Abdullah bin Zubair: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
A154 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(17 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp}}
{{Redirect|Ibnu Zubair|penjelajah dan ahli geografi Arab|Ibnu Jubair}}
{{Infobox royalty
Baris 21 ⟶ 22:
*Ḥantamah binti ʿAbdurrahmān bin al-Harīts bin Hisyām}}
| issue = {{plainlist|
*[[:ar:خبيب بن عبد الله بن الزبير|Khubaib]]
*Khubaib
*Az-Zubair
*[[:ar:حمزة بن عبد الله بن الزبير|Ḥamzah]]
*Ḥamzah
*[[:ar:ثابت بن عبد الله بن الزبير|Tsābit]]
*Tsābit
*[[Abbad:ar:عباد binبن Abdullahعبد binالله Zubairبن الزبير|ʿAbbād]]
*[[:ar:عامر بن عبد الله بن الزبير|ʿAmir]]
*ʿAmir
*Ṣāliḥ
*Bakkar
Baris 50 ⟶ 51:
Abdullah bin Zubair lahir di [[Madinah]] di [[Hijaz]] (Arab barat) pada Mei 624.<ref name="Gibb54">{{harvtxt|Gibb|1960|p= 54}}</ref> Dia adalah putra tertua [[Zubair bin Awwam]], seorang [[sahabat Muhammad]] dan seorang tokoh Muslim terkemuka.<ref name="Gibb54"/><ref name="Hasson549">{{harvtxt|Hasson|2002|p=549}}</ref> Dia berasal dari klan [[Bani Asad]] dari [[Quraisy]],<ref name="Gibb54"/><ref name="Hasson549"/> suku dominan di [[Makkah]], pusat perdagangan di Hijaz dan lokasi [[Ka'bah]], tempat suci paling suci dalam Islam. Nenek dari pihak ayah Ibnu Zubair adalah [[Shafiyyah binti Abdul Muthalib]], bibi dari pihak ayah Muhammad,<ref name="Hasson549"/> sedangkan ibunya adalah [[Asma' binti Abu Bakar]], putri dari [[khalifah]] pertama, [[Abu Bakar]] ({{reign|632|634}}), sekaligus saudara perempuan [[Aisyah]], istri Muhammad.<ref name="Gibb54"/> Menurut sejarawan abad kesembilan [[Ibnu Habib]] dan [[Ibnu Qutaibah]], Ibnu Zubair adalah anak pertama yang lahir dari kalangan [[Muhajirin]], yaitu mualaf paling awal yang masuk Islam dan diasingkan dari Makkah ke Madinah.<ref name="Gibb54"/> Hubungan sosial, kekerabatannya dengan Muhammad, dan keluarganya yang termasuk golongan pertama Muslim semuanya meningkatkan reputasi Ibnu Zubair saat ia dewasa.<ref name="Gibb54"/>
 
Ibnu Zubair memiliki sejumlah istri dan anak. Istri pertamanya adalah Tumadir binti Manzur bin Zabban bin Sayyar bin Amr dari [[Bani Fazarah]].<ref name="Elad335">{{harvtxt|Elad|2016|p=335}}</ref><ref name="Ahmed85">{{harvtxt|Ahmed|2010|p=85}}</ref> Dia dikaruniai putra sulung bernama [[:ar:خبيب بن عبد الله بن الزبير|Khubaib]],{{efn|Maka Ibnu Zubair' memiliki ''[[kunya]]'' (julukan) "Abu Khubaib".<ref name="Ahmed85"/>}} dan putra-putra lainnya yaitu [[:ar:حمزة بن عبد الله بن الزبير|Hamzah]], [[Abbad:ar:عباد binبن Abdullahعبد binالله Zubairبن الزبير|Abbad]], az-Zubair, dan [[:ar:ثابت بن عبد الله بن الزبير|Tsabit]]. <ref name="Elad335"/><ref name="Ahmed85"/> Istri Ibnu Zubair lainnya, Ummul Hasan Nafisah, adalah putri [[Hasan bin Ali|Hasan]] dan cucu khalifah keempat [[Ali]] ({{reign|656|661}}), yang melahirkan putri bernama Ruqayyah.<ref name="Elad335"/><ref>{{harvtxt|Ahmed|2010|p= 147}}</ref> Saudari Tumadir, Zajla, pernah menikah dengan Ibnu Zubair.