Asam asetat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 117:
}}
 
'''Asam asetat''', '''asam etanoat''' atau '''asam cuka''' ({{lang-en|ethanoic acid}}) adalah salah satu [[senyawa kimia|senyawa]] [[kimia organik|organik]] yang berada dalam golongan [[asam alkanoat]].<ref>{{Cite book|title=Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi|last=|first=Wardiyah|date=2016|publisher=Kementerian Kesehatan Republik Indonesia|isbn=|location=Jakarta|pages=20|url-status=live}}</ref> Asam asetat pekat (disebut ''[[asam asetat glasial]]'') adalah [[cairan]] [[higroskopis]] tak ber[[warna]], dan memiliki titik beku 16,7[[Celsius|°C]]. Asam asetat adalah komponen utama cuka (3–9%) selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau menyengat. Selain diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor untuk senyawa lain seperti [[polivinil asetat]] dan [[selulosa asetat]]. Meskipun digolongkan sebagai [[asam lemah]], asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
 
Asam asetat merupakan salah satu [[asam karboksilat]] paling sederhana, setelah [[asam format]]. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah [[asam lemah]], artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi [[ion]] H<sup>+</sup> dan {{chem2|CH|3|COO}}{{sup|–}}. Asam asetat merupakan [[pereaksi kimia]] dan [[bahan baku]] [[industri]] yang penting. Asam asetat digunakan dalam [[produksi]] [[polimer]] seperti [[polietilena tereftalat]], [[selulosa asetat]], dan [[polivinil asetat]], maupun berbagai macam [[serat]] dan [[kain]]. Dalam industri makanan, asam asetat, dengan [[Nomor E|kode aditif makanan]] E260, digunakan sebagai pengatur [[keasaman]]. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai [[kesadahan air|pelunak air]]. Sebagai [[aditif makanan]], asam asetat disetujui penggunaannya di banyak negara, termasuk Kanada,<ref>{{cite|title=Food and Drug Regulations (C.R.C., c. 870)|journal=Consolidated Regulations|publisher=Canadian Department of Justice|date=31 Mei 2013|url=http://laws-lois.justice.gc.ca/eng/regulations/C.R.C.,_c._870/FullText.html|language=en|accessdate=2016-01-18|archive-date=2013-06-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20130630134041/http://laws-lois.justice.gc.ca/eng/regulations/C.R.C.%2C_c._870/FullText.html|dead-url=no}}</ref> Uni Eropa,<ref>UK Food Standards Agency: [http://www.food.gov.uk/safereating/chemsafe/additivesbranch/enumberlist "Current EU approved additives and their E Numbers"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101007124435/http://www.food.gov.uk/safereating/chemsafe/additivesbranch/enumberlist |date=2010-10-07 }}</ref> Amerika Serikat,<ref>US Food and Drug Administration: [https://web.archive.org/web/20120117060614/http://www.fda.gov/Food/FoodIngredientsPackaging/FoodAdditives/FoodAdditiveListings/ucm091048.htm "Listing of Food Additives Status Part I"]</ref> Australia dan Selandia Baru.<ref>Australia New Zealand Food Standards Code: [http://www.comlaw.gov.au/Details/F2011C00827 "Standard 1.2.4 – Labeling of ingredients"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130902084805/http://www.comlaw.gov.au/Details/F2011C00827 |date=2013-09-02 }}</ref>
Baris 132:
[[Cuka]] merupakan jenis asam asetat yang telah dikenal manusia sejak dahulu kala dan pertama kali ditemukan pada 5000 SM saat seorang pelayan istana dari [[Babilonia]] menemukan [[anggur]] berubah menjadi [[Anggur (minuman)|minuman anggur]] ketika dibiarkan di ruang terbuka .<ref>{{Cite journal|last=Johnston|first=Carol S.|last2=Gaas|first2=Cindy A.|date=30 Mei 2006|title=Vinegar: medicinal uses and antiglycemic effect|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16926800/|journal=MedGenMed: Medscape General Medicine|volume=8|issue=2|pages=61|issn=1531-0132|pmc=1785201|pmid=16926800|access-date=2021-05-26|archive-date=2021-05-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20210526142537/https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16926800/|dead-url=no}}</ref> Penggunaan cuka dilakukan pertama kali untuk [[alkimia]] pada abad ke-3 Sebelum Masehi. Saat itu, [[Filsafat|Filsuf]] [[Yunani Kuno]] [[Theophrastus]] menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan [[Logam|logam-logam]] dan membentuk berbagai [[pigmen]], misalnya timbal putih ([[timbal karbonat]]), dan [[verdigris]], yaitu zat warna hijau yang merupakan campuran [[garam (kimia)|garam-garam]] [[tembaga]], seperti [[Tembaga(II) asetat|tembaga (II) asetat]].<ref>{{Cite journal|last=Photos-Jones|first=E.|last2=Bots|first2=P.|last3=Oikonomou|first3=E.|last4=Hamilton|first4=A.|last5=Knapp|first5=C. W.|date=26 September 2020|title=On metal and ‘spoiled’ wine: analysing psimythion (synthetic cerussite) pellets (5th–3rd centuries BCE) and hypothesising gas-metal reactions over a fermenting liquid within a Greek pot|url=https://doi.org/10.1007/s12520-020-01184-1|journal=Archaeological and Anthropological Sciences|language=en|volume=12|issue=10|pages=243|doi=10.1007/s12520-020-01184-1|issn=1866-9565|pmc=PMC7560938|pmid=33088349}}</ref> Bangsa [[Romawi Kuno]] menghasilkan ''[[Sirup anggur|sapa]]'', sebuah [[sirup]] yang sangat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah diasamkan. ''Sapa'' yang direbus di sebuah panci berbahan timbal memiliki kandungan [[timbal(II) asetat]] yang tinggi. ''Sapa'' yang merupakan suatu zat manis disebut juga dengan nama ''gula timbal'' atau ''garam [[Saturnus (mitologi)|Saturnus]]''. Konsumsi terhadap zat ini menyebabkan [[keracunan timbal]] yang terjadi pada kaum bangsawan Romawi Kuno.<ref>{{Cite web|last=Mingren|first=Wu|date=4 Desember 2019|title=Savoring the Danger: Romans Loved Toxic 'Sugar of Lead' Wine|url=https://www.ancient-origins.net/history-ancient-traditions/savoring-danger-sugar-lead-was-used-flavor-roman-food-and-wine-toxic-021771|website=www.ancient-origins.net|language=en|access-date=26 Mei 2021|archive-date=2021-05-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20210526152102/https://www.ancient-origins.net/history-ancient-traditions/savoring-danger-sugar-lead-was-used-flavor-roman-food-and-wine-toxic-021771|dead-url=no}}</ref>
 
