Sunan Kalijaga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Membatalkan 1 suntingan oleh 140.213.177.109 (bicara) ke revisi terakhir oleh Raden Salman (TW)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(61 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{vlindungi}}
{{Infobox religious biography
| honorific-prefix =AsAsy-SyekhSyaikh
| name = Raden Said <br>
( Sunan Kalijaga / Tan Si Chang )
| image = Sunan Kalijaga BW.png
| alt =
| caption = PotretIlustrasi lukisanLukisan Sunan Kalijaga
| religion = [[Islam]]
| denomination = [[Sunni]]
| known_for = [[Wali Songo]]
| predecessor = [[SyekhSyaikh Subakir]]
| successor =[[Sunan Muria]]
| birth_name = Said
Baris 17 ⟶ 18:
| death_place = [[Kadilangu]], [[Demak]], [[Kesultanan Mataram]]
| children = {{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Sarah :
|1. Umar Said <br> ([[Sunan Muria]])
|2. Dewi Ruqayyah
|3. Dewi Sofiah
}}
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Sarokah :
|1. Ratu Pembayun <br> (Istri dari [[Sultan Trenggana]], dan Ibu dari [[Sunan Prawoto]] serta [[Ratu Kalinyamat]])
|2. Nyai Ageng Panenggak <br> (Istri Kyai Ageng Panenggak/Kyai (Ageng Pakar/Pangeran Hadikusumo/Panembahan Agung bin Kyai Ageng Ngerang II/Kyai bodo ing Pajang Sumare Sela butuh sragen) Nyai Ageng Panenggak Ibu dari Panembahan Pangulu).
|3. [[Sunan Hadi]] Kadilangu Demak<br> Berputra Pangeran Jayaprana/Sunan Adikadilangu (Sumare Kota Gede Yogyakarta) <br> Berputra Sunan Adilangu <br> Berputra Panembahan Adilangu Seda Kepuh <br> Berputra Panembahan Natapraja ing Kadilangu.
|4. Raden Abdurrahman
|5. Raden Ayu Panengah <br> (Istri dari [[Ki Ageng Ngerang III]], dan Ibu dari [[Ki Panjawi]])
}}
| father = Raden Ahmad Sahur / Raden Arya Mlayakusuma/Tumenggung Wilwatikta Jepara & Tuban
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Syarifah Zaenab :
| mother = [[Dewi NawangarumNawang Arum]]
|1.Nyai Ratu Mandoko (Ibu dari [[Sultan Adiwijaya]])
}}
| father = Raden Ahmad Sahur / Raden Arya Mlayakusuma/Tumenggung Wilwatikta Jepara & Tuban
| mother = [[Dewi Nawangarum]]
| spouse =
{{unbulleted list
| Dewi Sarah Binti [[Maulana Ishaq]]
| Dewi Sarokah Binti [[Sunan Gunung Jati]]
| Syarifah Zaenab binti [[Syekh Siti Jenar]]
}}
}}
'''Sunan Kalijaga''' merupakan Waliyullah yang tergabung dalam anggota dewan [[Walisongo]].Raden Said pada masa muda berjuluk Brandal Lokajaya.
'''Sunan Kalijaga''' (Susuhunan Kalijaga) adalah seorang [[tokoh]] [[Walisongo]], dikenal sebagai wali yang sangat lekat dengan [[muslim]] di [[Pulau Jawa]], karena kemampuannya memasukkan pengaruh [[Islam]] ke dalam tradisi dan budaya [[Jawa]]. Makamnya berada di [[Kadilangu]], [[Demak]].
 