<ref>{{harvtxt|Ahmed|2010|p=85}}, n. 404.</ref> Ia juga menikah dengan Aisyah, putri khalifah ketiga [[Utsman|Utsman bin Affan]] ({{reign|644|656}}),<ref name="Elad335"/><ref name="Elad335"/><ref name="Ahmed115">{{harvtxt|Ahmed|2010|p=115}}</ref> tetapi Ibnu Zubair menceraikan Aisyah setelah kelahiran putra mereka.<ref name="Ahmed115"/> Dari istri lainnya, Hantamah binti Abdurrahman, lahirlah '[[:ar:عامر بن عبد الله بن الزبير|Amir]].<ref>{{harvtxt|Fishbein|1997|p=159}}, n. 676.</ref>
 
===Karier militer===
Sebagai seorang anak, pada masa pemerintahan Khalifah [[Umar]] ({{reign|634|644}}) pada tahun 636, Ibnu Zubair mungkin hadir bersama ayahnya di [[Pertempuran Yarmuk]] melawan [[Kekaisaran Bizantium|Bizantium]] di [[Syam|Suriah]].<ref name="Gibb54"/> Dia juga hadir bersama ayahnya dalam kampanye militer [[Amr bin Ash]] pada [[Penaklukan Mesir oleh Muslim|penaklukan Mesir]] tahun 640.<ref name="Gibb54"/> Pada masa pemerintahan Khalifah [[Utsman]] ({{reign|644|656}}) di tahun 647, Ibnu Zubair bergabung dalam [[Penaklukan Maghreb oleh Muslim|penaklukan Muslim]] di [[Ifriqiyah]] (Afrika Utara) di bawah komandan [[Abdullah bin Sa'ad]].<ref name="Gibb54"/> Selama kampanye itu, Ibnu Zubair menemukan titik lemah pasukan Bizantium dan akhirnya [[Pertempuran Sufetula|membunuh]] [[Gregorius sang Bangsawan]].<ref name="Gibb54"/><ref name="Madelung105">{{harvtxt|Madelung|1997|p=105}}.</ref> Sekembalinya ke Madinah, ia dipuji oleh Khalifah Utsman yang langsung memberikan pidato kemenangan yang terkenal karena kefasihan pidato tersebut.<ref name="Gibb55">{{harvtxt|Gibb|1960|p=55}}</ref><ref name="Madelung105"/> Kemudian, dia bergabung dengan [[Sa'id bin al-Ash]] dalam serangan terakhir di Iran utara pada tahun 650.<ref name="Gibb55"/>
 
Utsman menunjuk Ibnu Zubair sebagai anggota komisi yang ditugaskan untuk kanonisasi [[al-Qur'an]].<ref name="Gibb55"/> Selama [[Pengepungan rumah Utsman|pengepungan pemberontak terhadap rumah Utsman]] pada bulan Juni 656, khalifah menempatkan Ibnu Zubair sebagai penanggung jawab pertahanannya dan Ibnu Zubair juga dilaporkan terluka dalam peristiwa tersebut.<ref>{{harvtxt|Madelung|1997|pp=106, 133}}.</ref> Sebagai akibat dari pembunuhan Utsman, Ibnu Zubair berperang bersama ayahnya dan bibinya melawan penerus Utsman, Khalifah [[Ali]] ({{reign|656|661}}) pada [[Pertempuran Unta]] di [[Basra]].<ref name="Gibb55"/> [[Zubair bin Awwam|Zubair]] sendiri terbunuh, sementara Ibnu Zubair terluka saat bertarung dengan salah satu komandan Ali, [[Malik al-Asytar]].<ref>{{harvtxt|Madelung|1997|p= 172}}</ref> Ali menang dan Ibnu Zubair kembali bersama Aisyah ke Madinah. Selama [[Pertempuran Siffin]], Ibnu Zubair mengambil bagian dalam merumuskan perjanjian damai untuk mengakhiri perang saudara di [[Dumat al-Jandal|Daumatul Jandal]].<ref name="Gibb55"/> Selama pembicaraan, dia menasihati [[Abdullah bin Umar]] untuk membayar dukungan Amr bin Ash.<ref name="Gibb55"/> Ibnu Zubair mewarisi kekayaan yang signifikan dari ayahnya.<ref name="Gibb55"/>
