Demang Lehman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Asang Lawai (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Henrys Wirakusumah (bicara | kontrib)
'''kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris Adhipattie Mangkoe Nagara (Adipati Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi (Adipati Mangkubumi) merupakan gelar berganda''' yang menjabat sebagai Pangeran Mangkubumi Radja Bitjara Sultan Bicara Rijksbestierder, Wali Pangeran Ratu, Wali Putera Mahkota, Wali Sultan Muda, Wali Sultan. Pangeran yang menjabat Pangeran Mangkubumi menyandang gelar Dewan Senior Mahkota, Pangeran Bendahara, Adipati, Raden Dipati, Pangeran Dipati, Pangeran Dipa...
Tag: halaman dengan galat kutipan
 
(28 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{hatnote|Untuk stadion, lihat [[Stadion Demang Lehman]]}}{{infobox orang}}
'''Demang Lehman nama asli beliau Idris''', kemudianyang bergelar '''Adhipattie Mangko Nagara (Adipati Mangku Negara)'''<ref name="suluh">{{id}}{{cite book|first=[[Amir Hasan Kiai Bondan|Amir Hasan]]|last=Kiai Bondan|title= Suluh Sedjarah Kalimantan|publisher= Bandjarmasin: Fadjar|year=1953}}</ref> (lahir di [[Martapura, Banjar|Martapura]] tahun [[1832]]<ref name="Helvy"/><ref name="tamar">{{id}} [[Tamar Djaja]], Pustaka Indonesia: riwajat hidup orang-orang besar tanah air, Jilid 2, Bulan Bintang, 1965</ref> - meninggal di [[Martapura, Banjar|Martapura]] tanggal [[27 Februari]] [[1864]] pada umur 32 tahun) adalah salah seorang [[panglima perang]] dalam [[Perang Banjar]].<ref name="Penerangan">{{id}}{{cite book|first=Departemen Penerangan|last=Indonesia|title=Republik Indonesia: Kalimantan|publisher=Kementerian Penerangan|year=1955}}</ref><ref name="Roebaie">{{id}}{{cite book|first=Roebaie|last=Widjaya|title=Merdeka: tjerita rakjat|publisher=Djajamurni|year=1962}}</ref><ref name="Rees">{{cite book
| lang= nl
| authorlink= Willem Adriaan van Rees
Baris 34:
Pada awal tahun [[1859]] [[Nyai Ratu Komala Sari]], permaisuri almarhum [[Sultan Adam]], telah menyerahkan surat kepada Pangeran Hidayatullah II, bahwa kesultanan Banjar diserahkan kepadanya, sesuai dengan surat wasiat Sultan Adam. Selanjutnya Pangeran Hidayat mengadakan rapat-rapat untuk menyusun kekuatan dan memberi bantuan kepada [[Tumenggung Abdul Jalil]] (Kiai Adipati Anom Dinding Raja) berupa 20 pucuk senapan. Sementara itu [[Pangeran Antasari]] dan Demang Lehman mendapat tugas yang lebih berat yaitu mengerahkan kekuatan dengan menghubungi [[Tumenggung Surapati]] dan Pambakal Sulil atau Sulaiman di daerah [[Barito]] ([[Tanah Dusun]]), Kiai Langlang, dan [[Syaikh Buya Yasin]] di daerah [[Kabupaten Tanah Laut Kota Baru|Tanah Laut]].
 
Perlawanan rakyat terhadap Belanda berkobar di daerah-daerah di bawah pimpinan Pangeran Antasari yang berahsil menghimpun pasukan sebanyak 3.000 orang dan menyerbu pos-pos Belanda. Pos-pos Belanda di Martapura dan Pengaron diserang oleh pasukan Antasri pada tanggal 28 April 1859. Di samping itu, kawan-kawan seperjuangan Pangeran Antasari juga telah mengadakan penyerangan terhadap pasukan-pasukan Belanda yang dijumpai. Pada saat pangeran Antasari mengepung benteng Belanda di Pengaron, Kiai Demang Lehman dengan pasukannya telah bergerak disekitar Riam Kiwa dan mengancam benteng Belanda di Pengaron. Bersama-sama dengan Haji Nasrun, Habib Shohibul Bahasyim pada tanggal 30 Juni 1859, kiai Demang Leman menyerbu pos Belanda yang berada di istana Martapura. Dalam bulan Agustus 1859 bersama Syaikh Buya Yasin dan Kiai Langlang, Kiai Demang Lehman berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio.
 
