Kabupaten Purwakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
|||
(37 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rdf|Purwakarta|Purwokerto||Purwakarta (disambiguasi)}}
{{Kotak info Dati II Indonesia
|
|nama
|
|
|foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|perrow = 1/2
|image1=Another View of Jati Luhur.jpg
|caption1=<center>[[Waduk Jatiluhur]]
|image2=Taman Sri Baduga Maharaja Purwakarta 2022.jpg
|caption2=<center>Taman Sri Baduga Maharaja
|image3=Walahar pwk.jpg
|caption3=<center>[[Stasiun Purwakarta]]
}}
|lambang = Seal of Purwakarta Regency.svg
|bendera =
|etimologi = Purwa + Karta
|julukan =
|motto = Wibawa karta raharja<br/>{{small|{{su icon}} Berwibawa, damai, dan sejahtera}}
|peta = Map of West Java highlighting Purwakarta Regency.svg
|koordinat = {{coord|-6.5385640|107.4435572|display=inline,title}}
|pushpin_map = Indonesia Jawa Barat#Indonesia
|pushpin_label = Purwakarta
|pushpin_label_position = bottom
|propinsi = [[Jawa Barat]]
|ibukota = [[Purwakarta, Purwakarta|Purwakarta]]
|kecamatan = 17
|kelurahan = 9
|desa = 183
|tanggal = {{start date|1968|06|29}}
|dasar hukum = UU №4/1968
|hari jadi = {{start date|1831|07|20}}
|nama kepala daerah = [[Benny Irwan]] (Pj.)
|nama wakil kepala daerah = ''Lowong''
|nama sekretaris daerah = Norman Nugraha
|nama ketua DPRD = Ahmad Sanusi
|ref luas =
|luas = 971,72
|pendudukref = <ref name="DUKCAPIL"/>
|penduduk = 1052093
|penduduktahun = 30 Juni [[2024]]
|kepadatan = auto
|agama = {{ublist |item_style=white-space;
|98,93% [[Islam]]
|{{Tree list}}
* 1,00% [[Kekristenan]]
** 0,79% [[Protestan]]
** 0,21% [[Katolik]]
{{Tree list/end}}
|0,05% [[Agama Buddha|Buddha]] |0,01% [[Hindu]] |0,01% Lainnya<ref name="DUKCAPIL"/>}}
|bahasa = {{unbulleted list|
[[bahasa Indonesia|Indonesia]]<br>
[[bahasa Sunda|Sunda]]<br>[[Bahasa Betawi|Betawi]]
}}
|
|
|
|
|
|
|
|web = {{url|purwakartakab.go.id}}
}}
'''Kabupaten Purwakarta''' ({{lang-su|[[aksara Sunda]]: {{Sund|ᮕᮥᮁᮝᮊᮁᮒ}}}}) adalah sebuah wilayah [[kabupaten]] yang terletak di Provinsi [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Ibu kotanya adalah [[Purwakarta, Purwakarta|Kecamatan Purwakarta Kota]] serta berjarak kurang lebih 80 km sebelah tenggara [[Jakarta]] dan 44 km sebelah barat laut [[Bandung]].<ref name="PURWAKARTA">{{cite book|title=Kabupaten Purwakarta dalam Angka 2023|year=2023|author=Badan Pusat Statistik|url=https://purwakartakab.bps.go.id/publication/2023/02/28/24f9d0b51634c1994e272f03/kabupaten-purwakarta-dalam-angka-2023.html|access-date=19 Oktober 2023|format=pdf|pages=7, 43}}</ref><ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=22 September 2024|format=Visual}}</ref> Kota ini dijuluki sebagai kota pensiun karena suasananya yang tenang dan jauh dari hiruk piruk kota. Selain kota pensiun, [[Purwakarta, Purwakarta|Purwakarta]] juga memiliki julukan kota tasbih dan [[Purwakarta, Purwakarta|Purwakarta]] cantik<ref>{{Cite web|date=2023-08-22|title=Purwakarta CANTIK Gantikan Slogan Purwakarta Istimewa?|url=https://almuhajirin.co.id/purwakarta-cantik-gantikan-slogan-purwakarta-istimewa/|website=Al-Muhajirin|language=id|access-date=2024-01-11}}</ref>
Purwakarta dikenal sebagai tempat kelahiran beberapa negarawan dan pemimpin besar asal [[Jawa Barat]], karena pada masanya awal pendirian [[Republik Indonesia]]. Diantaranya adalah pahlawan nasional [[Kusumah Atmaja]] (Ketua pertama [[Mahkamah Agung Republik Indonesia]]) dan [[Ipik Gandamana]] (Bupati pertama [[Kabupaten Bogor]], [[Gubernur Jawa Barat]], dan [[Daftar Menteri Dalam Negeri Indonesia|Menteri Dalam Negeri]]).