Baris 63 ⟶ 64:
Ibnu Zubair tidak menentang aksesi [[Muawiyah I]] ({{reign|661|680}}) ke tampuk kekhalifahan pada tahun 661 dan tidak terlalu aktif selama masa pemerintahannya.<ref name="Gibb55"/> Pada masa pemerintahan Muawiyah I, Ibnu Zubair diketahui hanya mengikuti beberapa pertempuran, termasuk [[Pengepungan Konstantinopel (674–678)|Pengepungan Konstantinopel]] di tahun 674.<ref>{{harvtxt|Asy-Syaibani|2009|p=[https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=342&idfrom=561&idto=561&flag=0&bk_no=126&ayano=0&surano=0&bookhad=0 56]}}</ref> Namun ketika Muawiyah memutuskan mencalonkan putranya, [[Yazid I]] ({{reign|680|683}}) sebagai penggantinya pada tahun 676, ia bersama sejumlah sahabat terkemuka Muhammad{{efn|Menurut [[Ibnul Atsir al-Jazari|Ali asy-Syaibani]], beberapa sahabat terkemuka Muhammad yang menentang pencalonan Yazid adalah Aisyah, [[Abdullah bin Umar|Ibnu Umar]], [[Husain bin Ali]], [[Abdurrahman bin Abi Bakar|Abdurrahman bin Abu Bakar]] dan Ibnu Zubair.<ref>{{harvtxt|Asy-Syaibani|2009|p=[https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=577&flag=1&bk_no=126 97]–98}}</ref> Abdurrahman bahkan menyamakan aksesi Yazid I dengan [[Heraklius]] sebagai kritik karena Muawiyah I dianggap telah mengganti sistem {{transl|ar|[[syura|syūrā]]}} dengan monarki.<ref>{{harvtxt|Asy-Syaibani|2009|p=97}}</ref>}} menentang keputusan tersebut.<ref name="Gibb55"/> Pada akhirnya, ketika Yazid secara resmi diangkat menjadi khalifah setelah kematian ayahnya pada tahun 680, Ibnu Zubair menentang legitimasinya, meskipun Yazid mendapat dukungan dari suku Arab Suriah yang menjadi inti militer Umayyah.<ref>{{harvtxt|Hawting|1986|p=46.}}</ref><ref>{{harvtxt|Wellhausen|1927|pp=148–150}}</ref> Sebagai tanggapan, Yazid memerintahkan gubernur Madinah, [[al-Walid bin Utbah bin Abi Sufyan]], untuk menangkap Ibnu Zubair dan mendapatkan [[baiat]] darinya,<ref>{{harvtxt|Wellhausen|1927|pp=145–146}}</ref> tetapi Ibnu Zubair telah melarikan diri ke Makkah.<ref name="Gibb55"/> Di sana dia ditemani oleh putra Ali, [[Husain bin Ali|Husain]], yang juga menolak untuk tunduk kepada Yazid. Husain dan para pendukungnya memerangi Bani Umayyah pada [[Pertempuran Karbala]] tahun 680, tetapi pihak Husain dikalahkan dan Husain sendiri terbunuh.<ref name="Gibb55"/>
 
