Hindia Belanda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
tambahkan sebagai bagian dari sejarah Malaysia, karena Melaka Belanda dulu adalah bagian dari Hindia Belanda hingga 1825 pada perjanjian Inggris-Belanda, bahasa yang umum digunakan di Hindia Belanda juga Bahasa Melayu (sebelum ada Bahasa Indonesia) Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya) |
||
(78 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox former country
| conventional_long_name = Hindia Belanda<ref>{{Cite web |url=http://www.delcampe.net/page/item/id,203658033,var,INDES-NEERLANDAISES-Passeport-1931-DUTCH-EAST-INDIES-Passport--Revenues,language,E.html |title=Salinan arsip |access-date=2018-01-11 |archive-date=2015-05-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150527195154/http://www.delcampe.net/page/item/id,203658033,var,INDES-NEERLANDAISES-Passeport-1931-DUTCH-EAST-INDIES-Passport--Revenues,language,E.html |dead-url=yes }}</ref>
| native_name =
| common_name = Hindia Belanda
| status = [[Koloni]] [[Imperium kolonial Belanda|Kerajaan Belanda]]
| motto = "''[[Je maintiendrai]]''" {{small|([[bahasa Prancis|Prancis]])}}<br>("Saya akan menjunjung tinggi")
| empire =
| life_span = 1800–1949{{ref label|aaa|a}}
Baris 11 ⟶ 10:
| flag_p1 = Flag of the Dutch East India Company.svg
| p2 = Kesultanan Aceh
| flag_p2 = Flag of
| p3 = Kesultanan Riau-Lingga
| flag_p3 = Flag of Riau-Lingga Sultanate.svg
Baris 33 ⟶ 32:
| flag_p12 = Flag_of_the_Sultanate_of_Banten.svg
| p13 = Kesultanan Gorontalo
| flag_p13 =
| p14 = Republik Lanfang
| flag_p14 = Lanfang_Republic_Reconstructed_Flag.svg
| p15 = Bengkulu-Inggris
| flag_p15 = Flag_of_the_British_East_India_Company_(1801).svg
| s1 = Koloni Inggris di Malaka
| flag_s1 = Flag_of_the_British_Straits_Settlements_(1904%E2%80%931925).svg
Baris 49 ⟶ 47:
| flag = Bendera Belanda#Hindia Belanda
| image_flag = Flag of the Netherlands.svg
| image_map
| image_map_caption = Peta ekspansi Belanda di
{{legend|#CC0000|1600-an}}
{{legend|#003399|1700-an}}
{{legend|#3366CC|1800-an}}
{{legend|#6699FF|1900–1942}}
| image_coat = Royal coat of arms of the Netherlands.svg
| national_anthem = "[[Wien Neêrlands
( | capital = [[Batavia]]<br />(sekarang [[Jakarta]])
| capital_exile = {{Flagicon|Australia}} [[Melbourne]]<br/>{{small|(1942–1944)}}<br/>{{Flagicon|Australia}} [[Brisbane]]<br/>{{small|(1944–1945)}}
| largest_city = [[Kota Surabaya|Soerabaja]]<ref name="amazon.com">{{Cite book|title=Surabaya City Of Work: A Socioeconomic History, 1900–2000 (Ohio RIS Southeast Asia Series): Howard Dick: 9780896802216: Amazon.com: Books|isbn = 978-0896802216|last1 = Dick|first1 = Howard W.|year=2002}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://en.wikisource.org/wiki/Page:The_New_International_Encyclop%C3%A6dia_1st_ed._v._18.djvu/816|title=Page:The New International Encyclopædia 1st ed. v. 18.djvu/816 - Wikisource, the free online library|website=en.wikisource.org|access-date=2018-12-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20181224170608/https://en.wikisource.org/wiki/Page:The_New_International_Encyclop%C3%A6dia_1st_ed._v._18.djvu/816|archive-date=24 December 2018|url-status=live|df=dmy-all}}</ref>
| area_km2 = 1.919.440
|
| religion = [[Islam]]<br />[[Kekristenan]]<br />[[Agama Hindu|Hindu]]<br />[[Buddhisme]]<br />[[Konfusianisme]]<br />[[Animisme]]/[[Agama etnik|Agama tradisional]]
| government_type = [[Pemerintahan campuran|Sistem campuran]] dari tata kelola langsung dan tidak langsung
* [[Kegubernuran]] terpusat di bawah [[monarki Belanda]]
* [[Diarki|Pemerintahan ganda]] di wilayah negara bagian asli
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| legislature = [[Volksraad]]<br>(1918–1942)
|
| year_deputy2 = 1949 (terakhir)
| event_pre = [[Perusahaan Hindia Timur Belanda di Nusantara|Perusahaan Hindia Timur Belanda]]
|
|
| date_start = 31 Desember 1799
| event1 = [[
| date_event1
| event2 = [[
| date_event2
|
|
|
|
|
|
|
| date_event6 = 1942–1945
| event7 = [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]
| date_event7 = 17 Agustus 1945
| event8 = [[Revolusi Nasional Indonesia]]
| date_event8 = 1945–1949
| event_end = [[Konferensi Meja Bundar]]
| date_end = 27 December 1949
| stat_year1 = 1930
| stat_pop1 = 60.727.233
| currency = [[Gulden Hindia Belanda|Gulden]]
| today = [[Indonesia]]<br/>[[Malaysia]]{{efn|Pelabuhan [[Melaka|Malaka]] merupakan bagian dari [[Malaka Belanda|Hindia Belanda]] dari 1818 hingga 1825}}
| footnote_a = {{note|aaa}} [[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|Diduduki pasukan Jepang]] antara tahun 1942 hingga 1945, yang diikuti oleh [[Revolusi Nasional Indonesia]] hingga tahun 1949. Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. [[Nugini Belanda]] diserahkan kepada Indonesia pada tahun 1963. Tanggal resmi menurut PBB adalah 27 Desember 1949 <ref>https://www.un.org/en/decolonization/nonselfgov.shtml</ref>
}}
{{Sejarah Indonesia}}
{{Sejarah Malaysia}}
'''Hindia Belanda''' atau '''Hindia Timur Belanda''' ({{lang-nl|Nederlands(ch)-Indië}}) ({{lang-en|Dutch East Indies}}) adalah sebuah daerah [[Imperium Belanda|pendudukan Belanda]] yang wilayahnya saat ini dikenal dengan nama [[Republik Indonesia]] dan juga mencakup negara bagian [[Melaka]] di [[Malaysia]]. Berdasarkan [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824]], Belanda telah menyerahkan [[Melaka Belanda]] kepada Inggris, yang dulunya merupakan kegubernuran di Hindia Belanda. Hal ini telah mengkonsolidasikan pemerintahan modern ke negara bagian [[Melaka]] di [[Malaysia]]. Hindia Belanda dibentuk sebagai hasil dari
Selama abad ke-19, daerah jajahan dan
[[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|Pendudukan Jepang pada Perang Dunia II]] melemahkan sebagian besar negara
== Etimologi ==
Baris 109 ⟶ 123:
== Sejarah ==
{{See also|Sejarah Indonesia}}
=== Kekuasaan VOC ===
[[Berkas:Colonisation2.gif|jmpl|300px|ka|Peta dunia yang menampilkan [[Imperium kolonial|kekuasaan kekuatan kolonial]], pendudukan Hindia Belanda dapat dilihat dengan warna jingga di wilayah [[Asia Tenggara]].]]
Baris 127 ⟶ 143:
[[Berkas:Het zevende bataljon tot de aanval oprukkend.jpg|jmpl|kiri|Batalyon ke–7 Belanda bergerak maju di Bali pada tahun 1846]]
Belanda menaklukkan wilayah [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] di Sumatra dalam [[Perang Padri]] (1821–1838),<ref>Ricklefs (1991), hlm. 142</ref> dan [[Perang Jawa]] (1825–1830) juga mengakhiri perlawanan masyarakat Jawa yang signifikan.<ref name="Friend p21"/> [[Perang Banjarmasin]] (1859–1863) di tenggara pulau Kalimantan berakhir dengan kekalahan Sultan.<ref>Ricklefs (1991), hlmn. 138-139</ref> Setelah ekspedisi yang gagal untuk menaklukkan Bali pada tahun [[Perang Bali I|1846]] dan [[Perang Bali II|1848]], [[Intervensi Belanda di Bali (1849)|peperangan tahun 1849]] membawa wilayah Bali bagian utara berada di bawah kendali Belanda. Ekspedisi militer yang paling berkepanjangan adalah [[Perang Aceh]], di mana invasi Belanda pada tahun 1873 dihadapi dengan perlawanan gerilya kaum pribumi dan berakhir dengan menyerahnya Aceh pada tahun 1912.<ref name="Friend p21">Friend (2003), hlm. 21</ref> Gangguan terus terjadi di Pulau Jawa dan Sumatra selama sisa abad ke-19.<ref name="LP_23-25"/> Namun, [[Pulau Lombok]] [[Intervensi Belanda di Lombok dan Karangasem|berada di bawah kendali Belanda]] pada tahun 1894,<ref>Vickers (2005), hlm. 13</ref> dan perlawanan suku Batak di
Meskipun pemberontakan di Indonesia pecah, kekuasaan pemerintah kolonial diperluas ke seluruh wilayah nusantara dari tahun 1901 hingga 1910 dan kontrol atas wilayah tersebut juga diambil dari para penguasa lokal yang tersisa.<ref name="Reid 1974, p. 1">Reid (1974), hlm. 1.</ref> [[Sulawesi]] barat daya dan [[Sulawesi Tengah|tengah]] diduduki pada tahun 1905 hingga 1906, Pulau Bali ditaklukkan dengan kampanye militer pada tahun [[Intervensi Belanda di Bali (1906)|1906]] dan [[Intervensi Belanda di Bali (1908)|1908]], begitu pula kerajaan-kerajaan lain yang tersisa di Maluku, Sumatra, Kalimantan, dan [[Nusa Tenggara]].<ref name="Friend p21"/><ref name="Vickers 2005, p. 14"/> Para penguasa lain termasuk Sultan [[Kesultanan Tidore|Tidore]] di Maluku, [[Kesultanan Pontianak|Pontianak]] (Kalimantan), dan [[Palembang]] di Sumatra, meminta perlindungan Belanda dari kerajaan-kerajaan tetangga sehingga membuat mereka menghindari penaklukan militer oleh Belanda dan mampu menegosiasikan kondisi yang lebih baik di bawah pemerintahan kolonial.<ref name="Vickers 2005, p. 14"/> [[Semenanjung Kepala Burung]] ([[Nugini Barat]]), sudah berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1920. Wilayah terakhir ini di kemudian hari akan menjadi wilayah Republik Indonesia.