== Etimologi ==
Purwakarta berasal dari suku kata "purwa" yang artinya permulaan dan "karta" yang berarti ramai atau hidup. Pemberian nama Purwakarta dilakukan setelah kepindahan ibu kota Kabupaten Purwakarta dari Wanayasa ke Sindang Kasih pada tahun 1834. Peristiwa kepindahan ibu kota kabupaten ini setiap tahunnya diperingati pada tanggal 20 Juli dengan melakukan napak tilas tengah malam dari Wanayasa ke Sindang Kasih.{{cn}}
== Sejarah ==
=== Masa Kerajaan Islam ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Alun-alun met moskee Poerwakarta TMnr 60016142.jpg|jmpl|240x240px|ki|Masjid Agung Purwakarta pada tahun 1920-1935 (dibangung atas perintah Raden Tumenggung Aria Sastradipura I, [[daftar bupati Karawang|bupati]] ke-12, menjabat tahun 1854-1863)]]
Keberadaan Purwakarta tidak terlepas dari sejarah perjuangan melawan pasukan [[VOC]]. Sekitar awal [[abad]] ke-17 [[Sultan]] [[Mataram]] mengirimkan pasukan [[tentara]] yang dipimpin oleh Bupati [[Surabaya]] ke Jawa Barat. Salah satu tujuannya adalah untuk menundukkan Sultan [[Banten]]. Tetapi dalam perjalanannya bentrok dengan pasukan VOC sehingga terpaksa mengundurkan diri.{{cn}}
Setelah itu dikirimkan kembali ekspedisi kedua dari Pasukan Mataram di bawah pimpinan Dipati Ukur serta mengalami nasib yang sama pula. Untuk menghambat perluasan wilayah kekuasaan [[kompeni]] (VOC), Sultan Mataram mengutus Penembahan Galuh ([[Ciamis]]) bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III untuk menduduki Rangkas Sumedang (Sebelah Timur Citarum). Selain itu juga mendirikan [[benteng]] pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi dan [[Kuta Tandingan]]. Setelah mendirikan benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan [[wafat]]. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi daerahnya berawa-rawa (''[[Sunda]]'' '':'' ''"Karawaan"'').
Baris 77 ⟶ 81:
Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putera Adipati Kertabumi III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi [[Dalem]] ([[bupati]]) di [[Karawang]] pada tahun 1656. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai [[Raden Adipati Singaperbangsa]] atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug.
Pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta putera Panembahan Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda I antara Tahun 1679 dan 1721 ibu kota Karawang dari Udug-udug pindah ke Karawang, dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah antara [[Cihoe, Ciseeng, Bogor|Cihoe]] ([[Cibarusah, Bekasi|Cibarusah]]) dan [[Cipunagara, Subang|Cipunagara]]. Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekitar tahun 1811-1816 sebagai akibat dari peralihan penguasaan [[Hindia Belanda]] dari Pemerintahan [[Belanda]] kepada Pemerintahan [[Inggris]].{{cn}}
=== Masa pemerintahan kolonial Belanda ===
Antara tahun 1819-1826 Pemerintahan Belanda melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris yang ditandai dengan upaya pengembalian kewenangan dari para Bupati kepada [[Gubernur Jendral]] [[G.A.G.Ph. Baron van der Capellen|Van Der Capellen]]. Dengan demikian Kabupaten Karawang dihidupkan kembali sekitar tahun 1820, meliputi wilayah tanah yang terletak di sebelah Timur [[Ci Tarum|sungai Citarum]]/Cibeet dan sebelah Barat sungai Cipunagara.Dalam hal ini kecuali Onder Distrik [[Gandasoli, Plered, Purwakarta|Gandasoli]], sekarang Kecamatan [[Plered]] pada waktu itu termasuk Kabupaten Bandung. Sebagai Bupati I Kabupaten Karawang yang dihidupkan kembali diangkat R.A.A. Surianata dari [[Bogor]] dengan gelar Dalem Santri yang kemudian memilih ibu kota kabupaten di Wanayasa.{{cn}}
Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata atau Dalem Sholawat, pada tahun 1830 ibu kota dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih yang diresmikan berdasarkan besluit (surat keputusan) pemerintah kolonial tanggal 20 Juli 1831 nomor 2.
Pembangunan dimulai antara lain dengan pengurugan rawa-rawa untuk pembuatan Situ Buleud, Pembuatan Gedung [[Keresidenan]], [[Pendopo]], [[Masjid]] Agung, Tangsi Tentara di Ceplak, termasuk membuat Solokan Gede, Sawah Lega dan Situ Kamojing. Pembangunan terus berlanjut sampai pemerintahan bupati berikutnya.
=== Masa setelah Kemerdekaan ===
Kabupaten Karawang dengan ibu kota Purwakarta berjalan sampai dengan tahun 1949. Pada tanggal 29 Januari 1949 dengan Surat Keputusan Wali Negeri Pasundan Nomor 12, Kabupaten Karawang dipecah dua yakni Karawang Bagian Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibu kota di Subang dan Karawang Bagian Barat menjadi Kabupaten Karawang. Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, tentang pembentukan daerah kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat, selanjutnya diatur penetapan Kabupaten Purwakarta, dengan ibu kota Purwakarta, yang meliputi Kewedanaan Subang, Sagalaherang, Pamanukan, Ciasem dan Purwakarta.
== Geografi ==
Kabupaten ini berbatasan dengan [[Kabupaten Karawang]] di bagian [[Utara]] dan sebagian wilayah [[Barat]], [[Kabupaten Bogor]] [[Tanjungsari, Bogor|Tanjungsari]], di bagian barat, [[Kabupaten Subang]] di bagian Timur dan sebagian wilayah bagian [[Utara]], [[Kabupaten Bandung Barat]] di bagian [[Selatan]], dan [[Kabupaten Cianjur]] di bagian [[Barat Daya]].
Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga koridor utama lalu-lintas yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung dan Purwakarta-[[Kota Cirebon|Cirebon]].
Baris 101 ⟶ 105:
* '''Wilayah [[Perbukitan]] dan [[Danau]]'''. Wilayah ini terletak di barat laut dengan ketinggian 500 sd 1.000 M DPL, meliputi 33,8% dari total luas wilayah.
* '''Wilayah [[Belahan daratan|Daratan]]'''. Wilayah ini terletak di utara dengan ketinggian 35 sd 499 M DPL, meliputi 36,47% dari total luas wilayah.
=== Geologi dan hidrologi ===
Kondisi geologi daerah Purwakarta terdiri dari batuan sedimen klastik, berupa batu gamping (kapur), batu lempung, batu pasir dan batuan vulkanik seperti tuf, breksi vulkanik, batuan beku terobosan, batu lempung napalan, konglomerat dan napal. Untuk jenis batuan beku terobosan meliputi andesit, diorite, vetrofir, basal dan gabro. Batuan ini umumnya bertebaran di bagian barat daya wilayah Kabupaten Purwakarta. Jenis Batuan napal atau batu pasir kuarsam merupakan batuan yang tertua di wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebarannya terdapat di tepi Bendungan Jatiluhur (Bendungan Ir. H Djuanda).{{cn}}
Sedangkan batu lempung yang usianya lebih muda (miosen) tersebar di sekitar wilayah barat laut dan bagian timur Kabupaten Purwakarta berikut endapan bekas gunung api tua yang berasal dari gunung Burangrang dan Gunung Sunda, yaitu berupa tuf, lava andesit basalitis, breksi vulkanik dan lahar. Pada bagian permukaan batuan itu terdapat endapan hasil erupsi gunung api muda yang meliputi batu pasir, lahar, lapili, breksi lava basal, aglomerat tufan, pasir tufa, lapili dan laca scoria.