Setelah kematian Husain, Ibnu Zubair mulai merekrut pendukung secara sembunyi-sembunyi.<ref name="Gibb55"/> Pada September 683, dia telah menguasai Makkah.<ref>{{harvtxt|Anthony|2016|p=12}}</ref> Dia menyebut dirinya sebagai ''al-ʿaʾidhʿAʾidh biʾl baytBayt'' (buronan di tempat suci) dan mengadopsi slogan '' ḥukma illā li-ʾllāh'' (tidak ada hukum kecuali milik Tuhan), tetapi tidak mengklaim kekhalifahan.<ref name="Hawting47">{{harvtxt|Hawting|1986|p=47}}</ref><ref name="Ahmed65-66">{{harvtxt|Ahmed|2010|pp=65–66}}</ref> Yazid memerintahkan gubernur Madinah, [[Amr Al-Asydaq|al-Asydaq]], untuk menangkap Ibnu Zubair.<ref name="Ahmed95">{{harvtxt|Ahmed|2010|p=95}}, n. 469.</ref> Gubernur menginstruksikan saudara laki-laki Ibnu Zubair yang diasingkan sekaligus kepala ''[[syurthah|syūrṭāh]]'' (pasukan keamanan) Madinah, Amr, untuk memimpin ekspedisi.<ref name="Ahmed95"/> Namun, pasukan Umayyah disergap dan Amr ditangkap dan kemudian dibunuh saat ditawan.<ref>{{harvtxt|Wellhausen|1927|p=151}}</ref> Ibnu Zubair menyatakan tidak sahnya kekhalifahan Yazid dan bersekutu dengan kaum [[Anshar]] Madinah yang dipimpin oleh [[Abdullah bin Hanzhalah]], yang telah menarik dukungan untuk Yazid.<ref name="Gibb55"/> Ibnu Zubair juga mendapat dukungan dari gerakan [[Khawarij]] di Basra dan [[Arabia Timur|Bahrain]] (Arab timur);<ref name="Hawting47"/> kaum Khawarij adalah penentang awal Bani Umayyah yang membelot dari Khalifah Ali karena perjanjian damai [[Dumat al-Jandal|Daumatul Jandal]] tahun 657.<ref>{{harvtxt|Madelung|1997|pp=247}}</ref>
 
Selain pengaruh Ibnu Zubair yang tumbuh di Madinah, penduduk kota kecewa dengan pemerintahan dan proyek pertanian Umayyah, termasuk penyitaan tanah mereka untuk meningkatkan pendapatan pemerintah.<ref>{{harvtxt|Kennedy|2009|pp=85}}</ref> Sementara itu, menanggapi peningkatan oposisi di seluruh Arab, Yazid mengirim pasukan ekspedisi Arab Suriah yang dipimpin oleh [[Muslim bin Uqbah]] untuk menekan Ibnu Zubair dan Anshar.<ref name="Hawting47"/> Kaum Anshar dikalahkan di [[Pertempuran al-Harrah]] pada musim panas tahun 683 dan Ibnu Hanzhalah terbunuh.<ref name="Ahmed65-66"/><ref name="Hawting48">{{harvtxt|Hawting|1986|page=48}}</ref> Tentara terus menuju Makkah, tetapi Muslim bin Uqbah meninggal dalam perjalanan dan perintah diteruskan ke wakilnya [[al-Hushain bin Numair As-Sakuni|al-Hushain bin Numair as-Sakuni]].<ref name="Hawting48"/> As-Sakuni memutuskan untuk [[Pengepungan Mekkah (683)|mengepung kota Makkah]] pada tanggal 24 September setelah Ibnu Zubair menolak untuk menyerah.<ref name="Hawting48"/><ref name="Gibb55"/> Ka'bah rusak parah selama pengepungan as-Sakuni.<ref name="Gibb55"/><ref name="Hawting48"/> Selama pengepungan, dua kandidat potensial Qurasyi untuk kekhalifahan, Mush'ab bin Abdurrahman dan [[al-Miswar bin Makhramah]], terbunuh atau meninggal karena sebab alamiah.<ref name="Ahmed65-66"/> Pada bulan November, berita kematian Yazid mendorong as-Sakuni untuk bernegosiasi dengan Ibnu Zubair.<ref name="Hawting48"/> As-Sakuni mengusulkan untuk mengakuinya sebagai khalifah dengan syarat bahwa Ibnu Zubair akan memerintah dari Suriah, pusat militer dan administrasi Umayyah.<ref name="Gibb55"/><ref name="Hawting48"/> Ibnu Zubair menolak ini dan tentara as-Sakuni mundur ke Suriah, meninggalkan Ibnu Zubair yang mengendalikan Hijaz dan Makkah.<ref name="Gibb55"/>