Pada tanggal 27 September 1859 pertempuran terjadi juga di benteng Gunung Lawak yang dipertahankan oleh Kiai Demang Lehman dan kawan-kawan. Dalam pertempuran ini kekuatan pasukan Kiai Demang Leman ternyata lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan musuh sehingga ia terpaksa mengundurkan diri. Karena rakyat berkali-kali melakukan penyerangan gerilya, Belanda setalah beberapa waktu lamanya menduduki benteng tersebut, kemudian merusak dan meninggalkannya. Sewaktu meninggalkan benteng, pasukan Belanda mendapat serangan dari pasukan Kiai Demang Lehman yang masih aktif melakukan perang gerilya di daerah sekitarnya.<ref name="Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19">{{id}} {{cite book|author=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1992|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA282&ots=yQx4msvFyr&dq=pangeran%20perbatasari&hl=id&pg=PA282#v=onepage&q=pangeran%20perbatasari&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19|publisher=PT Balai Pustaka|isbn=9794074101|pages=280|access-date=2014-05-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20140522195810/http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA282&ots=yQx4msvFyr&dq=pangeran%20perbatasari&hl=id&pg=PA282#v=onepage&q=pangeran%20perbatasari&f=false|archive-date=2014-05-22|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-410-7</ref>
 
Upaya dan proses penangkapan Demang Lehman ini diungkapkan dalam Persidangan Pengadilan Demang Lehman, oleh para saksi. Mereka yang menjadi saksi adalah Brahim (Ibrahim) dan tahanan yang bernama Sambarani dan Singoprojo serta komplotannya.
 
Mereka mengungkapkan bahwa pada hari yang ditetapkan mereka mereka mendapat tugas khusus. Mereka telah menerima panggilan dari Kepala Wilayah Batu Licin (Syarif Hamid bin Pangeran Syarif Ali) agar melakukan segala upaya dengan tujuan untuk menangkap dan menyerahkan tersangka Demang Lehman yang berbahaya dalam kondisi hidup.
 
Pada sumber versi lain yang berbeda, dituliskan bahwa Demang Lehman yang merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda berusaha mengatur kekuatan kembali di daerah Gunung Pangkal, Negeri Batulicin, Tanah Bumbu. Waktu itu ia bersama Tumenggung Aria Pati bersembunyi di gua Gunung Pangkal dan hanya memakan daun-daunan. Oleh seorang yang bernama Pembarani diajak menginap di rumahnya.
 
Karena tergiur imbalan gulden dari Belanda, seseorang bernama Pembarani bekerjasama dengan Syarif Hamid bin Pangeran Syarif Ali dan anak buahnya yang sudah menyusuri Gunung Lintang dan Gunung Panjang untuk mencari Demang Lehman atas perintah Belanda. Demang Lehman tidak mengetahui bahwa Belanda sedang mengatur perangkap terhadapnya.
 
Oleh orang yang menginginkan hadiah dan tanda jasa sehabis dia melakukan salat Subuh dan dalam keadaan tidak bersenjata, dia ditangkap. Ia sempat sendirian melawan puluhan orang yang mengepungnya. Atas keberhasilan penangkapan ini Syarif Hamid bin Pangeran Syarif Ali Sebamban akan diangkat sebagai raja (Pangeran) tetap di Batulicin.
<ref name="Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19">{{id}} {{cite book|author=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1992|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA282&ots=yQx4msvFyr&dq=pangeran%20perbatasari&hl=id&pg=PA282#v=onepage&q=pangeran%20perbatasari&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19|publisher=PT Balai Pustaka|isbn=9794074101|pages=280|access-date=2014-05-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20140522195810/http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA282&ots=yQx4msvFyr&dq=pangeran%20perbatasari&hl=id&pg=PA282#v=onepage&q=pangeran%20perbatasari&f=false|archive-date=2014-05-22|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-410-7</ref>
 
== Bulan April 1859 ==
Pada awal Perang Banjar yaitu sekitar akhir bulan April [[1859]] Demang Lehman memimpin kekuatan dan penggempuran di sekitar [[Martapura, Banjar|Martapura]] dan [[Tanah Laut]], bersama-sama Kiai Langlang, Habib Shohibul Bahasyim dan Penghulu Syeikh Haji Buya Yasin, adapun tanah laut kota baru disarahkan kepada Haji Syafi'i. Selanjutnya Demang Lehman diperintahkan mempertahankan kota Martapura, karena pusat pemerintahan Kerajaan oleh Pangeran Hidayat dipindahkan ke kota [[Karang Intan, Karang Intan, Banjar|Karang Intan]]. Bersama-sama [[Pangeran Antasari]], Demang Lehman menempatkan pasukan di sekitar Masjid Martapura dengan kekuatan 500 orang dan sekitar 300 orang di sekitar [[Keraton Banjar|Keraton Bumi Selamat]].
 
== Benteng Munggu Dayor ==
Pada akhir tahun [[1859]] pasukan rakyat yang dipimpin oleh Demang Lehman, [[Pangeran Antasari]], Tumenggung [[Antaluddin]], Tumenggung Syarif Ali Al-Akbar Al-Aidid, dan Habib Shohibul Bahasyim berkumpul di benteng Munggu Dayor. Demang Lehman terlibat dalam pertempuran sengit di sekitar Munggu Dayor. Belanda menilai tentang Demang Lehman, Syarif Antaluddin Alhasani, Syarif Ali Al-Akbar Al-Aidid, Syarif Shohibul Bahasyim sebagai musuh yang paling ditakuti dan paling berbahaya dan menggerakkan kekuatan rakyat sebagai tangan kanan dari Pangeran Hidayatullah. Demang Lehman menyerbu Martapura dan melakukan pembunuhan terhadap pimpinan militer Belanda di kota Martapura.
 