===Sistem
{{main|
Karena biaya moneter yang tinggi dari beberapa penaklukan Belanda pada abad ke-19, Sistem Tanam Paksa ("Cultuurstelsel") diterapkan pada tahun 1830. Di bawah sistem ini ditetapkan bahwa petani Indonesia harus menggunakan 20% lahan pertanian mereka untuk
Sistem tersebut terbukti membawa malapetaka bagi penduduk setempat; pada puncaknya, lebih dari 1 juta petani bekerja di bawah ''Cultuurstelsel''
Sumber keuntungan lainnya adalah
Meskipun kuli sering kali disebut buruh bayaran yang bekerja atas kehendak bebas, dalam praktiknya keadaan mereka sering melibatkan kerja paksa dan lebih mirip perbudakan. Mereka sering disesatkan saat menandatangani kontrak kerja atau bahkan dipaksa menandatangani kontrak. Contoh lainnya mereka sering diculik atau dipaksa bekerja karena hutang. Tata Cara Kuli ("Poenale sanctie") tahun 1880, yang mengizinkan pemilik perkebunan untuk bertindak sebagai hakim, juri, dan algojo mengakibatkan kekejaman yang meluas. Kekejaman itu termasuk sanksi pidana yang memungkinkan pemilik untuk secara fisik menghukum kuli mereka sesuai keinginan mereka. Hukuman yang digunakan terhadap kuli adalah cambukan atau pemukulan, setelah itu ditambahkan garam ke dalam luka untuk menambah penderitaan. Hukuman lain yang digunakan adalah disetrum, disalib dan digantung pada jari kaki atau ibu jari kuli sampai putus. Perawatan medis untuk kuli jarang dan sering ditujukan untuk menyembuhkan kuli yang dihukum agar mereka dapat kembali bekerja atau disiksa lebih lama lagi. Pemerkosaan kuli perempuan dewasa serta anak-anak mereka juga sering terjadi.<ref>Makdoembaks N., Foute dokters en de tabaksindustrie van Sumatra, Uitgeverij de Woordenwinkel, 2019</ref>
Sistem kuli dikritik habis-habisan, terutama setelah tahun 1900 dengan munculnya apa yang disebut "Politik Etis". Sebuah pamflet kritis bernama "De miljoenen uit Deli" diterbitkan oleh J. van den Brand. Dokumen tersebut menggambarkan pelanggaran yang dilakukan terhadap kuli termasuk penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap seorang kuli perempuan berusia 15 tahun yang menolak ajakan berhubungan seksual seorang pengawas perkebunan Belanda. Sanksi pidana akhirnya dihapuskan pada tahun 1931 dan Ordonansi Kuli berakhir pada awal tahun 1940-an.<ref>Van den Brand J., De miljoenen uit Deli, 1902</ref><ref>Breman J.C., Koelies, planters en koloniale politiek. Het arbeidsregime op de grootlandbouwondernemingen aan Sumatra's Oostkust in het begin van de twintigste eeuw (Verhandelingen van het Koninklijk instituut voor taal-, land- en volkenkunde CXXIII; Dordrecht: Foris Publications, 1987</ref>
===Sistem Njai===
{{main|Njai}}
Pada tahap awal kolonisasi, budak seks perempuan pribumi dibeli oleh [[kolonial Belanda]], tetapi praktik ini dihentikan setelah tahun 1860 dengan penghapusan perbudakan. Pada akhir abad ke-19, semakin banyak imigran Belanda yang tiba di
Pada tahun 1910-an jumlah Njai menurun, meskipun prostitusi semakin merajalela. Namun, praktik tersebut belum mati pada saat [[Kekaisaran Jepang]] menyerang dan menduduki Hindia. Selama pendudukan Jepang, Njai dan anak-anak ras campuran mereka dipisahkan secara paksa dari pria Eropa yang ditempatkan di kamp-kamp pengasingan. Setelah [[Sukarno]] memproklamasikan Indonesia merdeka, para Njai terpaksa harus memilih antara pergi bersama pasangannya ke Eropa, atau tetap tinggal di Indonesia.
=== Perang Dunia II dan kemerdekaan ===
Baris 156 ⟶ 173:
Belanda, Inggris dan Amerika Serikat mencoba mempertahankan koloni ini dari pasukan Jepang ketika mereka bergerak ke selatan pada akhir 1941 untuk mencari minyak yang dikuasai Belanda.<ref>Jack Ford, "The Forlorn Ally—The Netherlands East Indies in 1942," ''War & Society'' (1993) 11#1 hlmn: 105-127.</ref><ref>Herman Theodore Bussemaker, "Paradise in Peril: The Netherlands, Great Britain and the Defence of the Netherlands East Indies, 1940–41," ''Journal of Southeast Asian Studies'' (2000) 31#1 hlmn: 115-136.</ref> Pada tanggal 10 Januari 1942, selama [[Kampanye Hindia Belanda]], pasukan Jepang menyerbu Hindia Belanda sebagai bagian dari [[Perang Pasifik]].<ref>Morison (1948), hlm. 191</ref> Perkebunan karet dan ladang minyak Hindia Belanda dianggap penting untuk kepentingan perang Jepang. Pasukan sekutu dengan cepat ditundukkan oleh Jepang dan pada tanggal 8 Maret 1942, [[KNIL|Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] (KNIL) menyerah di Jawa.<ref>Ricklefs (1991), hlm. 195</ref><ref>L., Klemen, 1999–2000, ''The Netherlands East Indies 1941–42'', "[http://www.dutcheastindies.webs.com/index.html Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign 1941–1942] {{webarchive |url=https://web.archive.org/web/20110726053035/http://www.dutcheastindies.webs.com/index.html |date=26 July 2011 }}".</ref>
Dipicu oleh propaganda perang Jepang ''Cahaya Asia''<ref>Shigeru Satō: War, nationalism, and peasants: Java under the Japanese occupation, 1942–1945 (1997), hlm. 43</ref> dan [[Kebangkitan Nasional Indonesia]], sebagian besar penduduk pribumi Hindia Belanda pertama-tama menyambut Jepang sebagai pahlawan pembebasan mereka dari pemerintah kolonial Belanda, tetapi sentimen ini dengan cepat berubah karena pendudukan Jepang ternyata jauh lebih opresif dan menghancurkan daripada pemerintah kolonial Belanda.<ref>[[Pendudukan Jepang di Indonesia]]</ref><ref>{{cite web|url = http://www.britannica.com/eb/article-22819/Indonesia|title = Indonesia :: Japanese occupation| accessdate = 21 Januari 2007| author = Encyclopædia Britannica Online| authorlink = Encyclopædia Britannica| year = 2007| quote = Though initially welcomed as liberators, the Japanese gradually established themselves as harsh overlords. Their policies fluctuated according to the exigencies of the war, but in general their primary object was to make the Indies serve Japanese war needs.}}</ref> [[Pendudukan Jepang di Indonesia|Pendudukan Jepang]] selama Perang Dunia II mengakibatkan jatuhnya negara kolonial di Indonesia,<ref>{{cite journal |title=Dutch Attitudes towards Colonial Empires, Indigenous Cultures, and Slaves |journal=Eighteenth-Century Studies |volume=31 |issue=3 |author=Gert Oostindie and Bert Paasman |pages=349–355 |year=1998 |url=http://muse.jhu.edu/journals/eighteenth-century_studies/v031/31.3oostindie.html |doi=10.1353/ecs.1998.0021 |ref=harv|issn = 0013-2586 }}; {{cite book |last=Ricklefs |first=M.C. |title =History of Modern Indonesia Since c.1300, second edition |publisher=MacMillan |year=1993 |location=London |pages= |url= |doi= |isbn=0-333-57689-6}}</ref> karena Jepang menyingkirkan sebanyak mungkin struktur pemerintah Belanda, dan menggantinya dengan rezim mereka sendiri.<ref name="VICKERSp85">Vickers (2005), hlm. 85</ref> Meskipun posisi teratas di pemerintahan dipegang oleh Jepang, pengasingan semua warga Belanda menandakan bahwa banyak posisi kepemimpinan dan administrasi yang diduduki oleh orang Indonesia. Berbeda dengan penindasan Belanda terhadap nasionalisme Indonesia, Jepang mengizinkan para pemimpin pribumi untuk menjalin hubungan di antara massa, dan mereka melatih dan mempersenjatai generasi yang lebih muda.<ref>Ricklefs (1991), hlm. 199</ref>
Menurut laporan PBB, empat juta orang meninggal di Indonesia sebagai akibat dari pendudukan Jepang.<ref>Cited in: Dower, John W. ''War Without Mercy: Race and Power in the Pacific War'' (1986; Pantheon; {{ISBN|0-394-75172-8}})</ref> Setelah Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, pemimpin nasionalis [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta]] menyatakan kemerdekaan Indonesia. [[Revolusi Nasional Indonesia|Perang empat setengah tahun]] menyusul peristiwa ini ketika Belanda mencoba membangun kembali koloni mereka; Meskipun pasukan Belanda menduduki kembali sebagian besar wilayah Indonesia, perang gerilya terjadi, dan mayoritas orang Indonesia—serta opini internasional, lebih menyukai kemerdekaan Indonesia. Pada bulan Desember 1949, Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Indonesia dengan pengecualian wilayah [[Nugini Belanda]] ([[Nugini Barat]]). Pemerintahan Soekarno mengklaim kendali Indonesia atas wilayah itu, dan dengan tekanan dari Amerika Serikat, Belanda menyetujui [[Perjanjian New York]] yang hasilnya meminta Belanda untuk menyerahkan wilayah tersebut kepada pemerintahan Indonesia pada bulan Mei 1963.