Baris 70 ⟶ 71:
[[File:Approximate map of areas under Ibn al-Zubayr's control after the death of Muawiya II.png|thumb|350px|Peta Kekhalifahan {{circa|684}}, selama [[Perang Saudara Islam II|Perang Saudara Kedua]]. Kedaulatan Ibnu Zubair sebagai khalifah diakui di [[Hijaz]], [[Yaman]], [[Mesir pada Abad Pertengahan|Mesir]], [[Irak]] dan distrik-distrik di [[Provinsi Fars|Fars ]] dan [[Provinsi Kerman|Kerman]] (area yang diarsir hijau)]]
 
Kematian Yazid dan selanjutnya penarikan pasukan Umayyah dari Hijaz memberi kesempatan kepada Ibnu Zubair untuk mewujudkan aspirasinya untuk kekhalifahan.<ref name="Gibb55"/><ref name="Hawting47"/> Dia segera menyatakan dirinya sebagai ''[[Amirul Mukminin|amīrul muʾminīn]]'' (pemimpin orang-orang beriman), gelar yang secara tradisional diperuntukkan bagi khalifah, dan menyerukan semua Muslim untuk memberinya sumpah setia.<ref name="Gibb55"/><ref name="Ahmed65-66"/> Orang-orang yang pertama kali memberikan sumpah setia kepada Ibnu Zubair adalah [[Abdullah bin Muthi']], [[:ar:عبد الله بن صفوان|Abdullah bin Shafwan bin Umayyah]], [[Ubaidillah bin Ali|Ubaidullah bin Ali bin Abi Thalib]], [[:ar:الحارث بن عبد الله بن أبي ربيعة|Al-Harits bin Abdullah bin Abi Rabi'ah]], [[:ar:عبيد بن عمير الليثي|Ubaid bin Umair]], dan [[Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib]].<ref>{{cite book|title=Hajjaj bin Yusuf Algojo Bani Umayyah|author=Manshur Abdul Hakim|id=ISBN 9789795929444, 9795929445|publisher=Pustaka Al-Kautsar|format=Buku elektronik|page=32|url=https://books.google.co.id/books?id=y5hpEAAAQBAJ&pg=PA32&dq=ubaidillah+bin+ali+bin+abu+thalib&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwig4fbvzK75AhXUSWwGHcpUA9IQ6AF6BAgEEAM#v=onepage&q=ubaidillah%20bin%20ali%20bin%20abu%20thalib&f=false|access-date=2022-08-05|archive-date=2022-08-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20220806140226/https://books.google.co.id/books?id=y5hpEAAAQBAJ&pg=PA32&dq=ubaidillah+bin+ali+bin+abu+thalib&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwig4fbvzK75AhXUSWwGHcpUA9IQ6AF6BAgEEAM#v=onepage&q=ubaidillah%20bin%20ali%20bin%20abu%20thalib&f=false|dead-url=no}}</ref> Dengan kematian kandidat Hijaz potensial lainnya, Ibnu Zubair menjadi penantang terakhir untuk kekhalifahan di antara faksi anti-Umayyah di Makkah dan Madinah dan sebagian besar kelompok mengakuinya sebagai pemimpin mereka,<ref name="Ahmed65-66"/> kecuali klan [[Bani Hasyim]] yang merupakan klan asal Muhammad dan [[Banu Ali]]. Dukungan Bani Hasyim dianggap sangat penting oleh Ibnu Zubair untuk mendapatkan legitimasi sebagai khalifah.<ref name="Anthony12">{{harvtxt|Anthony|2016|pp=12–13, 21}}</ref> Perwakilan terkemuka Bani Hasyim di Hijaz, [[Muhammad bin al-Hanafiyyah]] (saudara tiri Husain bin Ali) dan sepupu mereka [[Abdullah bin Abbas]], menunda sumpah mereka dengan alasan perlunya konsensus yang lebih kuat di komunitas Muslim yang lebih luas.