Pada tahun 750 M, ilmuwan [[Persia]] [[Abu Musa Jabir bin Hayyan|IndonesiaJabir ibn KokoHayyan]] merupakan ilmuwan pertama yang bisa menghasilkan asam asetat dari proses [[distilasi]] pada cuka.<ref>{{Cite book|last=Rezende|first=Lisa|date=2006|url=https://books.google.com/books?id=079t8r9RIcIC&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA61&dq=Jabir+ibn+Hayyan+acetic+acid+vinegar&hl=en|title=Chronology of Science|publisher=Infobase Publishing|isbn=978-1-4381-2980-8|pages=60-61|language=en|url-status=live}}</ref> Pada masa [[renaisans]], asam asetat glasial dihasilkan dari [[distilasi kering]] tembaga asetat atau logam berat sejenis. Pada abad ke-16 ahli [[alkimia]] [[Jerman]] [[Andreas Libavius]] menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan [[larutan]] asam asetat dalam air sehingga [[kimiawan]], seperti [[Antoine Lavoisier]] mencoba untuk membedakan kedua zat tersebut, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, kimiawan [[Prancis]] [[Pierre Adet]] membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama dan asam asetat glasial merupakan bentuk monohidrat dari senyawa asam asetat.<ref>{{Cite book|last=Wagner|first=Frank S.|date=2000|url=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/0471238961.0103052023010714.a01|title=Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology|publisher=American Cancer Society|isbn=978-0-471-23896-6|language=en|doi=10.1002/0471238961.0103052023010714.a01|access-date=2021-05-27|archive-date=2021-11-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20211109043835/https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/0471238961.0103052023010714.a01|dead-url=no}}</ref>
 
Pada [[1847]], kimiawan Jerman [[Hermann Kolbe]] berhasil [[sintesis|mensintesis]] asam asetat dari zat [[senyawa anorganik|anorganik]] untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah [[Halogenasi|klorinasi]] [[karbon disulfida]] menjadi [[karbon tetraklorida]], diikuti dengan [[pirolisis]] menjadi [[tetrakloroetilena]] dan [[Klorinasi air|klorinasi dalam air]] menjadi [[asam trikloroasetat]], dan akhirnya [[Redoks|reduksi]] [[elektrolisis]] menjadi asam asetat.<ref name="goldwhite">{{cite journal|last=Goldwhite|first=Harold|date=September 2003|title=This month in chemical history|url=http://membership.acs.org/N/NewHaven/bulletins/Bulletin_2003-09.pdf|journal=New Haven Section Bulletin American Chemical Society|volume=20|issue=3|page=4|archive-url=https://web.archive.org/web/20090304210839/http://membership.acs.org/N/NewHaven/bulletins/Bulletin_2003-09.pdf|archive-date=4 Maret 2009}}</ref>
Baris 349:
* {{en}} [https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/176 National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Database; CID=176 (diakses tanggal 27 Februari 2016)].
{{Authority control}}
[[Kategori:Senyawa kimia]]
 
[[Kategori:Asam asetat| ]]
[[Kategori:Asam organik|lemak n asetat]]
Baris 355:
[[Kategori:Asetat]]
[[Kategori:Pelarut]]
[[Kategori:Bahan tambahan makanan]]