Baris 111 ⟶ 116:
Purwakarta berada pada cekungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dengan kemiringan 0-40% dan DAS Cilamaya. Hal itu sangat berpengaruh pada hidrologi dan sistem drainase daerah Purwakarta. Pada cekungan itu dibangun Bendungan Ir. H. Djuanda di Jatiluhur (7.757 ha.) dan Cirata (1.182 ha.), yang berfungsi sebagai "flow control", irigasi, pembangkit tenaga listrik, juga sebagai sumber air minum DKI Jakarta. Luas kedua bendungan tersebut setara dengan 9,19% luas wilayah Kabupaten Purwakarta. Pembanguan bendungan tersebut dimungkinkan oleh keberadaan sejumlah sungai.
Berdasarkan Basis Data Lingkungan Hidup, sungai-sungai di Kabupaten Purwakarta adalah (1) Sungai Cilamaya yang merupakan Induk Sungai (orde 1 di DAS) dengan panjang 62 Km, lebar rata-rata 30 m, dan debit air 366 m3/detik. Sungai Cilamaya ini mempunyai orde 2 di DAS yaitu antara lain: Sungai Ciracas, Sungai Cijambe, Sungai Cisaat, Sungai Cibongas, Sungai Cilandak, dll. (2) Sungai Cikao, yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang sungai 45 Km, lebar 40 m. Sungai Cikao terdiri dari beberap[a sungai orde 2 DAS, yaitu antara lain: Sungai Cigintung, Sungai Cigadung, Sungai Cikembang, Sungai Cicadas, Sungai Cigajah, Sungai Cisitu, Sungai Cibingbin, Sungai Cigorogoy, Sungai Ciledug, Sungai Citajur, Sungai Cigalugur, Sungai Cinangka, dll. (3) Sungai Cilangkap, yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang 16 Km, lebar 4 m. Sungai ini mempunyai orde 2 di DAS yaitu Sungai Cioray dan Sungai Cijalu. (4) Sungai Ciampel yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang 14 Km dan lebar sungai 4 m. Sungai Ciampel ini mempunayi orde 2 di DAS, yaitu Sungai Cikapuk, Sungai Sumurbeunying, Sungai Cilabuh, Sungai Ciwaru dan Sungai Cikantong.{{cn}}
=== Iklim ===
Kondisi [[iklim]] di Kabupaten Purwakarta termasuk pada zona iklim [[tropis]], dengan rata-rata curah [[hujan]] 3.093mm/tahun dan terbagi ke dalam 2 wilayah zona hujan, yaitu: zona dengan [[suhu]] berkisar antara 22 °C–28 °C dan zona dengan suhu berkisar 17 °C–26 °C.
== Pemerintahan ==
===
{{utama|Daftar Bupati Purwakarta}}
{| class="wikitable"
|-
! align="center" | No
! align="center" colspan=2| Bupati
! align="center" | Dari
! align="center" | Sampai
! align="center" | Periode
! align="center" | Wakil Bupati
|-
|<center>-
|[[Berkas:Benny Irwan.jpg|100px]]
|[[Benny Irwan]]<br>(Penjabat)
|align="center" | 20 September 2023
|Sekarang
|<center>-
|align="center"|''Jabatan Lowong''
|}
=== Dewan Perwakilan ===
Baris 136 ⟶ 158:
Setelah diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang [[Pemerintahan Daerah]], serta dimulainya pelaksanaan [[Otonomi Daerah]] di Kabupaten Purwakarta tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001. Serta melalui [[Peraturan Daerah]] No. 22 tahun 2001, telah terjadi restrukturisasi organisasi pemerintahan di Kabupaten Purwakarta.