<ref name="Anthony12"/> Karena kesal, Ibnu Zubair mengepung lingkungan klan Bani Hasyim di Makkah dan memenjarakan Muhammad bin al-Hanafiyyah untuk menekan Bani Hasyim.<ref name="Anthony12"/> Sementara itu, Khawarij di bawah pimpinan [[Najdah bin Amir]] di [[al-Yamamah|Yamamah]] (Arab tengah) meninggalkan Ibnu Zubair begitu dia meneruskan klaimnya atas kekhalifahan, sebuah institusi yang mereka tolak, dan Ibnu Zubair sendiri menolak untuk meyakini doktrin mereka.<ref name="Gibb55"/><ref name="Ahmed65-66"/><ref name="Hawting49">{{harvtxt|Hawting|1986|p=49}}</ref>
 
Di ibu kota Umayyah, [[Damaskus]], Yazid digantikan oleh putranya yang masih muda, [[Muawiyah II]] ({{reign|683|684}}),<ref name=Bosworth>{{harvtxt|Bosworth|1993}}</ref> tetapi Muawiyah II hampir tidak memegang kekuasaan dan meninggal karena sakit hanya beberapa bulan setelah pengangkatannya.<ref name="Hawting47"/><ref name=Bosworth/> Hal ini meninggalkan kekosongan kepemimpinan di Suriah karena tidak ada penerus yang cocok di antara keluarga Muawiyah I.<ref name="Hawting47"/> Dalam kekacauan berikutnya, otoritas Umayyah runtuh di seluruh kekhalifahan dan Ibnu Zubair mendapat pengakuan luas.<ref name="Hawting48"/> Sebagian besar provinsi Islam menawarkan kesetiaan mereka, termasuk [[Mesir pada Abad Pertengahan#periode Umayyah|Mesir]], [[Kufah]], [[Yaman Raya|Yaman]] dan [[Qais 'Ailan]] di [[Jund Qinnasrin|Suriah utara]].<ref name="Gibb55"/><ref name="Hawting48"/> Demikian pula di [[Khurasan Raya|Khurasan]], gubernur ''de facto'' [[Abdullah bin Khazim as-Sulami]] menawarkan pengakuannya.<ref>{{harvtxt|Zakeri|1995|p=230}}</ref> Ibnu Zubair menunjuk saudaranya [[Mush'ab bin Zubair|Mush'ab]] sebagai gubernur Basra dan dependensinya.<ref name="Hawting48"/> Sebagai bukti kedaulatan Ibnu Zubair, koin-koin dicetak atas namanya sampai ke distrik [[Provinsi Kerman|Kerman]] dan [[Provinsi Fars|Fars]] (sekarang Iran); keduanya bergantung kepada Basra pada waktu itu.<ref name="Hawting48"/> Meskipun demikian, otoritasnya di luar Hijaz sebagian besar bersifat nominal.<ref name="Gibb55"/>
Baris 76 ⟶ 77:
Sebagian besar suku Arab di [[Jund Dimashq|Suriah bagian pusat]] dan [[Jund al-Urdunn|bagian selatan]] tetap setia kepada Bani Umayyah dan memilih [[Marwan bin al-Hakam]] ({{reign|684|685}}) dari Madinah untuk menggantikan Muawiyah II.<ref name="Hawting48"/><ref name=Bosworth/> Proklamasi Marwan sebagai khalifah di Damaskus menandai titik balik bagi Ibnu Zubair.<ref name=Bosworth/><ref name="Hawting48"/> Partisan Marwan, yang dipimpin oleh [[Ubaidullah bin Ziyad]], secara meyakinkan mengalahkan suku Qaysi yang dipimpin oleh [[adh-Dhahhak bin Qais]] pada[[Pertempuran Marj Rahith| Pertempuran Marj Rahith]] bulan Juli 684.<ref name="Gibb55"/> Suku Qaysi yang masih hidup melarikan diri ke [[Al-Jazira (provinsi khalifah)|al-Jazira]] (Mesopotamia Atas) di bawah kepemimpinan [[Zufar bin al-Harits al-Kilabi]]<nowiki/>yang mempertahankan pengakuannya atas kekhalifahan Ibnu Zubair.<ref>{{harvtxt|Kennedy|2004|p= 81.}}</ref> Namun, pada Maret 685, Ibnu Zubair kehilangan Provinsi Mesir yang penting secara ekonomi karena Marwan.<ref>{{harvtxt|Kennedy|2004|pp=80–81}}</ref>
 