== Serbuan terhadap Belanda di Keraton Bumi Selamat 30 Agustus 1859 ==
Baris 48 ⟶ 59:
 
== Pertempuran di Benteng Tabanio ==
Sementara itu kapal perang Bone dikirim Belanda ke Tanah Laut untuk merebut kembali benteng [[Tabanio, Takisung, Tanah Laut|Tabanio]] yang telah dikuasai Demang Lehman dalam sebuah pertempuran yang mengerikan Belanda. Ketika pasukan Letnan Laut Cronental menyerbu benteng Tabanio, 9 orang serdadu Belanda tewas, dan terpaksa pasukan Belanda sisanya mengundurkan diri dengan menderita kekalahan. Serangan kedua oleh Belanda dilakukan, tetapi benteng itu dipertahankan dengan gagah berani oleh Demang Lehman, Kiai Langlang, Habib Shohibul Bahasyim, dan Penghulu Syeikh Haji Buya Yasin dan tokoh lainya. Karena serangan serdadu Belanda didukung oleh angkatan laut yang menembakkan meriam dari kapal perang, sedangkan pasukan darat menyerbu benteng Tabanio, Demang Lehman berserta Habib Shohibul Bahasyim besarta pasukannya lolos dengan tidak meninggalkan korban. Belanda menilai bahwa kemenangan terhadap benteng Tabanio ini tidak ada artinya, kalau diperhitungkan dengan jumlah sarana yang dikerahkan 15 buah meriam, dan sejumlah senjata yang mengkilap, ternyata tidak berhasil melumpuhkan kekuatan Demang Lehman.
 
== Pertempuran di Benteng Gunung Lawak 27 September 1859 ==
Selanjutnya Demang Lehman, Abdullah, Habib Shohibul Bahasyim, memusatkan kekuatannya di benteng pertahanan [[Gunung Lawak]] di Tanah Laut. Benteng itu terletak di atas bukit, di setiap sudut benteng dipersenjatai dengan meriam. Pertempuran memperebutkan benteng ini terjadi pada tanggal [[27 September]] [[1859]]. Dalam pertempuran yang sengit dan pasukan Demang Lehman mempertahankan benteng Gunung Lawak dengan gagah berani, akhirnya mengorbankan lebih dari 100 gugur dalam pertempuran ini. Belanda sangat bangga dengan kemenangannya ini sehingga dilukiskannya sebagai salah satu pertempuran yang indah pada tahun 1859. Kekalahan ini tidak melemahkan semangat pasukan Demang Lehman, sebab mereka yakin bahwa berperang melawan Belanda adalah perang sabil, dan mati dalam perang adalah mati syahid. Bahkan pasukan yang dipimpin [[Kolonel]] [[Augustus Johannes Andresen]] banyak korban dalam perjalanan naik perahu ketika menuju ke Banjarmasin, bahkan [[A.J. Andresen]] sendiri hampir tewas dalam serangan mendadak ini.
 
== Mendatangkan senjata ==
Baris 77 ⟶ 88:
 
== Haji Isa ==
Meskipun segala usaha telah gagal, Belanda tetap berusaha untuk menangkapnya dengan cara apapun. Pemerintah Belanda mengutus Haji Isa seorang yang dekat dengan dan tahu Pangeran ini berada. Tugas HabibHaji Isa adalah menyampaikan keinginan pemerintah Belanda terhadap Pangeran ini. Haji Isa tidak berhasil menemukan Pangeran Hidayat, tetapi dia bertemu dengan Demang Lehman. Ketika Haji Isa menyampaikan tugas misinya terhadap Demang Lehman. Demang Lehman langsung menjawab menolak segala macam perundingan dan akan terus berjuang sampai akhirnya memperoleh kemenangan. Laporan Haji Isa ini menimbulkan semangat Belanda untuk mengatur siasat baru. Mayor Koch Asisten Residen di Martapura mengatur dan mengadakan hubungan dengan Demang Lehman atas perintah Residen Verspijck. Pertemuan dengan Demang Lehman menghasilkan kesepakatan bahwa Demang Lehman bersedia menemui Pangeran Hidayat asal Belanda berjanji mendudukkan Pangeran Hidayat sebagai Raja di Martapura. Demang Lehman selalu merasa curiga dengan keinginan Belanda untuk mendudukkan Pangeran Hidayat sebagai raja di Martapura, karena itu Demang Lehman mengkonsolidasi pasukannya. Setelah terjadi hubungan surat menyurat antara Demang Lehman dengan Regent Martapura Pangeran Jaya Pemenang, Demang Lehman bersedia turun ke Martapura. Pada tanggal [[2 Oktober]] [[1861]] Demang Lehman turun ke Martapura bersama tokoh-tokoh pejuang disertai 250 orang pasukannya. Anggota pasukannya ini akan menyusup ke seluruh pelosok Martapura dan akan mengamuk kalau Belanda menipu dan menangkap Demang Lehman. Tokoh-tokoh pejuang yang mengiringi Demang Lehman adalah: Kiai Darma Wijaya, Kiai Raksa Pati, Kiai Mas Cokroyudo, Kiai Puspa Yuda Negara, Gusti Pelanduk, Pambakal Ahmad, Kiai Jaya Surya, Kiai Setro Wijaya, Kiai Muda Kencana, Kiai Surung Rana ( Habib Shohibul Bahasyim) , Pambakal Nabil, Pambakal Yunus, Tumenggung Umar, Tumenggung Pambakal Syarif Ali Al-Akbar Al-Aidid dan masih banyak lain-lainnya.
 