Beliau dikenal sebagai wali yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau [[Jawa]]. Selain menjadi [[Ulama]]' ia juga menjadi [[penasihat]] [[keraton]], [[seniman]], dan [[arsitek]] yang ulung.
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan [[Majapahit]] (berakhir [[1478]]), [[Kesultanan Demak]], [[Kesultanan Cirebon]] dan [[Kesultanan Banten|Banten]], bahkan juga [[Kerajaan Pajang]] yang lahir pada [[1546]] serta awal kehadiran [[Kerajaan Mataram]] dibawah pimpinan [[Panembahan Senopati]] dan Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 10 Muharram/Sura tahun 1513 adalah tahun saka jawa atau sekitar 17 oktober tahun 1592 masehi (haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu Demak) dan dilanjutkan Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak. Ia ikut pula merancang pembangunan [[Masjid Agung Cirebon]] dan [[Masjid Agung Demak]]. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga ,dia orang nya sangat berbakti kpd orang tua.Konon Sunan Kalijaga bertapa di sungai selama 27 tahun lamanya.
 
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap:, mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
=== Kelahiran ===
'''Sunan Kalijaga''' adalah anggota Wali Songo merupakan orang [[Jawa]] asli yang masih keturunan Adipati [[Kerajaan Wengker|Wengker]] ([[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]]) yg juga ayah dari [[Aria Wiraraja | Aria Wiraraja / Abdur Rahman / Kyai Lanang Baya Bin Syaikh Kurames/Khoromis (Mahapatih Raja Majapahit ke 1 Raden Wijaya/Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka]] Sesuai Penetapan Pejabat Majapahit Surat Keputusan Raja di [[Prasasti Kudadu]] halaman II no 7 hari Sabtu legi tanggal 52 bulan bhadrapada tahun 1216 saka/1294 masehi), Pendapat ini didasarkan pada catatan historis Babad Tuban dan data keluarga besar keturunan Sunan Kali Jaga.
 
Oleh karena itulah, beliau menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Di dalam babad tersebut diceritakan, Aria Teja alias Tumenggung Wilwatikta berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan tersebut Aria Teja kemudian memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Catatan Babad Tuban ini diperkuat juga dengan catatan masyhur [[penulis]] dan bendahara [[Portugis]] Tome Pires (1468 - 1540).
 
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang penuh dengan ide-ide kreatif dalam berdakwah, salah satunya dengan media wayang kulit. Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam ''Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam''.
Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1400M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban yakni Aria Wilakita, dan Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta.
 
Pada masa itu, ketika hendak mengadakan pentas atau pagelaran wayang, Sunan Kalijaga memberi wejangan atau nasihat keislaman kepada para penonton. Berikutnya, mereka diajak mengucap dua kalimat syahadat. Dengan demikian, mereka telah menyatakan diri masuk Islam sembari lambat laun belajar mengenai ibadah-ibadah Islam.
=== Wafat ===
Ketika wafat, ia dimakamkan di Desa [[Kadilangu]], dekat kota [[Demak]] (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia
 
Sunan Kalijaga pun dapat memikat hati masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah hingga Islam cepat menyebar. Sunan Kalijaga berhasil melakukan dakwah tanpa tekanan dan paksaan.
== Pernikahan ==
 
[[Metode dakwah]] tersebut sangat efektif. Sebagian besar [[adipati]] di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati [[Pandanaran]], [[Kartasura]], [[Kebumen]], [[Banyumas]], serta [[Pajang]].Makamnya berada di [[Kadilangu]], [[Demak]].
Sunan Kalijaga menikah dengan puteri Aria Dikara. Dari pernikahan itu, lahirlah Raden Ayu Panengah, yang setelah dewasa menikah dengan Ki Ageng Ngerang III/Kyai Ageng Buyut Pati. Merekalah [[orang tua]] [[Ki Penjawi]]/Kyai Ageng Pati, salah satu sesepuh Mataram. Raden Ayu Panengah dan Kyai Ageng Ngerang III di makamkan di komplek leluhur makam Kasultanan Mataram "Laweyan"Surakarta/Solo Bersama Kyai Ageng Henis.
 