Gagalnya negosiasi antara Ibnu Zubair dan [[al-Mukhtar ats-Tsaqafi]] kemudian memberi masalah bagi hubungan Ibnu Zubair dengan keluarga [[Banu Ali]].<ref name="Kennedy82">{{harvtxt|Kennedy|2004|p=82}}</ref> Al-Mukhtar mendeklarasikan kekhalifahan [[Muhammad bin al-Hanafiyah]] yang kemudian mengadopsi gelar "''[[Imam Mahdi|al-mahdiMahdi]]''".<ref name="Kennedy82"/> Partisan Al-Mukhtar mengusir otoritas Ibnu Zubair dari Kufah pada Oktober 685.<ref name="Gibb55"/><ref name="Anthony12"/><ref name="Kennedy82"/> Al-Mukhtar kemudian mengirim pasukan Kufan ke Hijaz untuk membebaskan Muhammad bin al-Hanafiyah.<ref name="Anthony12"/> Otoritas Mush'ab di Basra dan Khurasan juga mulai goyah, tetapi akhirnya diamankan setelah Mush'ab mendapatkan dukungan dari kepala [[Bani Azad]] yang kuat dan pemimpin militer Khurasan, [[al-Muhallab bin Abi Sufra]].<ref name="Gibb55"/> Mush'ab juga memperoleh dukungan dari pembelotan ribuan orang Kufah dan bersama-sama mereka mengalahkan dan membunuh al-Mukhtar pada bulan April 687.<ref name="Kennedy83">{{harvtxt|Kennedy|2004|p= 83}}</ref><ref>{{harvtxt|Anthony|2016|p=21}}</ref> Ibnu Zubair kemudian memberhentikan Mush'ab dari jabatannya pada 686/87 dan mengangkat putranya sendiri Hamzah sebagai Gubernur Basra.<ref name="Fishbein118">{{harvtxt|Fishbein|1990|p=118}}, n. 424.</ref> Ibnu Zubair juga mengirim pasukan yang dipimpin Abdullah bin Umair al-Laitsi untuk mengusir Khawarij Najdiyah dari Bahrain setelah mereka menyerbu provinsi tersebut, tetapi pasukan Ibnu Zubair berhasil dipukul mundur.<ref>{{harvtxt|Fishbein|1990|p= 119}}, n. 431.</ref> Hamzah terbukti tidak kompeten dalam pemerintahannya di Irak dan setelah kegagalannya mengirimkan pendapatan provinsi ke kas negara di Makkah, dia diberhentikan dan diduga dipenjarakan oleh ayahnya.<ref name="Fishbein118"/><ref name="Anthony8">{{harvtxt|Anthony|2016|p=8}}</ref> Mush'ab diangkat kembali sebagai gubernur tak lama kemudian pada 687/688.<ref name="Fishbein118"/><ref name="Anthony8"/> Pada saat itu, kaum Khawarij menaklukkan Yaman dan [[Hadramaut]], sedangkan pada tahun 689, mereka menduduki [[Ta'if]], tetangga selatan Makkah.<ref name="Gibb55"/>
 
=== Pengepungan dan kematian ===
Baris 86 ⟶ 87:
 
== Keturunan ==
