Suku Dayak Mualang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Kedua tokoh ini bukan orang mualang Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(19 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
|poptime=->
|popplace=Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang dan sekitarnya
|langs= [[
|rels= [[Kristen Katolik]], [[Kristen Protestan]], [[Kaharingan]] dan lainnya
|related=[[suku Dayak Iban|Iban, Sebaruk, Kantuk, Seberuang, Tabun, Banyur dan lainnya]]
}}
'''Suku Dayak Mualang''' adalah salah satu sub suku Dayak Ibanic yang mendiami wilayah Kabupaten Sekadau dan wilayah Kabupaten Sintang di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, yaitu Kecamatan:
# Kec. Belitang Hilir, Kab. Sekadau
# Kec. Belitang, Kab. Sekadau
# Kec. Belitang Hulu, Kab. Sekadau
# Kec. Sekadau Hilir, Kab. Sekadau
# Kec. Sepauk, Kab. Sintang dan sekitarnya.
== Ciri Fisik ==
Baris 21 ⟶ 22:
* Dayak Heteronoid
Salah satu ciri yang tampak pada orang Mualang adalah ciri fisik yang [[mongoloid]], wajah bulat, kulit putih/kuning langsat, mata agak sipit, rambut lurus, ada juga yang ikal serta relatif tidak tinggi, dan juga dikenal dengan keramah-tamahannya, karena orang mualang sangat mudah membaur dengan sub suku lain
== Bahasa ==
Bahasa yang digunakan oleh orang Dayak Mualang termasuk ke dalam kelompok Bahasa Ibanik (Ibanic
Meskipun menuturkan bahasa yang serupa dengan bahasa yang dituturkan oleh Kelompok Rumpun Dayak Ibanik lainnya (dan saling mengerti satu sama lain ketika berkomunikasi dengan bahasa masing-masing), Bahasa Mualang terbilang unik dari yang lainnya, karena ada beberapa kata dalam Bahasa Dayak Mualang yang menjadi ciri khas tersendiri dibandingkan Bahasa-Bahasa Serumpun Ibanik lainnya, salah satu contoh, yaitu kata "KINI" (kemana), kelompok-kelompok Ibanik lainnya menggunakan kata KINI (kemana), namun dalam Bahasa Dayak Mualang menggunakan kata KIKAI (kemana), dan masih ada banyak lagi contoh kata-kata yang menjadi ciri khas dari Bahasa Dayak Mualang yang membuatnya menjadi unik dibandingkan dengan bahasa-bahasa Serumpun Ibanik lainnya (terutama penamaan benda-benda atau objek tertentu).
Selain itu, Bahasa Dayak Mualang juga dapat dibagi menjadi 2 logat utama, yaitu Logat Bahasa Mualang Hilir (Mualang Ilek) dan Logat Bahasa Mualang Hulu (Mualang Ulu). Bahasa Mualang Hilir dituturkan oleh orang-orang Mualang yang mendiami wilayah Kec. Belitang Hilir, Kec. Belitang, Kec. Sekadau Hilir di Kabupaten Sekadau dan juga di Kab. Sintang (Kec. Sepauk). Bahasa Mualang Hulu dituturkan oleh orang-orang Mualang yang mendiami wilayah Kec. Belitang Hulu di Kabupaten Sekadau. Meskipun keduanya adalah Bahasa Mualang yang sama, namun ada beberapa hal yang membuat keduanya unik satu sama lain, misalnya dalam bahasa Mualang Hulu kata yang berakhiran dengan bunyi/huruf U cenderung akan berbunyi O, serta memiliki ayunan khas Bahasa Mualang Hulu yang lebih halus mengayun. Bahasa Mualang Hilir memiliki nada yang lebih lugas dengan ayunan khasnya yang cenderung agak meledak, dan juga menyerap beberapa kosa kata/istilah dari Bahasa-Bahasa Suku lain di sekitarnya (suku-suku non Ibanik atau suku Melayu) karena memang wilayah dari penutur bahasa Mualang Hilir bersentuhan langsung dengan suku-suku Dayak non-ibanik seperti Suku Dayak Jangkang, Suku-Suku Dayak di Wilayah Sekadau, Suku Melayu atau bahkan dengan Orang-orang Tionghoa (Khek). Keunikan lainnya dapat dilihat dari beberapa istilah/kata dalam penamaan benda, tetapi keunikan tersebut bukanlah perbedaan, melainkan kepopuleran kosa kata tertentu di antara penutur Bahasa Mualang Hilir dan Hulu. Nah, pada dasarnya Bahasa Mualang Hilir dan Mualang Hulu adalah satu Bahasa yang sama, yaitu Bahasa Dayak Mualang.