== 6 Oktober 1861 ==
Baris 161 ⟶ 172:
# Goesti Kassan dengan anak-anaknya
 
== Hidayatullah sebagai Sultan Banjar ==
== Rekan-rekan setia sehidup semati satu Seperjuangan dengan Demang Lehman - Idris ==
Di dalam [[Hikayat Banjar]] '''Adipati''' terdapat istilah '''Dipati''' dan '''Pangeran Dipati''', misalnya '''Dipati Sukadana''' sebutan untuk penguasa [[kerajaan Sukadana]], '''Dipati Sambas''' sebutan untuk penguasa [[kerajaan Sambas]], '''[[Rakyatullah dari Banjar|Dipati Martapura]]''' Sultan Hidayatullah HalilIllah Pada tanggal [[3 September]] [[1859]]''' Sultan Hidayatullah HalilIllah dinobatkan oleh para panglima perang kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris Adhipattie Mangkoe Nagara (Adipati Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi (Adipati Mangkubumi) legitimasi ([[Adipati]] Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi ( [[Adipati]] [[Mangkubumi]]) memegang pusaka kasultanan Banjar yaitu adalah kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris yang lahir di Martapura tahun [[1832]] dan meninggal di Martapura pada tanggal [[27 Februari]] [[1864]] pada usia 32 tahun. '''Adipati''' sebutan untuk penguasa [[kerajaan Martapura]], '''Dipati Ngganding''' seorang adipati [[kerajaan Kotawaringin|Kotawaringin]], '''[[Pangeran Dipati Anta-Kasuma]]''', '''[[Pangeran Dipati Tuha]]''', '''[[Pangeran Dipati Anom]]''' dan lain-lain.Pada masa [[Adam dari Banjar|Sultan Adam]], dilantik seorang keponakan permaisurinya yaitu [[Kiai]] [[Adipatie Danoe Radja]], untuk memimpin [[Banua Lima]], yang merupakan suatu wilayah [[keadipatian]] dari [[Kesultanan Banjar]] yang merupakan gabungan dari lima [[lalawangan]]/distrik/katamanggungan. Pada masa kolonial Hindia Belanda, Kiai Adipati Danu Raja tetap memimpin wilayah yang sama dan dilantik sebagai [[wali penguasa]] dengan gelar Raden Adipati Danu Raja.Lalawangan yaitu suatu wilayah yang dipimpin [[Kiai]] [[Tumenggung]] (setara dengan jabatan [[bupati]] di Jawa).
Rekan-rekan seperjuangan Demang Lehman:<ref name="suluh"/><ref name="Haes">{{cite book
 