Baris 188 ⟶ 205:
== Pemerintah ==
=== Hukum dan administrasi ===
{{see also|Gubernur Jenderal Hindia Belanda}}
Baris 213 ⟶ 210:
Sejak zaman VOC, otoritas tertinggi Belanda di Hindia Belanda berada di "Kantor Gubernur Jenderal". Selama era Hindia Belanda, Gubernur Jenderal berperan sebagai presiden eksekutif utama dari pemerintah kolonial dan menjabat sebagai [[panglima tertinggi]] tentara kolonial (KNIL). Hingga tahun 1903, semua pejabat dan organisasi pemerintah adalah agen resmi Gubernur Jenderal dan sepenuhnya bergantung pada administrasi pusat dari "Kantor Gubernur Jenderal" untuk anggaran mereka.<ref>R.B. Cribb and A. Kahin, p. 108</ref> Hingga tahun 1815, Gubernur Jenderal memiliki hak mutlak untuk melarang, menyensor atau membatasi publikasi apa pun di wilayah koloni. Kekuasaan Gubernur Jenderal yang terlalu besar memungkinkannya untuk mengasingkan siapa pun yang dianggap sebagai pihak subversif dan berbahaya bagi perdamaian dan ketertiban, tanpa melibatkan Pengadilan Hukum.<ref>R.B. Cribb and A. Kahin, p. 140</ref>
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_huis_van_de_resident_in_Surabaya_TMnr_3728-839.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_huis_van_de_resident_in_Surabaya_TMnr_3728-839.jpg|kiri|jmpl|Rumah Residen (administrator kolonial) di Surabaya]]
Hingga tahun 1848, gubernur jenderal diangkat langsung oleh raja Belanda, dan
Gubernur jenderal memimpin hirarki pejabat Belanda;
Dewan Rakyat yang disebut ''[[Volksraad]]'' untuk Hindia Belanda dimulai pada tahun 1918. Volksraad terbatas pada peran
Sistem hukum dibagi oleh tiga kelompok etnis utama yang diklasifikasikan di bawah pemerintahan kolonial Belanda.
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_'Het_Hooggerechtshof_en_het_Paleis_van_Daendels_het_'Grote_Huis'_aan_het_Waterlooplein_te_Batavia'_TMnr_10015231.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_'Het_Hooggerechtshof_en_het_Paleis_van_Daendels_het_'Grote_Huis'_aan_het_Waterlooplein_te_Batavia'_TMnr_10015231.jpg|ka|jmpl|Gedung Mahkamah Agung, Batavia]]
Pemerintah Belanda mengadaptasi kitab undang-undang Belanda di daerah jajahannya. {{Citation |last=Tabalujan |first=Benny S. |title=Features – The Indonesian Legal System: An Overview |date=2002-12-02 |url=https://www.llrx.com/2002/12/features-the-indonesian-legal-system-an-overview/ |publisher=LLRX |access-date=17 January 2023 |archive-date=17 January 2023 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230117145438/https://www.llrx.com/2002/12/features-the-indonesian-legal-system-an-overview/ |url-status=live}}</ref>
Pada tahun 1920 Belanda telah mendirikan 350 penjara di seluruh koloni. Penjara [[Jatinegara|Meester Cornelis]] di Batavia memenjarakan narapidana yang paling sulit diatur. Di penjara [[Sawahlunto]] di Sumatera para tahanan harus melakukan kerja kasar di tambang batu bara. Penjara terpisah dibangun untuk remaja (Jawa Barat) dan untuk wanita. Di Lapas Wanita Bulu di [[Semarang]], para napi mendapat kesempatan belajar profesi selama di tahanan, seperti menjahit, menenun, dan membatik. Pelatihan ini dijunjung tinggi dan membantu mensosialisasikan kembali perempuan setelah mereka berada di luar lembaga pemasyarakatan.<ref name="Virtueel Indi"/><ref group="note">Note: Penjara perempuan Bulu di Semarang, yang menampung perempuan Eropa dan pribumi, memiliki kamar tidur terpisah dengan dipan dan kelambu untuk perempuan elit pribumi dan perempuan kelas hukum Eropa. Tidur di lantai seperti perempuan petani dianggap sebagai sanksi hukum yang tidak dapat ditoleransi. See: Baudet, H., Brugmans I.J. ''Balans van beleid. Terugblik op de laatste halve eeuw van Nederlands-Indië.'' (Publisher: Van Gorcum, Assen, 1984)</ref> Menanggapi pemberontakan komunis tahun 1926, kamp penjara Boven-Digoel didirikan di New Guinea. Sejak tahun 1927, para tahanan politik, termasuk penduduk asli Indonesia yang mendukung kemerdekaan Indonesia, 'diasingkan' ke pulau-pulau terluar.<ref>Baudet, H., Brugmans I.J. ''Balans van beleid. Terugblik op de laatste halve eeuw van Nederlands-Indië.'' (Publisher: Van Gorcum, Assen, 1984) P.76, 121, 130</ref>
=== Pembagian administratif ===
{{main|Pembagian administratif Hindia Belanda}}
Hindia Belanda dibagi menjadi tiga
{| class="wikitable mw-collapsible"
|+
Baris 235 ⟶ 236:
!Level 4
|-
| rowspan="18" |Provincie West
| rowspan="3" |Residentie Bantam (Serang)
|Regentschap Serang
Baris 248 ⟶ 249:
| rowspan="3" |Residentie Batavia (Batavia)
|Regentschap Batavia
|1) Batavia 2) Weltevreden 3) Tangerang 4) Tjoeroeg 5) Balaradja 6)
|-
|Regentschap Meester Cornelis
Baris 254 ⟶ 255:
|-
|Regentschap Krawang
|1) Poerwakarta 2) Krawang 3) Tjikampek 4) Rengasdengklok 5) Soebang 6)
|-
| rowspan="3" |Residentie Buitenzorg (Buitenzorg)
|Regentschap Buitenzorg
|1) Buitenzorg 2) Tjiawi 3) Leuwiliang 4) Djasinga 5)
|-
|Regentschap Soekaboemi
Baris 274 ⟶ 275:
|-
|Regentschap Garoet
|1) Garoet 2) Bajongbong 3) Tjibatoe 4) Trongong 5)
|-
|Regentschap Tasikmalaja
Baris 295 ⟶ 296:
|1) Madjalengka 2) Talaga 3) Randjagaloeh 4) Djatiwangi
|-
| rowspan="22" |Provincie Midden
| rowspan="4" |Residentie Pekalongan (Pekalongan)
|Regentschap Pekalongan
Baris 327 ⟶ 328:
|-
|Regentschap Rembang
|1) Waroe 2) Soelang 3) Binangoen 4) Kragan 5)
|-
|Regentschap Pati
|1) Pati 2)
|-
|Regentschap Blora
Baris 370 ⟶ 371:
| rowspan="4" |Residentie Soerabaja (Soerabaja)
|Regentschap Soerabaja
|1)
|-
|Regentschap Sidoardjo
Baris 418 ⟶ 419:
|-
|Regentschap Toeloengagoeng
|1)
|-
| rowspan="4" |Residentie Malang (Malang)
Baris 428 ⟶ 429:
|-
|Regentschap Probolinggo
|1) Probolinggo 2) Tongas 3) Tengger (Soekapoera) 4)
|-
|Regentschap Loemadjang
Baris 443 ⟶ 444:
|1) Djember 2) Kalisat 3) Majang 4) Rambipoedji 5) Tanggoel 6) Poeger 7) Woeloehan
|-
|Regentschap
|1)
|-
| rowspan="3" |Residentie Madoera (Pamekasan)
|Regentschap Pamekasan
|1) Pamekasan 2) Bender 3) Pagantenan 4) Waroe 5)
|-
|Regentschap Bangkalan
Baris 459 ⟶ 460:
| rowspan="5" |Afdeeling Jogjakarta (Jogjakarta)
|Regentschap Jogjakarta
|1)
|-
|Regentschap Bantoel
Baris 467 ⟶ 468:
|1) Wonosari 2) Plajen 3) Semanoe
|-
|Regentschap
|1) Pakoealam
|-
|Regentschap Adikarto
Baris 482 ⟶ 483:
|-
|Regentschap Kota Mangkoenegaran
|1) Kota Mangkoenegaran 2) Karanganjar 3)
|-
|Regentschap Wonogiri
Baris 500 ⟶ 501:
|-
|Afdeeling Noordkust van Atjeh
|1) Sigli 2) Meureudoe 3) Lammeulo 4) Bireuen 5)
|-
|Afdeeling Oostkust van Atjeh met Alaslanden, Gajo Loeos en Serbodjadi
|1) Idi Rajeuk 2) Langsa 3)
|-
|Afdeeling Westkust van Atjeh
Baris 519 ⟶ 520:
|-
|Afdeeling Simaloengoen en Karolanden
|1) Simaloengoen 2)
|-
| rowspan="4" |Residentie Tapanoeli (Sibolga)
Baris 526 ⟶ 527:
|-
|Afdeeling Nias
|1) Nias en omliggende
|-
|Afdeeling Padangsidimpoean
Baris 536 ⟶ 537:
| rowspan="5" |Residentie Sumatra's Westkust (Padang)
|Afdeeling Zuid Benedenlanden
|1) Padang 2) Kerintji-Indrapoera 3) Painan 4)
|-
|Afdeeling Tanahdatar
Baris 544 ⟶ 545:
|1) Oud Agam 2) Manindjau 3) Loeboeksikaping 4) Ophir
|-
|Afdeeling
|1) Pajakoemboeh 2) Soeliki 3) Bangkinang
|-
Baris 552 ⟶ 553:
| rowspan="3" |Residentie Riouw (Tandjoengpinang)
|Afdeeling Tandjoengpinang
|1) Tandjoengpinang en Bintan 2) Karimoen 3) Lingga 4) Poelaoetoedjoeh
|-
|Afdeeling Indragiri
Baris 566 ⟶ 567:
|Residentie Benkoelen (Bengkoelen)
|Afdeeling Benkoelen
|1) Benkoelen-Seloema 2) Redjang
|-
| rowspan="3" |Residentie Palembang (Palembang)
Baris 580 ⟶ 581:
|Residentie Lampongsche Districten (Teloekbetoeng)
|Afdeeling Teloekbetoeng
|1) Teloekbetoeng 2) Kaliandak 3) Kota Agoeng 4) Kotaboemi 5) Soekadana 6) Menggala 7) Mesoedji-Kajoeagoeng
|-
|Residentie Bangka en Billiton (Pangkalpinang)
Baris 589 ⟶ 590:
| rowspan="5" |Residentie Zuider en Oosterafdeeling van Borneo (Bandjermasin)
|Afdeeling Bandjermasin
|1) Bandjermasin-Marabahan 2) Martapoera 3) Pelaihari 4) Poelaoe Laoet 5) Satoei-Tanah Boemboe
|-
|Afdeeling Hoeloesoengai
|1) Kandangan 2) Barabai 3) Amoentai 4) Tandjoeng 5) Rantau 6) Balangan 7) Tabalong
|-
|Afdeeling Kapuas-Barito
|1) Beneden Dajak 2) Boven Dajak 3) Sampit 4)
|-
|Afdeeling Samarinda
|1) Oost-Koetai 2) Balikpapan 3) West-Koetai 4)
|-
|Afdeeling Boeloengan en Beraoe
|1) Tarakan 2) Tidoengsche
|-
| rowspan="4" |Residentie Westerafdeeling van Borneo (Pontianak)
Baris 616 ⟶ 617:
|1) Boven en Beneden Matan 2) Soekadana
|-
| rowspan="
| rowspan="7" |Residentie Celebes en Onderhoorigheden (Makassar)
|Afdeeling Makassar
|1) Makassar 2) Maros 3) Pangkadjene 4)
|-
|Afdeeling Bonthain
|1) Bonthain 2) Boeloekoemba 3) Sindjai 4) Saleijer-eilanden
|-
|[[Afdeeling Bone]]
Baris 634 ⟶ 635:
|-
|Afdeeling Loewoe
|1) Palopo 2) Makale-Rantepao 3) Masamba 4)
|-
|Afdeeling Boetoeng en Laiwoei
|1) Boetoeng 2) Moena 3) Kendari 4) Toekangbesi-eilanden
|-
| rowspan="
|[[Afdeeling Manado]]
|1)
|-
|Afdeeling Sangihe en
|1) Sangihe-eilanden
|-
|Afdeeling Bolaangmongondow
|1) Bolaang 2) Pasi 3) Lolayan 4) Dumoga 5) Koetaboenan
|-
|[[Afdeeling Gorontalo]]
|1) Gorontalo 2) Boeol 3) Kwandang 4) Boalemo
|-
|Afdeeling Donggala
|1) Donggala 2) Paloe 3) Parigi 4) Toli
|-
|[[Afdeeling Poso]]
|1) Poso 2) Kolonodale 3) Banggai en Peleng 4) Todjo en Oena-Oena
|-
| rowspan="5" |Residentie Molukken (Amboina)
|Afdeeling Amboina
|1) Amboina 2) Boeroe 3) Saparoea 4) Banda-eilanden 5) West-Ceram 6) Amahai 7) Wahai 8) Kairatoe 9) Oost-Ceram, Ceram Laoet en Goram
|-
|Afdeeling Ternate
|1) Ternate 2) Makian en Kajoa 4) Batjan 3) Djailolo 4) Weda 5) Tobelo 6) Soela-eilanden
|-
|Afdeeling Toeal
|1) Kei-eilanden 2) Aroe-eilanden 3) Tanimbar-
|-
|Afdeeling Noord
|1) Manokwari 2) Sorong 3) Radja Ampat 4) Seroei 4) Sarmi 5) Hollandia
|-
|Afdeeling West
|1) Fak-Fak 2) Inanwatan 3) Kaimana 4) Mimika
|-
| rowspan="3" |Residentie Timor en Onderhoorigheden (Koepang)
|Afdeeling Timor en Eilanden
|1) Koepang 2) Zuid Midden
|-
|Afdeeling Flores
|1) Ende 2) Oost
|-
|Afdeeling Soembawa en Soemba
|1) Bima 2) Soembawa 3) Oost
|-
| rowspan="3" |Residentie Bali en Lombok (Singaradja)
Baris 685 ⟶ 689:
|1) Boeleleng 2) Djembrana
|-
|Afdeeling Zuid
|1) Badoeng 2) Tabanan 3) Gianjar 4) Kloengkoeng 5) Karangasem
|-
|Afdeeling Lombok
|1) West
|}
Pada 1818–1825, Melaka Belanda merupakan bagian administratif dari Hindia Belanda. Pada tahun 1825 akhirnya Melaka diserahkan kepada Britania Raya berdasarkan [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824]].
{| class="wikitable mw-collapsible"
|+
!Level 1
!Level 2
!Level 3
!Level 4
|-
| rowspan="18" |Gouvernement Malacca (De stad en Kasteel Malacca)
| rowspan="3" |Residentie Malacca (Melaka)
|Regentschap Malacca
|1) Melaka Tengah 2) Jasin 3) Alor Gajah
|}
=== Pendidikan ===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Leerlingen_van_de_School_tot_Opleiding_van_Indische_Artsen_(STOVIA)_Doctor_Jawa_TMnr_60047128.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Leerlingen_van_de_School_tot_Opleiding_van_Indische_Artsen_(STOVIA)_Doctor_Jawa_TMnr_60047128.jpg|kiri|jmpl|Siswa Sekolah ''Tot Opleiding Van Indische Artsen'' (STOVIA) alias Sekolah Dokter Jawa]]
Sistem sekolah Belanda diperluas dan mengizinkan kaum muda Indonesia menempuh pendidikan, dan sekolah-sekolah paling bergengsi menerima anak-anak Belanda dan anak-anak Indonesia dari kelas atas. Pendidikan tingkat kedua didasarkan pada etnis dengan sekolah terpisah untuk orang Indonesia, Arab, dan Cina serta diajarkan dalam bahasa Belanda dan dengan kurikulum Belanda. Orang Indonesia biasa dididik dengan [[bahasa Melayu]] dalam alfabet Romawi, sekaligus menjadi sekolah "penghubung" yang mempersiapkan siswa-siswa Indonesia yang cerdas untuk masuk ke sekolah-sekolah berbahasa Belanda.<ref name="Taylor 2003, p. 286">Taylor (2003), p. 286</ref> Sekolah-sekolah kejuruan dan program-program didirikan oleh pemerintah kolonial dalam rangka melatih penduduk pribumi Indonesia untuk peran khusus dalam ekonomi kolonial. Orang Tionghoa dan Arab, yang secara resmi disebut "timur asing", tidak bisa mendaftar di sekolah kejuruan atau sekolah dasar.<ref>Taylor (2003), hlm. 287</ref>
Lulusan sekolah Belanda membuka sekolah mereka sendiri dengan meniru sistem sekolah Belanda, begitu pula misionaris Kristen, Perhimpunan Teosofis, dan asosiasi budaya Indonesia. Perkembangan sekolah-sekolah ini semakin didorong oleh sekolah-sekolah Muslim baru bergaya Barat yang juga menawarkan mata pelajaran sekuler.<ref name="Taylor 2003, p. 286"/>Menurut sensus tahun 1930, 6% penduduk Indonesia melek huruf; namun, angka ini hanya mencatat lulusan sekolah Barat dan mereka yang bisa membaca dan menulis dalam bahasa alfabet Romawi. Sensus itu tidak menambahkan lulusan sekolah non-Barat atau mereka yang bisa membaca tetapi tidak bisa menulis Arab, Melayu atau Belanda, atau mereka yang bisa menulis dalam huruf non-Romawi seperti Batak, Jawa, Cina atau Arab.<ref name="Taylor 2003, p. 286"/>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Professoren_der_Rechts_Hogeschool_in_Batavia_TMnr_60012567.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Professoren_der_Rechts_Hogeschool_in_Batavia_TMnr_60012567.jpg|ka|jmpl|Profesor hukum Belanda, Eurasia dan Jawa pada pembukaan Rechts Hogeschool pada tahun 1924]]Beberapa lembaga pendidikan tinggi juga didirikan. Pada tahun 1898 pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah untuk melatih para dokter yang diberi nama [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|''School tot Opleiding van Inlandsche Artsen'' (STOVIA).]] Banyak lulusan STOVIA yang kemudian berperan penting dalam pergerakan nasional Indonesia menuju kemerdekaan serta dalam mengembangkan pendidikan kedokteran di Indonesia, seperti [[Wahidin Soedirohoesodo|Dr. Wahidin Soedirohoesodo]] yang mendirikan perkumpulan politik [[Budi Utomo]]. [[Institut Teknologi Bandung|''De Technische Hoogeschool te Bandung'']] didirikan pada tahun 1920 oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan sumber daya teknik atau insinyur di daerah jajahannya. Salah satu lulusan ''Technische Hogeschool'' adalah [[Soekarno]] yang nantinya akan memimpin Revolusi Nasional Indonesia. Pada tahun 1924, pemerintah kolonial kembali memutuskan untuk membuka fasilitas pendidikan tingkat tinggi yang baru, [[Rechtshoogeschool te Batavia|''Rechts Hogeschool'' (RHS)]], untuk melatih para perwira dan pegawai sipil. Pada tahun 1927, status STOVIA diubah menjadi perguruan tinggi penuh dan namanya diubah menjadi [[Geneeskundige Hoogeschool te Batavia|''Geneeskundige Hogeschool'' (GHS)]]. GHS menempati gedung utama yang sama dan menggunakan rumah sakit pendidikan yang sama dengan [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]] saat ini. Hubungan lama antara Belanda dan Indonesia masih terlihat jelas di bidang teknologi seperti desain irigasi. Hingga hari ini, gagasan para insinyur irigasi kolonial Belanda terus memberikan pengaruh yang kuat terhadap praktik desain Indonesia.