== Demografi ==
Seperti pada umumnya masyarakat yang berdomisili di bagian tengah Jawa Barat, pola kehidupan masyarakat Kabupaten Purwakarta didominasi oleh kultur budaya Sunda. Sejalan dengan perkembangan zaman yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat Purwakarta banyak dipengaruhi oleh budaya asing. Namun demikian, budaya masyarakat pada dasarnya tetap bernuansa budaya Sunda dan nilai-nilai agama, terutama agama Islam. Mayoritas penduduk Kabupaten Purwakarta adalah pemeluk Islam.
Baris 233 ⟶ 215:
|-
|}
== Pariwisata ==
{{Utama|Daftar wisata di Kabupaten Purwakarta}}
[[Berkas:Jati Luhur Viewed fom Parang Mountain.jpg|jmpl|462x462px|Waduk Jatiluhur dilihat dari atas Gunung Parang]]
Baris 248 ⟶ 232:
* '''Desa Wisata Bojong''' terletak di Desa Pasanggrahan Kecamatan Bojong ±35 km dari Kota Purwakarta, berada pada ketinggian ±650mdpl dikelilingi pepohonan, bukit, hamparan sawah, pemandangan alam Gunung Burangrang dan areal perkebunan rakyat.
* '''Wisata via Ferrata''' Wisata panjat tebing dengan menaiki tangga besi yang dilengkapi alat pengaman khusus bernama lanyard double system, dengan adanya teknik mendaki seperti [[via Ferrata]] ini memungkinkan semua orang dapat memanjat Tebing parang tanpa mempunyai kemampuan khusus, Berada di [[Tebing Parang]], [[Pasanggrahan, Bojong, Purwakarta]].
* '''Desa Wisata Sajuta Batu''', terletak di [[Pasanggrahan, Tegalwaru, Purwakarta]], salah satu tujuan wisata alam di Purwakarta, dengan suasana khas pedesaan Purwakarta. terdapat berbagai jenis objek wisata tersedia, antaralain, wisata rekreasi dengan jelajah desa dan kampung dengan suguhan panorama alam yang masih asli, wisata mancing, wisata ziarah dan trekking, panjat tebing di Gunung Parang (Gunung batu andesit terbesar di Indonesia) dan menelusuri cerita rakyat Jonggrang Kalapitung di Gunung Bongkok, menelusuri Gua Bolong Gunung Parang serta terdapat sarana bumi perkemahan dan area ''off road'' di Gunung Salasih.
=== Wisata budaya ===
Baris 258 ⟶ 241:
* Kesenian '''Buncis''' dan '''Domyak''' merupakan kesenian khas Purwakarta disamping [[wayang golek]], [[Siter dan celempung|celempungan]], [[Tari|tari-tarian]], [[degung]], ketuk tilu, [[jaipongan]], tungbrung, [[Reog (Sunda)|reog]], [[calung]] dan kesenian-kesenian daerah lainnya.
=== Wisata ziarah ===
* '''[[Makam]] [[RA. Suriawinata]]'''. Seorang pendiri kota Purwakarta yang meninggal tahun 1827, dia merupakan Bupati Karawang ke-9 dimakamkan di tengah [[Situ Wanayasa]].
* '''Makam [[Baing Yusuf]]''' adalah makam Syech Baing Yusuf yang meninggal pada tahun 1856 terletak di belakang Masjid Agung Purwakarta. Dia adalah merupakan seorang [[ulama]] besar pada zamannya bermukim di Kaum (Paimbaran Masjid Agung) Purwakarta dan mendirikan [[pesantren|pondok pesantren]].