== Legenda ==
Baris 144 ⟶ 149:
* [http://www.youtube.com/watch?v=TPXJMQPXVgE Aboh Beramay]
*Kepai-Kepai
*Bejuged Ari Gawai
*dan masih banyak lagi
== Tarian Dayak Mualang ==
Baris 170 ⟶ 177:
Rumah Panjang di Kerintak
== Tokoh-Tokoh, Rohaniwan dan Orang-Orang Berpengaruh dari Suku Dayak Mualang ==
# '''''Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun, [[Ordo Saudara Dina Kapusin|O.F.M. Cap.]]''' ([[Uskup Agung]] Emeritus [[Keuskupan Agung Pontianak]]).''
#'''''Mgr. Dr. Valentinus Saeng, [[Kongregasi Pasionis|C.P.]] (lahir 28 Oktober 1969) adalah [[Uskup]] [[Keuskupan Sanggau|Sanggau]] yang ditunjuk pada 18 Juni 2022.'''''
#[[Simon Petrus (bupati)|'''''Simon Petrus''''']]'', <small>[[Sarjana|S.Sos.]], [[Magister|M.Si.]] (Bupati Sekadau periode 2005 -2010 dan 2010 - 2015).</small>''
#'''''Aloysius''', [[Sarjana|S.H.]], [[Magister|M.Si.]], (lahir 15 Juli 1963) [[politikus]] [[Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan]] yang pernah menjabat sebagai [[Wakil Bupati Sekadau]] periode 2016-2021.''
#'''''Subandrio''', [[Sarjana Hukum|S.H.]], [[Magister|M.H.]] (lahir 23 Maret 1976) [[Daftar Wakil Bupati Sekadau|Wakil Bupati Sekadau]] periode 2021–2024.''
#'''''Paulus Florus''' (Penulis, Redaktur, Budayawan, Sastrawan, Pembicara dan Pemerhati Credit Union di Kalimantan Barat).''
#''Drs. '''Milton Crosby''', M.Si. (lahir 18 Juni 1959) Politikus dan [[Daftar Bupati Sintang|Bupati Sintang]], Kalimantan Barat selama dua periode, yakni 2005–2010 dan 2010–2015.''
#'''''Guyau Temenggung Budi,''' Tokoh Pahlawan/Pemimpin Kuno Kelompok Suku Dayak "Mualang" yang meninggalkan Tampun Juah paling terakhir. Beliau dan kelompoknya dikawal oleh seorang Pendekar/Letnan/Manok Sabong (Manusia Sakti) bernama Mualang, yang namanya kemudian diabadikan sebagai nama Suku Dayak Mualang.''
#'''''Mualang''''', ''seorang Tokoh Pahlawan Kuno, Pendekar, Manok Sabong, Manusia Sakti yang terkenal pada zamannya dan menjadi pengawal bagi kelompok terakhir yang dipimpin oleh Guyau Temenggung Budi ketika meninggalkan Tampun Juah (Tampun Juah : sebuah Tempat/Kerajaan yang menjadi asal muasal semua Suku Dayak Rumpun Ibanik/Serumpun Iban (Dayak Laut/Melayik) sebelum akhirnya terbagi menjadi kelompok-kelompok/sub-sub suku seperti sekarang).''
== Daftar pustaka ==
* Drake Allen Richard. “Waktu dan Keterpisahan: Suatu Metanarrative Sejarah Lisan Mualang”. Dalam Kalimantan Review. Pontianak: LP3S – IDRD, 1995.
|