<ref name="tudelft.nl">{{Cite web |url=http://www.tudelft.nl/live/pagina.jsp?id=890cbbcf-a9ce-4ea6-9b38-4fdbecbee3ce&lang=en |title=TU Delft Colonial influence remains strong in Indonesia |access-date=22 September 2011 |archive-date=25 February 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210225140856/https://www.tudelft.nl/live/pagina.jsp?id=890cbbcf-a9ce-4ea6-9b38-4fdbecbee3ce&lang=en |url-status=live}}</ref> Selain itu, dua universitas Indonesia dengan peringkat internasional tertinggi, [[Universitas Indonesia]] yang didirikan tahun 1898 dan [[Institut Teknologi Bandung]] yang didirikan pada tahun 1920, merupakan universitas yang didirikan selama era kolonial.<ref>{{Cite web |url=http://www.urapcenter.org/2010 |title=URAP – University Ranking by Academic Performance |access-date=18 April 2012 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141006190032/http://www.urapcenter.org/2010/ |archive-date=6 October 2014 |url-status=live |df=dmy-all}}</ref><ref group="note">Note: In 2010, according to University Ranking by Academic Performance (URAP), ''Universitas Indonesia'' was the best university in Indonesia.</ref>
Reformasi pendidikan dan reformasi politik sederhana, menghasilkan segelintir elit pribumi Indonesia yang berpendidikan tinggi, yang mempromosikan gagasan "Indonesia" yang merdeka dan bersatu yang akan mempersatukan kelompok-kelompok pribumi yang berbeda di Hindia Belanda. Periode ini sering disebut Kebangkitan Nasional Indonesia, paruh pertama abad ke-20 menyaksikan gerakan nasionalis berkembang dengan kuat, tetapi juga menghadapi penindasan Belanda.<ref name="LP_23-25"/>
==Ekonomi==
{{main|Ekonomi Hindia Belanda}}
{{See also|Sistem Budidaya|Zaman Liberal (Hindia Belanda)}}
Sejarah ekonomi koloni berkaitan erat dengan kesehatan ekonomi Belanda.<ref>Dick, et al. (2002)</ref> Meskipun keuntungan yang meningkat dari sistem pajak tanah Belanda, keuangan Belanda sangat terpengaruh oleh biaya [[Perang Diponegoro|Perang Jawa]] dan [[Perang Padri]], serta [[Perang Belanda-belgia|kekalahan Belanda atas Belgia pada tahun 1830]] yang membawa Belanda ke jurang kebangkrutan. Pada tahun 1830, seorang gubernur jenderal baru, [[Johannes van den Bosch]], ditunjuk untuk membuat Hindia membayar melalui eksploitasi Belanda atas sumber dayanya. Dengan dominasi politik Belanda di seluruh Jawa untuk pertama kalinya pada tahun 1830,<ref>Ricklefs (1991), p 119</ref> mereka memperkenalkan kebijakan pertanian tanam paksa yang dikendalikan pemerintah. Kebijakan itu disebut ''cultuurstelsel'' (sistem tanam) dalam bahasa Belanda atau "tanam paksa" dalam bahasa Indonesia. Para petani diwajibkan untuk menyerahkan, sebagai bentuk pajak, hasil panen tertentu dalam jumlah tetap, seperti gula atau kopi.<ref name="Taylor 2003, p. 240">Taylor (2003), p. 240</ref> Sebagian besar Jawa menjadi perkebunan Belanda dan pendapatan terus meningkat selama abad ke-19 yang diinvestasikan kembali ke Belanda untuk menyelamatkan negara dari kebangkrutan.<ref name="LP_23-25"/><ref name="Taylor 2003, p. 240"/> Antara tahun 1830 dan 1870, 840 juta gulden (setara €8 miliar pada tahun 2018<ref>{{Cite web |url=http://www.iisg.nl/hpw/calculate2-nl.php |title=Waarde van de gulden / euro |website=www.iisg.nl |access-date=8 May 2020 |archive-date=7 May 2020 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200507213957/http://www.iisg.nl/hpw/calculate2-nl.php |url-status=live}}</ref>) diambil dari Hindia Timur, rata-rata menghasilkan sepertiga dari anggaran tahunan pemerintah Belanda.<ref>{{Cite web |url=https://www.kivi.nl/afdelingen/telecommunicatie/nieuws/artikel/promotie-huib-ekkelenkamp-op-9-april-2019-tu-delft |title=Promotie Huib Ekkelenkamp op 9 april 2019 TU Delft |website=KIVI |access-date=8 May 2020 |archive-date=8 March 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210308170608/https://www.kivi.nl/afdelingen/telecommunicatie/nieuws/artikel/promotie-huib-ekkelenkamp-op-9-april-2019-tu-delft |url-status=live}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.thejakartaglobe.com/opinion/indonesias-infrastructure-problems-a-legacy-from-dutch-colonialism/437111 |title=Indonesia's Infrastructure Problems: A Legacy From Dutch Colonialism |work=The Jakarta Globe |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20121124023601/http://www.thejakartaglobe.com/opinion/indonesias-infrastructure-problems-a-legacy-from-dutch-colonialism/437111 |archive-date=24 November 2012 |df=dmy-all}}</ref> Akan tetapi, Sistem Tanam Paksa membawa banyak kesulitan ekonomi bagi para petani Jawa, yang menderita kelaparan dan wabah penyakit pada tahun 1840-an.<ref name="LP_23-25"/>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_hoofdkantoor_van_de_Deli_Maatschappij_TMnr_60006949.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_hoofdkantoor_van_de_Deli_Maatschappij_TMnr_60006949.jpg|jmpl|Markas ''Deli Company'' di Medan sekitar tahun 1925]]Pendapat publik yang kritis di Belanda menyebabkan banyak ekses Sistem Tanam Paksa dihilangkan di bawah [[reformasi agraria]] dari "Periode Liberal". Menurut sebuah penelitian, angka kematian di Jawa akan menjadi 10–20% lebih tinggi pada akhir tahun 1870-an jika sistem kerja paksa tidak dihapuskan.<ref>{{Cite journal |last1=Zwart |first1=Pim de |last2=Gallardo-Albarrán |first2=Daniel |last3=Rijpma |first3=Auke |date=2022 |title=The Demographic Effects of Colonialism: Forced Labor and Mortality in Java, 1834–1879 |journal=The Journal of Economic History |volume=82 |pages=211–249 |language=en |doi=10.1017/S0022050721000577 |s2cid=247012562 |issn=0022-0507 |doi-access=free}}</ref> Modal swasta Belanda mengalir masuk setelah tahun 1850, terutama di bidang pertambangan timah dan perkebunan. Tambang timah ''Martavious Company'' di lepas pantai timur Sumatera dibiayai oleh sindikat pengusaha Belanda, termasuk adik [[Wilhelm II dari Jerman|Raja William III]]. Penambangan dimulai pada tahun 1860. Pada tahun 1863 [[Jacob Nienhuys]] memperoleh konsesi dari [[Kesultanan Deli]] ([[Sumatra Timur|Sumatera Timur]]) untuk perkebunan tembakau besar (Perusahaan Deli).