* '''Makam [[Mama Sempur]]''' adalah makam [[Syekh Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri]] Makam keramat Sempur adalah Makam Mama Sempur, Dia adalah seorang tokoh agama Islam yang disegani dan terkemuka, sehingga sekarang banyak pengunjung berziarah ke makam tersebut. Letaknya di Sempur-Plered, 14
* '''Makam [[Mama Sindangpanon]]''' adalah makam K.H. Zain As-Syu'ari atau sering di sebut Mama Sindangpanon, berlokasi di Desa Sindangpanon Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta.
=== Wisata buatan ===
[[Berkas:Air mancur purwakarta.jpg|jmpl|Air mancur Taman Sri Baduga]]
* '''Taman Sri Baduga''', yang dikenal juga dengan sebutan ''Situ Buleud'', adalah sebuah danau buatan seluas 4 hektar yang berbentuk bulat dan terletak di tengah Kota Purwakarta. Situ Buleud merupakan salah satu landmark ikonik Purwakarta. Menurut cerita, pada zaman dahulu, Situ Buleud digunakan sebagai tempat "''pangguyangan''" (mandi atau berendam) [[badak]]. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, danau ini diubah fungsinya menjadi tempat peristirahatan. Saat ini Air mancur Taman Sri Baduga, yang menjadi ikon baru Purwakarta, disebut-sebut memiliki kemiripan dengan ''Air Mancur Wings of Time'' yang berada di Singapura. Air mancur ini diklaim sebagai air mancur terbesar di Indonesia, dengan aliran air yang menghubungkan bagian utara hingga selatan taman. Di tengah danau, terdapat empat patung harimau dan satu patung Sri Baduga Maharaja, yang menambah keindahan dan keunikan Taman Sri Baduga.
== Kuliner ==
==== Makanan ====
* [[Sate Maranggi]]
Baris 278 ⟶ 267:
* [[Colenak]]
* [[Opak]]
* [[Browyeum]] (Brownies Peuyeum). Oleh-oleh ini adalah hasil inovasi dari peuyeum bendul yang di padukan dengan brownies, sehingga menghasilkan
== Transportasi ==
=== Kereta Api ===
* '''Lintas selatan Jawa'''
** {{KA|Argo Parahyangan}}
** {{KA|Cikuray}}: {{Sta|Pasar Senen}}–{{sta|Garut}}
** {{KA|Serayu}}: [[Stasiun Pasar Senen|Pasar Senen]]–{{sta|Kiaracondong}}–{{sta|Purwokerto}}
* '''Lintas utara Jawa'''
** {{KA|Ciremai}}: {{sta|Bandung}}–{{sta|Semarang Tawang}}
Baris 296 ⟶ 287:
=== Stasiun ===
Kabupaten Purwakarta memiliki 6 stasiun kereta api yang masih aktif, diantaranya:
* [[Stasiun Cibungur]]
Baris 304 ⟶ 294:
* [[Stasiun Plered]]
Selain itu, Kabupaten Purwakarta juga memiliki 2 stasiun yang sudah berhenti beroperasi dikarenakan [[Vandalisme]] serta sudah berjalur ganda, yaitu:
* [[Halte Sadang|Stasiun Sadang]]
* [[Halte Cisomang|Stasiun Cisomang]]
===
Saat ini Purwakarta memiliki 3 terminal yang beroperasi hingga saat ini yaitu
* [[Terminal Ciganea]] (Aktif)
'''Terminal Ciganea''' merupakan terminal penumpang tipe C dan merupakan salah satu terminal induk terpenting di kawasan kota [[Purwakarta, Purwakarta|Purwakarta]] selain Terminal Sadang dan Terminal Simpang. Terminal ini terletak di Jalan Pramuka, [[Bunder, Jatiluhur, Purwakarta|Kelurahan Bunder]], [[Jatiluhur, Purwakarta|Kecamatan Jatiluhur]], [[Kabupaten Purwakarta]]. Lokasi terminal ini strategis, karena terintegrasi dengan [[Jalan Nasional Rute 10]], [[Jalan Tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang|Tol Cipularang]] dan [[Jalan Tol Purbaleunyi|Tol Purbaleunyi]] melalui akses Jalan Pramuka, Jalan Ciganea dan Exit Tol Jatiluhur. Terminal ini juga terletak dengan kawasan wisata andalan [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], yakni [[Waduk Jatiluhur]].