| lang= nl
 
| first= R. L.
Sultan Hidayatullah HalilIllah Pada tanggal [[3 September]] [[1859]]''' Sultan Hidayatullah HalilIllah dinobatkan oleh para panglima perang kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris Adhipattie Mangkoe Nagara (Adipati Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi (Adipati Mangkubumi) legitimasi ([[Adipati]] Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi ( [[Adipati]] [[Mangkubumi]]) memegang pusaka kasultanan Banjar yaitu adalah kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris yang lahir di Martapura tahun [[1832]] dan meninggal di Martapura pada tanggal [[27 Februari]] [[1864]] pada usia 32 tahun.sementara Tagab [[Wajir]] dilantik menjadi Kiai Singapati'''.Setelah proklamasi mengadakan rapat-rapat untuk menyusun kekuatan.Sultan Hidayatullah HalilIllah dan kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris berunding dengan para [[Mufti]] di daerah Martapura. Perundingan pertama diadakan di [[Kalampayan, Astambul, Banjar|Kalampayan]] dan yang kedua di kampung [[Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar|Dalam Pagar]]. Dalam perundingan itu disepakati rencana untuk melakukan serangan umum terhadap kota Banjarmasin.
| last= de Haes
'''Beberapa tokoh yang hadir dan mendukung penobatan ini antara lain Rekan-rekan setia sehidup semati satu Seperjuangan dengan kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris , Rekan-rekan seperjuangan kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris ''':
| authorlink= R. L. de Haes
- Kiai Derma Wijaya
| url= http://books.google.co.id/books?id=_qI_AAAAYAAJ&dq=demang%20lehman&pg=PA19#v=onepage&q=demang%20lehman&f=false
- Kiai Raksa Wati
| title= Eenige opmerkingen over het werk getiteld: de Bandjermasinsche Krijg van 1859 tot 1863
- Kiai Mas Cakra Yuda
| publisher= D. Noothoven Van Goor
- Kiai Puspa Yuda Negara
| year= 1866
- Gusti Pelanduk Putera
}}</ref>
- Pangeran Isa
# Kiai Derma Wijaya - Abdullah
- Pambakal Awang
# Kiai Raksa Wati - Abdurrahman
- Kiai Jaya Surna
# Kiai Mas Cakra Yuda - Abdurrahim
- Kiai Setro Wijaya
# Kiai Puspa Yuda Negara - Abu Bakar
- Kiai Derma Yuda
# Gusti Pelanduk Putera Pangeran Isa
- Kiai Muda Kencana
# Pambakal Awang - Utsman
# - Kiai JayaGuma Surna - Musa Al-JaunWijaya
# - Kiai Setro Wijaya -Surung HasanRana
- Pambakal Noto
# Kiai Derma Yuda - Husein
- Pangeran Moeda
# Kiai Muda Kencana - Idris
- Pambakal Nasir, juga disebut Kia Moerta Djaja
# Pangeran Ali Basyah - Ali
- Kiai Narang Baija
# Kiai Guma Wijaya - Muhammad Al-Baqir
- Said Sambas (nama asli Syarif Sa'id As-Sambasi)
# Kiai Surung Rana - Habib Shohibul Bahasyim
- Kiai Poerbaja
# Pambakal Noto - Ja'far Ash-Shadiq
- Pambakal Ahmad Zaini Dahlan
# Pangeran Moeda, sebelumnya bernama Gusti Ibrahim Ad-Dasuqi
- Kiai Pati Jaya Kasuma
# Pambakal Nasir, juga disebut Kia Moerta Djaja - Abu Hasan Asy-Syadzili
# - Kiai Narang Baija -Derma YahyaLelana
- Kiai Yuda Wijaya
# Said Sambas
- Kiai Wira Yuda
# Muhammad Al-Jazuli, juga bernama Kiai Poerbaja
# - Pambakal Ahmad Zaini DahlanYunus
- Tumenggung Gamar alias Tumenggung Cakra Yuda
# Kiai Pati Jaya Kasuma - Muhammad Amin Qutbi
- Tuan Saaban
# Kiai Derma Lelana - Ahmad Ar-Rifa'i
- Kiai Wira Karsa
# Kiai Yuda Wijaya - Ahmad Al-Badawi
# - Kiai Wira Yuda - AbdulJaya QadirPati
- Andin Ahmad Mangun Yuda
# Pambakal Yunus
- Kiai Singa Pati
# Tumenggung [[Gamar]] alias Tumenggung Cakra Yuda - Umar
- Kiai Guru Perang Jaya Wanton
# Tuan Saaban - Hamzah
# - Kiai Puspa Wira Karsa - AunYuda
- Rumi Jaya
# Kiai Jaya Pati - Abdul Wahhab
- Pambakal Ulak
# Andin Ahmad Al-Muhajir
- Yasin
# Tumenggung Ali Al-Akbar Al-Aidid
- Pangeran Sasra Kasuma
# Mangun Yuda - Abdul Kahar
- Pangeran Saleh
# Kiai Singa Pati - Aburrazzāq
- Pangeran Abdurrahman
# Kiai Guru Perang - Abdul Malik
- Pangeran Kasuma Indra
# Jaya Wanton - Abdul Aziz
- Pangeran Muhammad Ali Bassa
# Kiai Puspa Wira Yuda - Abdul Jabar
# - Kiai RumiPangeran Jaya - Abdul HayKasuma
- Gusti Muhammad Tarip
# Syaikh Yasin
- Amin Oellah
# Pambakal Ulak - Alwi
- Soero Pati dengan anak-anaknya
# Syaikh Buya Yasin
- Kiai Djaya Lalana
- Goesti Kassan dengan anak-anaknya
 
'''kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris Adhipattie Mangkoe Nagara (Adipati Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi (Adipati Mangkubumi) merupakan gelar berganda''' yang menjabat sebagai Pangeran Mangkubumi Radja Bitjara Sultan Bicara Rijksbestierder, Wali Pangeran Ratu, Wali Putera Mahkota, Wali Sultan Muda, Wali Sultan. Pangeran yang menjabat Pangeran Mangkubumi menyandang gelar Dewan Senior Mahkota, Pangeran Bendahara, Adipati, Raden Dipati, Pangeran Dipati, Pangeran Dipati Anom, Pangeran Perabu Anum, Pangeran Ratu Anum, Pangeran Ratu Anom, Perdana Menteri, [[Wajir]] Mu'adlam.sebagai [[Sultan]] Banjar Pangeran Hidayat dan sebagai [[Mangkubumi]] adalah Adhipattie Mangkoe Nagara ([[Adipati]] Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi ( [[Adipati]] [[Mangkubumi]]) Adhipattie Mangkoe Nagara ([[Adipati]] Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi [[Demang Lehman]].'''Sultan Hidayatullah HalilIllah dan kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris Pada tanggal 10 Desember 1860, Sultan Hidayatullah HalilIllah melantik [[Gamar]] dengan gelar Tumenggung Cakra Yuda sebagai panglima perang Sabil terhadap Belanda dan menjadikan [[Gunung Pamaton]] sebagai basis pertahanannya. Rakyat di Gunung Pamaton menyambut kedatangannya dan mulai membuat benteng pertahanan sebagai usaha menghalau tentara Belanda yang akan menangkapnya.'''
 