<ref>Dick, et al. (2002), p. 95</ref> Sejak tahun 1870, Hindia dibuka untuk perusahaan swasta dan para pengusaha Belanda mendirikan perkebunan besar yang menguntungkan. Produksi gula berlipat ganda antara tahun 1870 dan 1885; tanaman baru seperti teh dan kina tumbuh subur, karet juga diperkenalkan, yang menyebabkan peningkatan keuntungan Belanda secara dramatis. Perubahan tidak terbatas hanya pada pulau Jawa di pertanian; minyak dari Sumatera dan Kalimantan menjadi sumber daya berharga bagi industrialisasi Eropa. Kepentingan komersial Belanda meluas dari Jawa ke pulau-pulau terluar dengan semakin banyak wilayah yang berada di bawah kendali atau dominasi langsung Belanda pada paruh kedua abad ke-19.<ref>Dick, et al. (2002), p. 95</ref> Namun, kelangkaan lahan untuk produksi padi, ditambah dengan peningkatan jumlah penduduk secara drastis, terutama di Pulau Jawa, menyebabkan kesulitan yang lebih besar.<ref name="LP_23-25"/>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kantoor_van_de_Javasche_Bank_in_Bandjermasin_TMnr_10015481.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kantoor_van_de_Javasche_Bank_in_Bandjermasin_TMnr_10015481.jpg|kiri|jmpl|''De Javasche Bank'' di Banjarmasin]]Eksploitasi kekayaan Indonesia secara kolonial berkontribusi pada industrialisasi Belanda, sekaligus meletakkan dasar bagi industrialisasi Indonesia. Belanda memperkenalkan kopi, teh, kakao, tembakau dan karet, dan hamparan luas pulau Jawa menjadi perkebunan yang dibudidayakan oleh petani Jawa, dikumpulkan oleh perantara Cina, dan dijual di pasar luar negeri oleh pedagang Eropa.<ref name="LP_23-25"/> Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan ekonomi didasarkan pada permintaan dunia yang tinggi akan teh, kopi, dan kina. Pemerintah banyak berinvestasi dalam jaringan kereta api (panjang 240 km atau 150 mil pada tahun 1873, 1.900 km atau 1.200 mil pada tahun 1900), serta jalur telegraf, dan pengusaha membuka bank, toko, dan surat kabar. Hindia Belanda menghasilkan sebagian besar pasokan kina dan lada dunia, lebih dari sepertiga karetnya, seperempat produk kelapanya, dan seperlima teh, gula, kopi, dan minyaknya. Keuntungan dari Hindia Belanda menjadikan Belanda salah satu kekuatan kolonial paling signifikan di dunia.<ref name="LP_23-25"/> Jalur pelayaran ''[[Koninklijke Paketvaart Maatschappij|Koninklijke Paketvaart-Maatschappij]]'' mendukung penyatuan ekonomi kolonial dan membawa pelayaran antar pulau ke Batavia, bukan melalui Singapura, sehingga lebih memfokuskan kegiatan ekonomi di Jawa.<ref>Vickers (2005), p. 20</ref>
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Arbeiders_poseren_bij_een_in_aanbouw_zijnde_spoorwegtunnel_in_de_bergen_TMnr_60047638.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Arbeiders_poseren_bij_een_in_aanbouw_zijnde_spoorwegtunnel_in_de_bergen_TMnr_60047638.jpg|jmpl|Para pekerja berpose di lokasi terowongan kereta api yang sedang dibangun di pegunungan, 1910]]Resesi di seluruh dunia pada akhir tahun 1880-an dan awal tahun 1890-an menyebabkan harga komoditas yang menjadi sandaran koloni runtuh. Wartawan dan pegawai negeri mengamati bahwa mayoritas penduduk Hindia tidak lebih baik daripada di bawah ekonomi Sistem Tanam Paksa yang diatur sebelumnya dan puluhan ribu orang kelaparan.<ref>Vickers (2005), p. 16</ref> Harga komoditas pulih dari resesi, menyebabkan peningkatan investasi di koloni. Perdagangan gula, timah, kopra, dan kopi yang menjadi basis koloni ini berkembang pesat, dan karet, tembakau, teh, dan minyak juga menjadi ekspor utama.<ref>Vickers (2005), p. 18</ref> Reformasi politik meningkatkan otonomi pemerintahan kolonial lokal, menjauhi kendali pusat dari Belanda, sementara kekuasaan juga dialihkan dari pemerintah pusat Batavia ke unit pemerintahan yang lebih lokal.
Ekonomi dunia pulih pada akhir 1890-an dan kemakmuran kembali. Investasi asing, terutama oleh Inggris, semakin didorong. Pada tahun 1900, aset asing di Hindia Belanda berjumlah sekitar 750 juta gulden ($300 juta), sebagian besar di Jawa.<ref>Dick, et al. (2002), p. 97</ref>
Setelah tahun 1900, peningkatan infrastruktur pelabuhan dan jalan menjadi prioritas utama Belanda, dengan tujuan memodernisasi ekonomi, memfasilitasi perdagangan, dan mempercepat pergerakan militer. Pada tahun 1950, para insinyur Belanda telah membangun dan meningkatkan jaringan jalan dengan 12.000 km permukaan beraspal, 41.000 km jalan berlapis logam, dan 16.000 km permukaan kerikil.<ref>{{cite journal |first1=Marie-Louise |last1=ten Horn-van Nispen |first2=Wim |last2=Ravesteijn |title=The road to an empire: Organisation and technology of road construction in the Dutch East Indies, 1800–1940 |journal=[[Journal of Transport History]] |year=2009 |volume=10 |issue=1 |pages=40–57 |doi=10.7227/TJTH.30.1.5 |s2cid=110005354}}</ref> Selain itu, Belanda membangun rel kereta api sepanjang 7.500 kilometer (4.700 mil), jembatan, sistem irigasi seluas 1,4 juta hektar (5.400 mil persegi) sawah, beberapa pelabuhan, dan 140 sistem air minum umum. Wim Ravesteijn mengatakan bahwa, "Dengan pekerjaan umum ini, para insinyur Belanda membangun bahan dasar negara Indonesia kolonial dan pascakolonial."<ref name="pure.knaw.nl"/>
== Angkatan bersenjata ==
{{main article|Tentara Kerajaan Hindia Belanda|Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda|Angkatan Laut Gubernemen}}
[[Berkas:
[[Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] (KNIL) dan [[Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] (ML-KNIL) didirikan pada tahun 1830 dan 1915 secara berturut-turut. Pasukan Angkatan Laut dari [[Angkatan Laut Kerajaan Belanda]] bermarkas di [[Kota Surabaya|Surabaya]], tetapi tidak pernah menjadi bagian dari KNIL. KNIL adalah cabang terpisah dari [[Tentara Kerajaan Belanda]], dipimpin oleh Gubernur Jenderal dan didanai oleh anggaran kolonial. KNIL tidak diizinkan merekrut orang Belanda yang sedang wajib militer dan memiliki sifat "[[Sukarelawan asing|Legiun Asing]]" dan memiliki kebiasaan merekrut bukan hanya orang Belanda, tetapi juga dari banyak negara Eropa lainnya (terutama tentara bayaran Jerman, Belgia, dan Swiss).<ref>Blakely, Allison (2001). Blacks in the Dutch World: The Evolution of Racial Imagery in a Modern Society. Indiana University Press. hlm. 15 {{ISBN|0-253-31191-8}}</ref> Sementara sebagian besar perwira adalah orang Eropa, mayoritas prajurit adalah orang Indonesia asli, dan kontingen terbesar adalah [[orang Jawa]] dan [[orang Sunda|Sunda]].<ref>Cribb, R.B. (2004) 'Historical dictionary of Indonesia'. Scarecrow Press, Lanham, USA.{{ISBN|0 8108 4935 6}}, hlm. 221 [https://books.google.com/books?id=SawyrExg75cC&dq=number+of+javanese+in+KNIL&source=gbs_navlinks_s]; [Catatan: Statistik KNIL pada tahun 1939 menunjukkan setidaknya 13,500 orang Jawa dan Sunda yang bergabung dengan mereka, dibandingkan dengan 4,000 prajurit dari Ambon]. Sumber: [http://www.defensie.nl/nimh/geschiedenis/tijdbalk/1814-1914_nederlands-indi/ Netherlands Ministry of Defense] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111001011455/http://www.defensie.nl/nimh/geschiedenis/tijdbalk/1814-1914_nederlands-indi/|date=2011-10-01}}.</ref>
[[File:Lombok_1894_J._Hoynck_van_Papendrecht_1858_1933.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:Lombok_1894_J._Hoynck_van_Papendrecht_1858_1933.jpg|kiri|jmpl|Dutch intervention in Lombok and Karangasem, 1894.]]