* Terminal Bayangan Cikopo (Aktif)
'''Terminal Bayangan Cikopo''' merupakan salah satu terminal bayangan yang ada di '''Purwakarta''' yang dekat dengan Exit Tol Cikampek. Terminal ini bermula di sadang, tepatnya di perempatan lalu lintas sadang yang terintegrasi dengan Exit Tol Sadang. Sejak dibangunnya Mall Sadang Terminal Square (STS), seluruh angkutan moda berpindah dekat dengan Exit Tol Cikampek.
* Terminal Sadang
'''Terminal Sadang''' merupakan terminal terpenting yang berada di Purwakarta, bahkan sebelum adanya Tol Sadang dan Tol Cipularang. Terminal sadang ini lokasi sangat strategis serta berada tidak jauh dengan pusat kota dan [[Stasiun Sadang]]. Sejak didirikannya Mall Sadang Terminal Square (STS) pada 14 Oktober 2005<ref>{{Cite web|title=Redirected to jbptppolban-gdl-bellamelin-7342-2-bab1--7.pdf|url=https://digilib.polban.ac.id/download.php?id=17426|website=digilib.polban.ac.id|access-date=2024-09-21}}</ref> dan beroperasinya Tol Sadang<ref>{{Cite journal|date=2024-07-06|title=Jalan Tol Cikampek–Purwakarta–Padalarang|url=https://wiki-indonesia.club/wiki/Jalan_Tol_Cikampek%E2%80%93Purwakarta%E2%80%93Padalarang|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref>, terminal sadang ini tidak beroperasi kembali dan angkutan moda berpindah ke Exit Tol Cikampek yang berada di Desa Cikopo, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta
* Terminal Simpang (Aktif)
'''Terminal Simpang''' merupakan terminal penumpang tipe C dan merupakan terminal khusus angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan. Berada di Komplek Pasar Simpang
==== Angkutan Umum ====
Di Kabupaten Purwakarta untuk sarana angkutan umum dilayani oleh angkutan perkotaan dan angkutan pedesaan. Berikut adalah daftar trayek angkutan perkotaan dan angkutan pedesaan di Kabupaten Purwakarta:
* Trayek Angkutan Perkotaan
Baris 320 ⟶ 328:
| Simpang - Sadang
| {{fontcolor|black|Merah - Hijau muda}}
| Simpang - Jl. Kap. Halim - Jl. Siliwangi - Jl. Sisingawinata - Jl. Sudirman - Jl. Suradireja - Jl.
|-
| {{fontcolor|black|02}}
Baris 374 ⟶ 382:
== Kesehatan ==
Purwakarta merupakan salah satu daerah yang rawan terjangkit wabah [[demam berdarah dengue]].{{butuh rujukan | date = November 2022}} Catatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta menyebutkan bahwa, di tahun 2022, terdapat 73 kasus DBD di bulan Januari,{{sfn|Abdul Halim|S.|2022|p = 1}} 23 kasus di bulan Maret,{{sfn|Abdul Halim|S.|2022|p = 10}} 35 kasus di bulan April,{{sfn|Abdul Halim|S.|2022|p = 10}} 51 kasus di bulan Mei,{{sfn|Abdul Halim|S.|2022|p = 10}} dan 12 kasus di bulan Agustus.{{sfn|Abdul Halim|S.|2022|p = 1}}
Baris 408 ⟶ 415:
Berkas:Air mancur purwakarta.jpg
</gallery>
== Referensi ==
{{Reflist|2}}
== Daftar pustaka ==
* {{Citation | last1 = Abdul Halim | first1 = Hilmi | last2 = S. | first2 = Asep M. | title = Potensi Kasus DBD di Jabar Tinggi | publisher = [[Pikiran Rakyat]] | location = Kabupaten Purwakarta | date = 27 September 2022 | pp = 1 dan 10}}
|