Setelah menang, Abdul Malik menyita tanah milik Ibnu Zubair di Madinah dan tempat lain di Hijaz.<ref name="Elad331">{{harvtxt|Elad|2016|p=331}}</ref> Khalifah kemudian mengembalikan beberapa properti kepada putra-putra Ibnu Zubair atas permintaan Tsabit.<ref name="Elad331" /> Pada masa pemerintahan Khalifah [[al-Walid I]] ({{reign|705|715}}), putra sulung Ibnu Zubair, Khubaib, dicambuk sampai mati di Madinah oleh gubernur [[Umar II]].<ref>{{harvtxt|Hawting|1989|p=65}}, n. 306.</ref> Sementara itu, Tsabit telah mendapat dukungan khusus dari penerus al-Walid, Khalifah [[Sulaiman bin Abdul Malik]] ({{reign|715|717}}), yang setuju untuk mengembalikan sisa tanah yang disita kepada putra-putra Ibnu Zubair.<ref>{{harvtxt|Elad|2016|p=332}}</ref> Di bawah [[Kekhalifahan Abbasiyah]], pada masa pemerintahan khalifah [[Al-Mahdi Abbasi|al-Mahdi]] ({{reign|775|785}}) dan [[Harun ar-Rasyid]] ({{reign|786|809}}), beberapa keturunan Ibnu Zubair mencapai jabatan administrasi senior, termasuk [[Abdullah bin Mush'ab Az-Zubairi|Abdullah bin Mush'ab]] dan [[Bakkar bin Abdullah Az-Zubairi|Bakkar bin Abdullah]] yang berturut-turut menjabat sebagai [[Daftar Gubernur Madinah (657-890)|gubernur Madinah]].<ref>{{harvtxt|Elad|2016|pp= 337–338}}</ref>
 
==Pandangan==
Baris 135 ⟶ 136:
==Bibliografi==
{{refbegin|30em}}
*{{cite book |last1=Ahmed |first1=Asad Q. |title=The Religious Elite of the Early Islamic Ḥijāz: Five Prosopographical Case Studies |date=2010 |publisher=University of Oxford Linacre College Unit for Prosopographical Research |location=Oxford |isbn=978-1-900934-13-8 |url=https://books.google.com/books?id=v1dwdBDDjcUC|archive-url=https://web.archive.org/web/20200709153847/https://books.google.com/books?id=v1dwdBDDjcUC |archive-date=9 July 2020 |url-status=live|ref={{sfnref|Ahmed|20202010}}}}
* {{EI2|last=Bosworth |first=C.E.|title=Muʿāwiya II |url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-2/muawiya-ii-SIM_5280|volume=7|ref={{sfnref|Bosworth|1993}}}}
*{{cite book |last1=Anthony |first1=Sean W. |editor1-last=Pomerantz |editor1-first=Maurice A. |editor2-last=Shahin |editor2-first=Aram A. |title=The Heritage of Arabo-Islamic Learning: Studies Presented to Wadad Kadi |year=2016 |publisher=Brill |location=Leiden and Boston |isbn=978-90-04-30590-8 |pages=3–27 |url=https://books.google.com/books?id=sa-8CgAAQBAJ |chapter=The Meccan Prison of ʿAbdallāh b. al-Zubayr and the Imprisonment of Muḥammad b. al-Ḥanafiyya|ref={{sfnref|Anthony|2016}}}}
Baris 153 ⟶ 154:
*{{The Arab Kingdom and its Fall|ref={{sfnref|Wellhausen|1927}}}}
*{{cite book |last1=Zakeri |first1=Mohsen |title=Sasanid Soldiers in Early Muslim Society: The Origins of 'Ayyārān and Futuwwa |date=1995 |publisher=Otto Harrassowitz Verlag |isbn=978-3447036528 |url=https://books.google.com/books?id=VfYnu5F20coC&pg=PA230|ref={{sfnref|Zakeri|1995}}}}
* {{cite book|last=Asy-Syaibani|first=Abul Hasan Ali|author-link=Ibnul Atsir al-Jazari|title=Al Kamil fil Tarikh 13 volumes|url=https://www.amazon.com/Kamil-Tarikh-volumes-%D8%A7%D9%84%D9%83%D8%A7%D9%85%D9%84-%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%A7%D8%B1%D9%8A%D8%AE/dp/9953135177|isbn=978-9953135175|date=2009|language=ar|ref={{sfnref|Asy-SaibaniSyaibani|2009}}}}
{{refend}}