[[Sultan]] Hidayatullah Pada bulan [[Juni]] [[1861]], serangan umum direncanakan untuk dilakukan pada tanggal [[20 Juni]] [[1861]], namun rencana itu bocor ke pihak Belanda. Untuk menghadapi serangan umum pasukan Banjar terhadap Martapura, Asisten Residen Mayor Koch meminta bantuan kepada Residen [[Gustave Verspyck (1822-1909)|Gustave Verspijck]] di [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]] yang segera mengirimkan bantuan dengan mengirimkan kapal perang "Van Os" yang mengangkut meriam dan perlengkapan perang lainnya.<ref name=":8" /> Penobatan Sultan Hidayatullah HalilIllah ini menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pemimpin rakyat Banjar antara tahun [[3 september]][[1859]] sampai [[3 maret]] [[1862]]
Pada [[5 Februari]] [[1860]] kolonial Hindia Belanda mengumumkan bahwa Mencopot jabatan [[Pangeran Mangkubumi]] Mangkoe Boemi Kencana Martapura Hidayatullah HalilIllah dan kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris- Pada Tanggal [[5 Februari]] [[1860]]. pemerintah Martapoera Pangeran Mangkubumi Hidayatullah HalilIllah di Martapura Sebagai Vazal Tandingan di Banjarmasin Pangeran Sorie Mataram,Pangeran Muhammad Tambak anyar , dan Pangeran Mangkubumi Wira kasoema al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan kolonial Hindia Belanda mencopot jabatan [[Pangeran Mangkubumi]] Mangkoe Boemi Kencana Martapura Hidayatullah HalilIllah dan kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris- Selanjutnya,'''Pangeran Achmit Sebelumnya Pangeran Achmid merupakan salah seorang anggota dari 10 orang anggota Komisi Kerajaan (pasca pembubaran [[Kesultanan Banjar]] oleh kolonial Belanda). Ia merupakan putera Raja Banjar [[Sulaiman dari Banjar|Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah 2]] dan saudara sepihak (sebapak) dengan Raja Banjar [[Sultan Adam dari Banjar|Sultan Adam]].10 orang anggota Komisi Kerajaan (pasca pembubaran [[Kesultanan Banjar]] oleh kolonial Belanda) menandatangani pada tanggal [[11 Juni]] [[1860]], Kesultanan Banjar dibubarkan dari daftar kerajaan Nusantara oleh pemerintah Hindia Belanda, sebagaimana diumumkan oleh DE RESIDENT VAN SOERACARTA, GOUVERNEMENTS
COMMISSARIS IN DE Z. & O. AFDEELING VAN BORNEO,F. N. NIEU WENHUIJZEN (Surat Bepernyatan dari Residen Surakarta, Komisaris Gubernemen untuk Afdeeling Selatan dan Timur Borneo [[Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen]])<ref name="Bandjermasin (Sultanate)"/>
 
'''PROCLAMATIE.'''
 
'''Mengumumkan melalui surat berpernyataan di bawah: Surat Bepernyatan dari Residen Surakarta, Komisaris Gubernemen untuk Afdeeling Selatan dan Timur Borneo, [[Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen]]<ref name="Bandjermasin (Sultanate)"/>'''
 
'''PROCLAMATIE.'''
 
'''SURAT BEPERNJATAAN'''.
 
Daripada kita Sri Paduka Tuan Rasidin Surakarta Komisaris Gubernemen Hindia Nederland ditanah sebelah selatan dan timur pulau Kalimantan kepada sekalian radja2 mantri2 pambakal2 mukti2 penghulu2 hadji2 dan segala rakjat dari keradjaan Bandjermasin jang sudah dilalukan.
 