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan [[Majapahit]] (berakhir [[1478]]), [[Kesultanan Demak]], [[Kesultanan Cirebon]] dan [[Kesultanan Banten|Banten]], bahkan juga [[Kerajaan Pajang]] yang lahir pada [[1546]] serta awal kehadiran [[Kerajaan Mataram]] dibawah pimpinan [[Panembahan Senopati]].
== Berda'wah ==
 
== Rekam Jejak ==
Menurut cerita, Sebelum menjadi [[Walisongo]], Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah [[Sunan Bonang]]. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang [[Sunan Bonang]] tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa [[Allah S.W.T]] tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh [[Sunan Bonang]].
=== Menjadi Murid Sunan Bonang ===
Menurut cerita, Sebelum menjadi [[Walisongo]], Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.
 
Menurut cerita, Sebelum menjadi [[Walisongo]], Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah [[Sunan Bonang]]. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang [[Sunan Bonang]] tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa [[Allah S.W.T]] tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh [[Sunan Bonang]].
 
Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.
 
Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh [[Sunan Bonang]]. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Namun, cerita ini banyak diragukan oleh para [[sejarawan]] dan [[ulama]] berpaham [[salaf]] karena tidak masuk akal dan bertentangan dengan ilmu [[syariat]]
 
=== KelahiranPernikahan ===
Berdasarkan naskah Pustaka Darah Agung, Sunan Kalijaga diketahui menikah dengan Dewi Sarah binti [[Maulana Ishaq]], dan mempunyai 3 putra :
# [[Sunan Muria]],
# Dewi Ruqayyah,
# Dewi Sofiah
 
Sunan Kalijaga juga memiliki istri bernama Dewi Sarokah, yang merupakan puteri [[Sunan Gunung Jati]] dan memperoleh 5 orang anak, yaitu :
 
# Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Sultan [[Trenggono]]
# Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
# Sunan Hadi, kelak menggantikan Sunan Kalijaga sebagai Kepala Perdikan Kadilangu.
# Raden Abdurrahman.
# Raden Ayu Penengah (Ibu dari [[Ki Panjawi]].
 
=== Penerus Dakwah ===
Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak.
 
Yang ingin mengoreksi di persilshkan
 
== Pemakaman ==
Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M).
 
Ketika wafat, iaBeliau dimakamkan di DesaDaerah [[Kadilangu]], dekat kotaKabupaten [[Demak]] (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih, ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia.
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, [[Sunan Bonang]]. Paham keagamaannya cenderung "[[sufisme|sufistik]] berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
 
Haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu, Demak.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
 
== Warisan Budaya ==
Ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu [[suluk]] ciptaannya yang populer adalah ''Ilir-ilir'' dan ''Gundul-gundul Pacul''. Dialah menggagas baju takwa, perayaan [[sekaten]]an, garebeg maulud, serta lakon [[carangan]] ''Layang Kalimasada'' dan ''Petruk Dadi Ratu'' ("Petruk Jadi Ratu"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Berikut adalah daftar warisan budaya dari Sunan Kalijaga, yaitu :
* Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu [[suluk]] ciptaannya yang populer adalah ''[[Ilir-ilir]]'' dan ''[[Gundul-gundul Pacul]]''.
* Dialah Penggagas [[baju takwa]], perayaan [[sekaten]]an, [[garebeg maulud]], serta lakon [[carangan]] ''Layang Kalimasada'' dan ''Petruk Dadi Ratu'' ("Petruk Jadi Ratu").
* Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
* Ia ikut pula merancang pembangunan [[Masjid Agung Cirebon]] dan [[Masjid Agung Demak]]. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
 
== Pusat Inspirasi ==
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati [[Pandanaran]], [[Kartasura]], [[Kebumen]], [[Banyumas]], serta [[Pajang]].
Kisah perjalanan hidup Sunan Kalijaga juga sudah dibuatkan Film, diantaranya :
 
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Sunan Kalijaga (film)|Sunan Kalijaga]]'' (1983), Sunan Kalijaga diperankan oleh [[Deddy Mizwar]].
* Dalam film ''Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar'' (1985), Sunan Kalijaga diperankan oleh [[Deddy Mizwar]].
Baris 94 ⟶ 120:
[[Kategori:Kelahiran 1450|Kalijaga]]
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Tuban]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]