Baris 700 ⟶ 739:
| editorlink=Nicholas Tarling |title=The Cambridge History of Southeast Asia: Volume 2, the Nineteenth and Twentieth Centuries|url=https://books.google.com/books?id=pBfsaw64rjMC&pg=PA104|year=1992|publisher=Cambridge Universiy Press|page=104|isbn=9780521355063}}</ref> Otoritas militer kolonial berusaha mencegah perang terhadap penduduk dengan menggunakan 'strategi kekaguman'. Ketika perang gerilya terjadi, Belanda menggunakan skema pendudukan yang lemah dan kejam atau kampanye penghancuran.<ref>{{cite journal |first=Petra |last=Groen |title=Colonial warfare and military ethics in the Netherlands East Indies, 1816–1941 |journal=[[Journal of Genocide Research]] |year=2012 |volume=14 |issue=3 |pages=277–296 |doi=10.1080/14623528.2012.719365 }}</ref>
[[Berkas:Op-mars-in-de-XXII-Moekims-.jpg|jmpl|[[Perang Aceh]] (
Pada tahun 1900, kepulauan nusantara dianggap telah "distabilkan" dan KNIL pada umumnya terlibat dengan tugas-tugas polisi militer. Hakikat KNIL berubah pada tahun 1917 ketika pemerintah kolonial memperkenalkan [[dinas militer|wajib militer]] untuk semua laki-laki Eropa yang memenuhi syarat dan pada tahun 1922,<ref>Willems, Wim ‘Sporen van een Indisch verleden (1600-1942).’ (COMT, Leiden, 1994). Chapter I, P.32-33 {{ISBN|90-71042-44-8}}</ref> pengesahan hukum tambahan memperkenalkan penciptaan "Garda nasional" (bahasa Belanda: Landstorm) untuk laki-laki Eropa yang usianya melebihi 32 tahun.<ref>Willems, Wim ‘Sporen van een Indisch verleden (1600-1942).’ (COMT, Leiden, 1994). Chapter I, P.32-36 {{ISBN|90-71042-44-8}}</ref> Petisi oleh kaum nasionalis Indonesia untuk mendirikan dinas militer yang terdiri dari masyarakat pribumi ditolak. Pada bulan Juli 1941, ''Volksraad'' mengesahkan undang-undang yang menciptakan milisi pribumi yang terdiri dari 18.000 orang setelah memenangkan suara mayoritas 43 berbanding 4, dan hanya [[Partai Indonesia Raya]] yang moderat yang keberatan. Setelah deklarasi perang dengan Jepang, lebih dari 100.000 penduduk pribumi secara sukarela bergabung.<ref>John Sydenham Furnivall, ''Colonial Policy and Practice: A Comparative Study of Burma and Netherlands India'' (Cambridge: Cambridge University Press, 1948), hlm. 236.</ref> KNIL dengan tergesa-gesa tidak mampu untuk bertransformasi menjadi kekuatan militer modern yang mampu melindungi Hindia Belanda dari invasi Kekaisaran Jepang. Pada malam invasi Jepang pada bulan Desember 1941, pasukan reguler Belanda di Hindia Belanda terdiri atas sekitar 1.000 perwira dan 34.000 prajurit, dan 28.000 orang di antaranya adalah pribumi. Selama [[kampanye Hindia Belanda]] pada tahun 1941 hingga 1942, KNIL dan pasukan Sekutu dengan cepat dikalahkan.<ref>{{cite web|last=Klemen |first=L |url=http://www.dutcheastindies.webs.com/index.html |title=Dutch East Indies 1941-1942 |date=1999–2000 |work= |publisher=Dutch East Indies Campaign website |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20110726053035/http://www.dutcheastindies.webs.com/index.html |archivedate=26 Juli 2011 |df=dmy }}</ref> Semua prajurit Eropa, yang pada dasarnya mencakup semua pria Indo-Eropa yang berbadan sehat, ditawan oleh Jepang sebagai [[tahanan perang]]. Sekitar 25% dari para tahanan perang tersebut tidak mampu bertahan dan gugur dalam masa penawanan mereka.
Baris 708 ⟶ 747:
===Bahasa dan sastra===
{{see also|Sastra Hindia Belanda }}
[[File:MuseumSumpahPemuda-20-PerhimpunanPelajarPelajarIndonesia.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:MuseumSumpahPemuda-20-PerhimpunanPelajarPelajarIndonesia.jpg|ka|jmpl|Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Di seluruh nusantara, ratusan bahasa asli digunakan Bahasa Belanda tidak dijadikan bahasa resmi koloni dan tidak digunakan secara luas oleh penduduk pribumi Indonesia.
Sastra berbahasa Belanda terinspirasi oleh Hindia kolonial dan pascakolonial
Sebagian besar sastra Belanda ditulis oleh penulis Belanda dan Indo-Eropa. Namun, pada paruh pertama abad ke-20 di bawah kebijakan [[Politik Etis]], banyak penulis dan cendekiawan pribumi Indonesia datang ke Belanda untuk belajar dan bekerja. Mereka menulis karya sastra berbahasa Belanda dan menerbitkan karya sastra mereka dalam tinjauan sastra seperti ''Het Getij'', ''De Gemeenschap'', ''Links Richten'', dan ''[[Forum]]''. Dengan menjelajahi tema-tema sastra baru dan memusatkan perhatian pada protagonis pribumi, mereka menarik perhatian pada budaya dan penderitaan pribumi. Contohnya antara lain pangeran dan penyair Jawa [[Noto Soeroto]], seorang penulis dan jurnalis, serta penulis berbahasa Belanda [[Suwarsih Djojopuspito|Soewarsih Djojopoespito]], [[Chairil Anwar]], [[Kartini]], [[Sutan Sjahrir]] dan [[Soekarno|Sukarno]].<ref>[http://dutch.berkeley.edu/?p=1056 'International Conference on Colonial and Post-Colonial Connections in Dutch Literature.' University of California, Berkeley, Website, 2011.] {{Webarchive |url=https://web.archive.org/web/20111113205547/http://dutch.berkeley.edu/?p=1056 |date=13 November 2011 }} Retrieved: 24 September 2011</ref> Sebagian besar wacana pascakolonial dalam kesusastraan Hindia Belanda ditulis oleh pengarang Indo-Eropa yang dipimpin oleh "avant garde visioner" [[Tjalie Robinson]], yang merupakan penulis Belanda yang paling banyak dibaca di Indonesia kontemporer,<ref>Nieuwenhuys, Rob. ''Oost-Indische spiegel. Wat Nederlandse schrijvers en dichters over Indonesië hebben geschreven vanaf de eerste jaren der Compagnie tot op heden.'', (Publisher: Querido, Amsterdam, 1978) p.555 [http://www.dbnl.org/tekst/nieu018oost02_01/nieu018oost02_01_0077.php] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120628070256/http://www.dbnl.org/tekst/nieu018oost02_01/nieu018oost02_01_0077.php|date=28 June 2012}}</ref> dan generasi kedua imigran Indo-Eropa seperti [[Marion Bloem]].
===Seni Visual===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Olieverfschildering_voorstellend_de_grote_postweg_bij_Buitenzorg_TMnr_1012-1.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Olieverfschildering_voorstellend_de_grote_postweg_bij_Buitenzorg_TMnr_1012-1.jpg|ka|jmpl|Penggambaran romantis ''[[Jalan Raya Pos|De Grote Postweg]]'' dekat Buitenzorg]]
Keindahan alam Hindia Timur telah mengilhami karya-karya seniman dan pelukis yang sebagian besar mengabadikan pemandangan romantis Hindia kolonial. ===Teater dan film===
{{See also|Daftar film Hindia Belanda|Daftar produser film Hindia Belanda|Daftar sutradara film Hindia Belanda}}
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Bioscoop_Mimosa_in_Batoe_TMnr_60052449.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Bioscoop_Mimosa_in_Batoe_TMnr_60052449.jpg|jmpl|Bioskop
Sebanyak 112 film fiksi diketahui telah diproduksi di Umumnya film-film yang diproduksi di Hindia Belanda mengangkat kisah-kisah tradisional atau diadaptasi dari karya-karya yang sudah ada.
Drama teater karya penulis drama seperti [[Victor Ido]] (1869–1948) dipentaskan di [[Schouwburg Weltevreden]], sekarang dikenal sebagai [[Gedung Kesenian Jakarta]].
===Sains===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_Zo÷logisch_Museum_en_laboratorium_van_'s_Lands_Plantentuin_te_Buitenzorg_West-Java_TMnr_10010799.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_Zo%C3%B7logisch_Museum_en_laboratorium_van_'s_Lands_Plantentuin_te_Buitenzorg_West-Java_TMnr_10010799.jpg|ka|jmpl|Museum dan lab di [[Kebun Raya Bogor|Buitenzorg Plantentuin]]]]
Kekayaan alam dan budaya Hindia Belanda menarik para intelektual, ilmuwan, dan peneliti Eropa. Fosil Manusia Jawa ditemukan oleh [[Eugène Dubois|Eugene Dubois]] pada tahun 1891. Komodo pertama kali dideskripsikan oleh [[Pieter Antonie Ouwens|Peter Ouwens]] pada tahun 1912
Dengan meningkatnya minat dalam penelitian ilmiah, pemerintah Hindia Belanda mendirikan
===Masakan===
{{See also|Masakan Indonesia}}[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_familie_C.H._Japing_met_tante_Jet_en_oom_Jan_Breeman_aan_de_rijsttafel_Bandoeng_TMnr_10030167.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_familie_C.H._Japing_met_tante_Jet_en_oom_Jan_Breeman_aan_de_rijsttafel_Bandoeng_TMnr_10030167.jpg|ka|jmpl|Keluarga Belanda menikmati makan malam besar ''[[Rijsttafel]]'', 1936]]
Keluarga kolonial Belanda melalui pembantu rumah tangga dan juru masak mereka mengenal masakan Indonesia, Melalui kolonialisme, Belanda memperkenalkan hidangan Eropa seperti roti, keju, steak panggang, dan pancake. ===Arsitektur===
{{Main|arsitektur kolonial Indonesia}}{{See also|Daftar bangunan dan struktur kolonial di Jakarta}}
Kedatangan kekuatan Eropa pada abad ke-16 dan ke-17 di Indonesia memperkenalkan konstruksi batu ke Indonesia di mana sebelumnya kayu dan produk sampingannya hampir secara eksklusif digunakan. Pada abad ke-17 dan ke-18, Batavia adalah kota bata dan batu dibentengi.<ref name="Schoppert 38-39">Schoppert (1997), pp. 38–39</ref> Selama hampir dua abad, para kolonialis tidak banyak menyesuaikan kebiasaan arsitektur Eropa mereka dengan iklim tropis.<ref name="d8">Dawson, B., Gillow, J., ''The Traditional Architecture of Indonesia'', p. 8, 1994 Thames and Hudson Ltd, London, {{ISBN|0-500-34132-X}}</ref> Mereka membangun rumah petak yang berventilasi buruk dengan jendela kecil, yang dianggap sebagai perlindungan terhadap penyakit tropis yang berasal dari udara tropis..<ref name=d8/> Bertahun-tahun kemudian Belanda belajar menyesuaikan gaya arsitektur mereka dengan fitur bangunan lokal (atap panjang, beranda, serambi, jendela besar, dan bukaan ventilasi),<ref>{{cite conference |author=W. Wangsadinata and T.K. Djajasudarma |title=Architectural Design Consideration for Modern Buildings in Indonesia |year=1995 |book-title=INDOBEX Conf. on Building Construction Technology for the Future: Construction Technology for Highrises & Intelligence Buildings |location=Jakarta |url=http://www.wiratman.co.id/ximages/architecture.pdf |access-date=18 January 2007 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20070614232909/http://www.wiratman.co.id/ximages/architecture.pdf |archive-date=14 June 2007 |df=dmy}}</ref> dan rumah pedesaan Hindia Belanda abad ke-18 salah satu bangunan kolonial pertama yang memadukan unsur arsitektur Indonesia dan beradaptasi dengan iklim, yang kemudian dikenal dengan [[Rumah kongsi|Indies Style]].<ref name="Schoppert 1997, pp. 72-77">Schoppert (1997), pp. 72–77</ref>
[[File:ITB_1.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:ITB_1.jpg|jmpl|Ceremonial Hall, Institut Teknologi Bandung, Bandung, dirancang oleh arsitek Henri Maclaine-Pont]]
Sejak akhir abad ke-19, kemajuan teknologi, komunikasi, dan transportasi yang signifikan membawa kekayaan baru ke Jawa.