Maka pada penghabisan hari daripada bulan April tahun jang lalu adalah berdurhaka membuat rusuh didalam keradjaan Bandjermasin jang dahulu serta kemawannja siapa jang sudah ma-ada-akan dan jang sudah turut didalam itu karusuhan mesri dekatkan jang dia terada maatur dangan tentu tetapi sipatannja jang utama jaitu perintahan Sri Paduka Baginda Maharadja Nederlan didalam ini bahgian tanah Kalimantan dan menghendaki umur dan barang2nja dari berapa banjak hambanja jang sudah berdamai dan jang tinggal dangan diam2 sadja dan jang memberi kehasilan dan kauntungan kepada itu keradjaan dangan mendjadikan usaha2. '''Maka perbuatan bunuh jang kidji oleh karena dilakukan dangan tipu dan menhianat disertakan dangan dhalim sudah dilakukan kepada itu hamba2 Sri Paduka Baginda Maharadja Nederlan jaitu dilakukan oleh dan dangan perintah orang2 jang djahat dan jang durhaka jang mengerdjakan itu perbuatan dangan pura2 berkelahi dari sebab igama jaitu pura2 perang sabil. Tetapi sebetulnja malanggar aturan igama jang begitu tentu dan terang bunjinja dan dangan menjampaikan kainginan dan mentjari kehormatan dirinja sudah merusakkan kesenangan dan kesentosaan dari satu negeri.'''
 
'''Maka sekalian hal ichwal itu mendjadikan gupernemen Hindia Nederlan jang senantiasa sabar didalam hal orang jang sesat ingatan tetapi jang selamanja biasa menundjukkan kekerasannja jang tiada boleh ditegahkan dimana orang mendjatuhkan tangannja jang salah kepada haknja dan kepada kesentosaannja hamba rakjatnja.'''
 
Ma-angkat sendjata akan mengerdjakan dan mahukumkan orang2 mana jang sutalalu salah kepadanja.Maka apa jang sudah djadi jaitu angkau semuanja sudah tahu. Pada segala tempat jaitu kebetulan sudah menang atas kesalahan dan dia orang mana jang sudah ma-ada-akan pikiran membuat rusuh dan jang turut djadi kepalanja berandal sekarang ini mengambara didalam hutan dan rimba seperti rusa jang diburu dan orang ketjil jang kena tjilaka '''tipu daja oleh karena itu orang2 djahat punja tipu daja dan perkataan dusta mulanja terikut sama itu orang2 djahat sekarang ini dangan bentjana berpaling dari dia orang. Maka sementalah itu dilakukanlah langkah jang pertama sehingga beroleh kedjadian jang sudah meninggalkan tahta keradjaan Bandjarmasin'''.
 
Maka sasudahnja itu ditimbanglah baik2 apa itu tahta keradjaan akan dikasih lagi kepada satu radja Melaju dan djikalau boleh dikasih sama siapa akan dikasihkan. Tetapi kasihan2nja timbangan itu jaitu didalam jang Gupernemen Hindia Nederlan tiada suka akan menambahi daerah tanah pigangannja jang sudah begitu luas adalah kemustian kepadanja akan memasukkan kedalam pigangannja sekalijan tanah jang masuk bilangan keradjaan Bandjarmasin. Sebab tiadalah boleh diharap jang dangan djalan jang lain itu keradjaan jang sudah beberapa tahun lamanja ada didalam kasakitan dan jang banjak tersangsara oleh karena rusuh nanti akan boleh dibetulkan kembali dangan pemeliharaan kasentosaan dan aturan sehingga ada ketentuan dan ada tanggungan jang hari kemudian akan sedjahteranja dan tiada berbahaja lagi.
 
'''Maka dari sebab itulah Sri Paduka Jang Dipertuan Basar Gupernur Djenderal dari tanah Hindia Nederlan sudah menentukan sebagaimana sudah diberi tahu kepada sekalian orang pada surat bepernjataan kita dari hari ini jaitu jang keradjaan Bandjarmasin pada sekarang ini djuga dan selama2nja tiada akan dipindjamkan dan diberi pegang lagi kepada satu radja Melaju dan oleh karena itu dangan menanti penerimaan Sri Paduka Jang Dipertuan Besar Gupernur Djenderal dari tanah Hindia Nederlan kita sabdakan jang keradjaan Bandjarmasin jang diperintahkan sendirinja sekarang ini diberhentikan keadaannja itu dan sekalian tanah jang mana mendjadi itu keradjaan jang sudah dilalukan daripada sekarang ini djuga akan masuk bilangan tanah jang diperintah oleh Gubernemen Hindia Nederlan didalam bahagian sebelah selatan dan timur pulau Kalimantan dangan memberhentikan kakuasaannja dan perintahnja komisi jang sudah diberi pegang keradjaan Bandjarmasin sasudahnja Sri Paduka Tuan Sulthan Tamdjid Illah dangan kasukaannja sudah turun dari tahta keradjaan Bandjarmasin pada perkara dua dari surat bepernjataan dari Sri Paduka tuan kolonil adjudan daripada Sri Paduka Baginda Maharadja Nederlan didalam pekerdjaan jang utama serta komisaris Gubernemen dan kepala dari tentara peperangan didalam bahagian tanah sebelah selatan dan timur pulau Kalimantan daripada tanggal dua puluh hari bulan Juni tahun seribu dalapan ratus lima puluh sembilan.'''
 
