada November 1943.{{sfn|Noer|2012|p=69}}
=== 1942–1945: Penjajahan Jepang ===
Pada tanggal 8 Desember 1941, angkatan perang [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] menyerang [[Pearl Harbor]], [[Hawaii]]. Hal ini memicu [[Perang Pasifik]], dan setelah Pearl Harbor, Jepang segera menguasai sejumlah daerah, termasuk [[Indonesia]]. Dalam keadaan genting tersebut, Pemerintah Belanda memerintahkan untuk memindahkan orang-orang buangan dari [[Digul]] ke [[Australia]], karena khawatir kerja sama dengan Jepang. Hatta dan
Setelah itu, ia dibawa kembali ke [[Jakarta]]. Ia bertemu Mayor Jenderal Harada. Hatta menanyakan keinginan Jepang datang ke [[Indonesia]]. Harada menawarkan kerjasama dengan Hatta. Kalau mau, ia akan diberi jabatan penting. Hatta menolak, dan memilih menjadi penasihat.{{sfn|Imran|1991|p=53}} Ia dijadikan penasihat dan diberi kantor di Pegangsaan Timur dan rumah di ''Oranje Boulevard'' (Jalan Diponegoro). Orang terkenal pada masa sebelum perang, baik orang pergerakan, atau mereka yang bekerja sama dengan Belanda, diikutsertakan seperti [[Abdul Karim Pringgodigdo]], Surachman, Sujitno Mangunkususmo, [[Sunarjo Kolopaking]], [[Supomo]], dan Sumargo Djojohadikusumo. Pada masa ini, ia banyak mendapat tenaga-tenaga baru. Pekerjaan di sini, merupakan tempat saran oleh pihak Jepang.{{sfn|Noer|2012|p=61}} Jepang mengharapkan agar Hatta memberikan nasihat yang menguntungkan mereka, malah Hatta memanfaatkan itu untuk membela kepentingan rakyat.{{sfn|Imran|1991|p=54}}
Baris 149 ⟶ 143:
Pada saat terjadinya [[Agresi Militer Belanda I]] pada 21 Juli 1947, Hatta dapat meloloskan diri dari kepungan Belanda dan pada saat itu dia masih berada di [[Pematangsiantar]]. Dia dengan selamat bersama dengan Gubernur Sumatra Mr. [[Teuku Muhammad Hasan|T. Hassan]] tiba di [[Bukittinggi]]. Sebelumnya pada 12 Juli 1947 Bung Hatta mengadakan Kongres Koperasi I di [[Tasikmalaya]] yang menetapkan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi di Indonesia. Kemudian dalam Kongres Koperasi II di [[Bandung]] tanggal 12 Juli 1953, Bung Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.<ref>{{cite book|title=Ringkasan Pengetahuan Sosial|author=Rachmat|publisher=Grasindo|url=https://books.google.co.id/books?id=weQ8qJUme4UC&pg=PT151&lpg=PT151&dq=kongres+koperasi+12+juli+1947&source=bl&ots=abX24PMdQP&sig=j0YD0SiDJtYvhtREGL3VZ7UGBe4&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kongres%20koperasi%2012%20juli%201947&f=false|access-date=14 Juni 2017|page=144|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325184720/https://books.google.co.id/books?id=weQ8qJUme4UC&pg=PT151&lpg=PT151&dq=kongres+koperasi+12+juli+1947&source=bl&ots=abX24PMdQP&sig=j0YD0SiDJtYvhtREGL3VZ7UGBe4&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kongres%20koperasi%2012%20juli%201947&f=false|dead-url=no}}</ref>
[[File : Mohammad Hatta 1950.jpg|jmpl|Mohammad Hatta sebagai perdana menteri Indonesia, 1950]]
Kemudian, Bung Hatta dengan kewibawaannya sebagai Wakil Presiden hendak memperjuangkan sampai berhasil [[Perjanjian Renville]] dengan berakibat jatuhnya [[Kabinet Amir Sjarifuddin II|Kabinet Amir]] dan digantikan oleh [[Kabinet Hatta I|Kabinet Hatta]]. Pada era Kabinet Hatta yang dibentuk pada 29 Januari 1948, Bung Hatta menjadi Perdana Menteri dan merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan.<ref name="Anak Agung Gde Agung 1973">Ide Anak Agung Gde Agung (1973) Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945–1965 Mouton & Co ISBN 979-8139-06-2</ref>
Baris 187 ⟶ 181:
Dan pada tahun 1979, di mana tahun tersebut merupakan tahun ke-5 Bung Hatta masuk ke rumah sakit.<ref>{{Cite web|last=Kurniawati|first=Endri|date=2022-03-14|title=Di Tanggal Ini Bung Hatta Wafat, Proklamator yang Dimakamkan di Pemakaman Umum|url=https://nasional.tempo.co/read/1570634/di-tanggal-ini-bung-hatta-wafat-proklamator-yang-dimakamkan-di-pemakaman-umum|website=Tempo|language=id|access-date=2023-07-07}}</ref> Kesehatan Bung Hatta semakin menurun. Walaupun begitu, semangatnya tetap saja tinggi. Ia masih mengikuti perkembangan politik dunia.
==
Hatta
== Mendapat gelar pahlawan ==
Baris 195 ⟶ 189:
== Bung Hatta Award ==
{{Main|Bung Hatta Award}}
Sejak 9 April 2003, Perkumpulan BHACA yang diprakarsai oleh [[Theodore Permadi Rachmat]] dan [[Teten Masduki]] menyelenggarakan perhelatan penganugerahan [[Bung Hatta Award]] yang diserahkan kepada para tokoh [[Indonesia]] dari berbagai latar belakang profesi yang dinilai memiliki komitmen anti-korupsi. Beberapa tokoh yang pernah menerima penghargaan tersebut antara lain [[Tri
== Lihat pula ==
Baris 204 ⟶ 198:
== Catatan bawah ==
{{Notelist}}
== Jabatan ==
{| class="wikitable sortable"
|-
!Jabatan
!Masa Jabatan
|-
|Ketua Umum Palang Merah Indonesia Pertama
|1945 — 1946
|-
|[[Menteri Luar Negeri Indonesia]] (Pada Pemerintahan RIS)
|20 Desember 1949 — 6 September 1950
|-
|[[Menteri Pertahanan Indonesia]] (ad-interim)
|29 Januari 1948 — 15 Juli 1948
|-
|[[Perdana Menteri Indonesia]] Ke-3
|29 Januari 1948 — 6 September 1950
|-
|[[Wakil Presiden Indonesia]] Pertama
|18 Agustus 1945 — 1 Desember 1956
== Referensi ==
Baris 246 ⟶ 261:
|last = Weismann
|first = Itzchak
|authorlink =
|title = The Naqshbandiyya: Orthodoxy and Activism in a Worldwide Sufi Tradition
|year = 2009
|