Kurangnya pembangunan selama Depresi
===Mode===
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Vorstelijk_echtpaar_Kangdjeng_Pangeran_Angabei_Sakalijan_met_echtgenote._TMnr_60002322.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Vorstelijk_echtpaar_Kangdjeng_Pangeran_Angabei_Sakalijan_met_echtgenote._TMnr_60002322.jpg|jmpl|Para bangsawan Jawa mengadopsi dan memadukan beberapa aspek mode Eropa, seperti pasangan ini pada tahun 1890.]]
Di wilayah jajahan Hindia Belanda, fashion memainkan peran penting dalam menentukan status dan kelas sosial seseorang. [[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Studioportret_van_een_Europees_echtpaar_gekleed_in_saroeng_kabaja_en_ochtendbroek_TMnr_60048827.jpg|pra=https://en.wiki-indonesia.club/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Studioportret_van_een_Europees_echtpaar_gekleed_in_saroeng_kabaja_en_ochtendbroek_TMnr_60048827.jpg|kiri|jmpl|Pasangan kolonial Belanda pada awal abad ke-20 mengenakan busana batik dan kebaya asli]]
Pengaruh mode antara kolonial dan pribumi adalah fenomena timbal balik. Kemudian dalam sejarah Hindia Belanda, ketika gelombang baru orang Eropa dibawa ke koloni, banyak yang mengadopsi gaya Indonesia, bahkan banyak yang memakai [[kebaya]] tradisional Jawa di rumah.
== Olahraga ==
Baris 767 ⟶ 817:
Banyak keluarga kolonial yang masih hidup dan keturunan mereka yang pindah kembali ke Belanda setelah kemerdekaan cenderung untuk mengenang kembali era kolonial dengan perasaan kekuatan dan prestise yang mereka miliki di koloni, dengan barang-barang seperti buku tahun 1970 ''Tempo Doeloe'' oleh penulis [[Rob Nieuwenhuys]], serta buku-buku dan materi lain yang menjadi sangat umum ditemui pada 1970-an dan 1980-an.<ref>Nieuwenhuys, Robert, (1973) Tempo doeloe: fotografische documenten uit het oude Indie, 1870–1914 [door] E. Breton de Nijs (pseud. of Robert Nieuwenhuys) Amsterdam: Querido, {{ISBN|90-214-1103-2}}–noting that the era wasn't fixed by any dates–noting the use of Tio, Tek Hong,(2006) Keadaan Jakarta tempo doeloe: sebuah kenangan 1882–1959 Depok: Masup Jakarta {{ISBN|979-25-7291-0}}</ref> Selain itu, sejak abad ke-18 dunia sastra Belanda memiliki sejumlah besar penulis mapan, seperti [[Louis Couperus]], penulis "[[The Hidden Force]]", mengambil era kolonial sebagai sumber inspirasi penting.<ref>Nieuwenhuys (1999)</ref> Bahkan salah satu karya agung [[sastra Belanda]] adalah buku "[[Max Havelaar]]" yang ditulis oleh [[Multatuli]] pada tahun 1860.<ref>Etty, Elsbeth literary editor for the [[NRC handelsblad]] "Novels: Coming to terms with Calvinism, colonies and the war." (NRC Handelsblad. Juli 1998) [http://retro.nrc.nl/W2/Lab/Profiel/Nederland/novels.html]</ref>
Mayoritas orang Belanda yang dipulangkan ke Belanda setelah dan selama revolusi Indonesia adalah [[orang Indo]] (Eurasia) asli dari pulau-pulau di
Orang Indo saat ini—termasuk keturunan generasi ke-2 mereka, merupakan kelompok kelahiran asing terbesar di Belanda. Pada tahun 2008, [[Biro Sensus Belanda untuk Statistik (CBS)]]<ref>[http://www.cbs.nl/nl-NL/menu/themas/bevolking/cijfers/default.htm Official CBS website containing all Dutch demographic statistics.]</ref> mendaftarkan 387.000 orang Indo generasi pertama dan kedua yang tinggal di Belanda.<ref>De Vries, Marlene. ''Indisch is een gevoel, de tweede en derde generatie Indische Nederlanders.'' (Amsterdam University Press, 2009) {{ISBN|978-90-8964-125-0}} {{cite web|title=Archived copy|url=http://www.imes.uva.nl/research/IMESsecondthirdgenerationsDutchEurasians.html|archiveurl=https://web.archive.org/web/20090817070552/http://www.imes.uva.nl/research/IMESsecondthirdgenerationsDutchEurasians.html|archivedate=17 Agustus 2009|deadurl=yes|accessdate=4 Februari 2016|df=dmy-all}} [https://books.google.com/books?id=PNo0ZYamYsUC&printsec=frontcover&dq='Indisch+is+een+gevoel'&source=bl&ots=2PpWDDOQo4&sig=SBvaqropvzfBt9UcH8wKGMXqIXw&hl=nl&ei=H8zGS4KzFYyTOJq69MgM&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CB0Q6AEwBg#v=twopage&q&f=false] hlm. 369</ref> Meskipun sepenuhnya dianggap berasimilasi ke dalam masyarakat Belanda, sebagai etnis minoritas utama di Belanda, para 'Repatriat' ini telah memainkan peran penting dalam memperkenalkan unsur-unsur budaya Indonesia ke dalam budaya umum di Belanda. Hampir setiap kota di Belanda akan memiliki 'Toko' (Toko Indonesia Belanda) atau restoran Indonesia<ref>{{cite web|url=http://indisch-eten.startpagina.nl/|title=Indisch-eten Startpagina, verzameling van interessante links|author=Startpagina B.V.|publisher=}}</ref> dan banyak pameran '[[Pasar Malam]]' (Pasar Malam di Melayu/Indonesia) diselenggarakan sepanjang tahun.
Baris 776 ⟶ 826:
* [[Freemasonry di Hindia Belanda]]
* [[Perangko dan sejarah pos Hindia Belanda]]
== Catatan ==
{{Notelist}}{{reflist|group=note}}
== Referensi ==
Baris 792 ⟶ 845:
* {{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C. |year=1991 |title=A Modern History of Indonesia, 2nd edition|pages= chapters 10–15 |publisher=MacMillan|isbn=0-333-57690-X |nopp=true}}
* {{Cite book |last=Taylor |first=Jean Gelman |title=Indonesia: Peoples and Histories |url=https://archive.org/details/indonesiapeoples0000tayl |publisher=Yale University Press |year=2003 |location= New Haven and London |isbn=0-300-10518-5}}
* {{Cite book|last=Vickers |first=Adrian |title=A History of Modern Indonesia |url=https://archive.org/details/historyofmoderni00adri |publisher=Cambridge University Press |year=2005 |isbn=0-521-54262-6}}
== Bacaan lebih lanjut ==
Baris 819 ⟶ 872:
* [http://ir.lib.hiroshima-u.ac.jp/metadb/up/kiyo/AA11747932/KJ00004184387.pdf Yasuo Uemura, "The Depression and the Sugar Industry in Surabaya" ''Hiroshima Interdisciplinary Studies in the Humanities'', Vol.3 page.1-54] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110718172109/http://ir.lib.hiroshima-u.ac.jp/metadb/up/kiyo/AA11747932/KJ00004184387.pdf |date=2011-07-18 }}
{{Topik Indonesia}}
{{Topik Malaysia}}
{{Jajahan Belanda|Kingdom1}}
{{Authority control}}
{{Coord|2.0|S|118.0|E|display=title|source:dewiki}}
[[Kategori:Kolonisasi Eropa di Asia]]
[[Kategori:
[[Kategori:Hindia Belanda| ]]
[[Kategori:Bekas koloni di Asia]]
[[Kategori:Bekas koloni di Oseania]]
[[Kategori:Bekas negara dalam sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Bekas negara dalam sejarah Malaysia]]
[[Kategori:Bekas negara di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Maritime Southeast Asia]]
Baris 833 ⟶ 889:
[[Kategori:Indonesia abad ke-19]]
[[Kategori:Indonesia abad ke-20]]
[[Kategori:Malaysia abad ke-19]]]
[[Kategori:Negara dan wilayah yang didirikan tahun 1800]]
[[Kategori:Negara dan wilayah yang dibubarkan tahun 1949]]
|