Maka daripada sasa’at ini djuga berhentilah sekalian orang daripada kaharusan dan kamustian menurut parintahan taturunan radja2 jang sudah memegang keradjaan Bandjarmasin hanja akan harus mengebakti dan musti menurut perintahan punggawa2 orang kulit putih dan punggawa2 Melaju jang kita sudah tentukan memerintah angkau dan perintahan kepala2 kampung ditempat kediamanmu. Adapun itu kepala2 kampung kita tetapkan didalam kaadaannja sekarang ini. Maka perbuatan dan sipatan pemerintahan baru jang ditaruh kaatasmu jaitu akan menambahi keselamatanmu dan akan mengeraskan kebetulan dan aturan dan kesentosaan.
 
Maka dangan karena itulah satu padjar jang baru sudah terbit bagimu dan kita berani harap jang angkau dangan menhormati kepada siapa jang kita tentukan memerintah kepadamu didalam mendjadi kauntungan kepada dirimu sendiri akan melandjur-akan dan mendjadikan itu pengharapan kita daripada itu padjar serta jang gupernemen tiada akan dimustikan lagi akan memberi rasa tangannja jang menghadjar dan mehukum kepadamu.
 
Maka igamamu akan senantiasa dihormati tetapi didalam itu angkau patut mahormati djua orang lain punja igama. Maka barangsiapa jang tiada menurut seperti ini dan mengatakan jang oleh sebab mengeraskan igama ma-ada-akan kagemparan atawa ma-ada-akan kasusahan jang lain jaitu dangan tiada boleh tiada hanja dangan kekerasan jang tiada tepermanai nanti akan dihukumkan dangan hukuman jang paling tjela sekali. Maka kehendak Sri Paduka Baginda Maharadja jang tertentu sekali jang satu2 hamba rakjat Sri Paduka Baginda Maharadja akan diberikan didalam igama jang diturutnja dan sekali2 tiada boleh diganggu diketjualikan pemeliharaan dari mata sahabat dan orang2nja daripada melanggar aturan jang sedjati atas kebetulan hukum. Maka demikian itulah harus angkau membawa kelakuanmu karena kehendak radja jang tiada menghendaki dan menjipat lain daripada kasentosaannja dan kauntungannja dari sekalian orang tiada satu orang jang boleh tiada membilang apalagi melanggar. Maka sekalian charadjat seperti uang kepala dan bea dan apa djuga namanja jang tempo keradjaan Bandjarmasin sudah kebiasaan orang membajar jaitu pada setempo ini akan ditetapkan seperti dahulu djuga.
 
Tetapi sementalah itu kita akan ma-ichtiar-akan sehingga itu charadjat mana2 jang pada timbangan kita mahalangi atas kasentosaanmu diberhentikan dan diganti dangan lain jaitu jang lebih rata beratnja.
 
Maka sebelumnja kita akan sedia dangan aturan itu jaitu dari pasal pekerdjaan jang musti diangkat oleh orang2 negeri mengganti pekerdjaan jang sebagaimana kaadatan dahulunja dari pasal ini. Kita tentukan jang orang2 negeri harus bekerdja dangan tiada mendapat bajaran sekalian pekerdjaan jang tersebut dibawah ini jaitu :<br>
:::Bekerdja didalam kampung2nja jang ditundjukkan oleh siapa jang memegang jaitu jang djadi kepala kampung,
:::Mendjaga didalam rumah2 djaga jang didirikan ditempat jang diperintahkan oleh kepala negeri mendjaga dan membawa orang tutupan atawa tawanan,
:::Membikin dan memelihara djalanan dan djembatan2 dan rumah djaga dan pasanggrahan pakai punggawa2 dan tentara peperangan jang berdjalan,
 
Maka pekerdjaan jang dapat bajaran jaitu :<br>
:::Membawa orang2 jang berdjalanan dan membawa barang2 bekerdja mendjadi kuli mengerdja rumah dan lain2 pekerdjaan guperneman.
 
Maka radja2 jang ada mendapat kurniaan kahasilan tanah daripada jang ganti berganti mendjadi radja dari keradjaan Bandjarmasin jang sudah dilalukan jaitu ia ditetapkan boleh memungut itu hasil dangan bernanti karidha'annja Sri Paduka Jang Dipertuan Besar Gupernur Djenderal dari tanah Hindia Nederlan tetapi jang tiada boleh dapat apa2 jaitu mana2 jang sudah turut tjampur didalam rusuh dan oleh sebab itu sudah hilang haknja atas kemurahan gupernemen. Maka ditentukan lagi jang adalah harus kepada gupernemen djikalau dikehendaki olehnja akan memberhentikan itu radja2 maambil kahasilannja itu tanah2 dangan memberi kepadanja gantian karugian dangan uang satimbang dangan itu kahasilan adanja.
Termaktub dinegeri Bandjarmasin kepada hari bulan Djuni 1860.
 
'''DE RESIDENT VAN SOERACARTA, GOUVERNEMENTS
COMMISSARIS IN DE Z. & O. AFDEELING VAN BORNEO,<br>
F. N. NIEU WENHUIJZEN}}'''
 
== Rujukan ==