Pacu Jalur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Razif Fahmi (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Uqqah (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 34:
| IWGA = }}
 
'''''{{lang|min|Pacu Jalur}}''''' (juga dieja sebagai '''''{{lang|min|Pachu Jalugh}}''''', atau '''''{{lang|pey|Patjoe Djaloer}}''''') adalah perlombaan tradisional dayung [[perahu]] atau [[sampan]] atau [[kano]] terbuat dari kayu gelondongan utuh yg dibentuk menjadi perahu khas Rantau Kuantan yang berasal kabuatendari kabupaten [[Kuantan Singingi]] Provinsi Riau Indonesia. ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' diadakan setiap tahun di sungai Batang Kuantan di bawah rangkaian acara Festival Pacu Jalur, yang mana merupakan festival tahunan terbesar bagi masyarakat setempat (terutama di ibukota kabupaten Teluk Kuantan) selama ratusan tahun.<ref name="PJD">{{cite web|title=Pacu Jalur|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pacu-jalur/|work=Directorate of Cultural Heritage and Diplomacy of the Republic of Indonesia|publisher=Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of Republic Indonesia|year=2015}}</ref>
 
Sejak tahun [[2014]], tradisi, pengetahuan, adat budaya, kesadaran biosentrisme, dan praktik ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' secara resmi diakui dan ditetapkan oleh [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia]] sebagai bagian integral dari [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Nasional Takbenda]] dari Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau [[Indonesia]].<ref>{{cite web|title=Pacu Jalur|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?cari=jalur|website=Intangible Cultural Heritage of Indonesia|publisher=Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of Republic Indonesia|year=2014}}</ref> Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur yang diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi dan mempromosikan pentingnya festival tersebut kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional, tim pemenang ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' juga akan berkesempatan terpilih menjadi atlet nasional Indonesia untuk mewakili Indonesia di ajang balap perahu internasional (apabila mumpuni).
 
Pada tahun [[2022]], gambaran ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' (dibuat oleh seorang seniman [[etnis Sunda]] asal [[Bandung]], bernama Wastana Haikal) terpilih sebagai ''[[Google Doodle]]'', yang mana merupakan alterasi khusus untuk [[logo Google]] di beranda [[Google]] yang dimaksudkan untuk memperingati [[Hari Kemerdekaan Indonesia]] yang dirayakan pada tanggal 17 Agustus.<ref>{{cite web |title=Indonesia Independence Day 2022 |language= en |url=https://www.google.com/doodles/indonesia-independence-day-2022 |website=www.google.com |publisher= Google |year=2022}}</ref>
 
==Nomenklatur==
Secara etimologinya, istilah ''pacu jalur'' berasal dari bahasa [[Rumpun bahasa Minangkabau|Minangkabau Timur]];<ref name="DPB">{{cite web|title=Bahasa Minangkabau Kuantan (Data Pokok Kebahasaan dan Kesastraan Persebaran Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau) |lang=id |trans-title=Kuantan Minangkabau (Linguistic and Literary Distribution Data of Minangkabau Language in Riau Province) |url=https://dapobas.kemdikbud.go.id/home?show=isidata&id=111|work=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa [National Linguistic Development Agency] |publisher=Ministry of Education and Culture of Republic Indonesia |year=2019}}</ref> pacu secara harafiah berarti "lomba", sedangkan kata jalur berarti "perahu" atau "sampan".<ref>{{cite web|title=Jalur|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6147|website=Intangible Cultural Heritage of Indonesia|publisher=Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of Republic Indonesia|year=2014}}</ref> Secara sederhana, Pacu Jalur secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai "balapan perahu" atau "balapan kano".
Secara [[etimologi]], ''{{lang|min|pacu jalur}}'' merupakan istilah orang [[bahasa Melayu|Melayu]] Rantau Kuantan dalam memacukan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan utuh dan dibentuk menjadi perahu. Secara sederhana, ''Pacu Jalur'' dapat diterjemahkan sebagai "perlombaan perahu dari kayu gelondongan utuh" Berdasarkan sumber tertulis Belanda, dahulu penggunaan kata 'Jalur' untuk perahu/sampan juga ditemukan di Kalimantan Barat (Sampan djaloer van Soengei Kakap) dan Aceh (Djalo-model, Atjeh).
 
Tergantung dari perbedaan dialek dalam bahasa Minangkabau,<ref name="DPB"></ref> {{lang|min|Pacu Jalur}} dapat dieja secara beragam, seperti ''Pacu Jalua'' (Minangkabau Baku), ''Pacu Jalugh'' atau ''Pachu Jalugh'', atau bahkan {{lang|pey|Patjoe Djaloer}}. Menurut naskah-naskah kolonial yang ditulis dalam bahasa Belanda, tradisi budaya tersebut lebih dikenal dengan julukannya, seperti ''Kanorace op de Inderagiri'' ({{lit|balapan kano Indragiri}}).
Juga menurut manuskrip kolonial (yang umumnya ditulis dalam [[bahasa Belanda]]), tradisi budaya ini lebih dikenal dengan julukannya, seperti ''Kanorace op de Inderagiri'' ({{lit|Balap Kano [[Sungai Indragiri|Indragiri]]}}) ataupun ''Kanorace op de Batang Koeantan'' ({{lit|Balap Kano Batang Kuantan}}).
 
==Sejarah==
MengenaiSedikit yang diketahui mengenai tanggal pasti dimulainya tradisi budaya ini, namun referensi tertulis paling awal untuk ''Pacu Jalur'' adasecara khusus disebutkan pada abad ke-17 dalam manuskripnaskah Belandalokal. terbitanNamun tahunpada 1895masa sebelumnya, yaitu bukupada 'Dwarsabad doorke-7, Sumatra'perlu yangdisebutkan ditulisbahwa olehsejumlah JWbesar Ijzerman.utusan Ijzermanpendayung menulis;Minangkabau "Adamencapai festivalhilir uniksungai diBatang RantauHari Kuantan(bagian yangdari disebutwilayah berpacuprovinsi perahu,Jambi festivalsaat ini populer) dari Karihulunya hinggadi bagianDataran hilirTinggi SungaiMinangkabau Kuantan.(bagian Pacudari perahuwilayah dilaksanakanprovinsi setelahSumatera panenBarat tebuyang selamamodern) 4dengan hari.menggunakan Perahuperahu, iniperistiwa terbuatkhusus dariini kayudijelaskan kulimdalam sepanjangPrasasti 25Kedukan meterBukit danyang mampuditemukan memuatdi 30 sampai 40 orangPalembang."
{{cquote
 
|'''{{Small|Teks prasasti:}}'''<br>"''... maŕlapas dari Mināṅa tāmvan mamāva yaṁ vala dua lakşa daṅan ko śa duaratus cāra di sāmvau ...''"<br>'''{{Small|Terjemahan:}}'''<br>"... berangkat dari [[Dataran Tinggi Minangkabau|Minangkabau]] membawa dua puluh ribu bala bantuan dengan dua ratus upeti di atas sampan ..."|source= informasi yang diambil dari [[Prasasti Kedukan Bukit]], berasal dari tahun 600an Masehi}}
Selain manuskrip Belanda, adapula sumber tertulis lokal yang menginformasikan awal mula pacu jalur, yaitu pada buku 'Kesenian Jalur di Rantau Kuantan, Riau' yang ditulis oleh UU. Hamidy. Penulis menyebut; "..tidak dapat ditunjukkan dengan suatu tahun yang pasti. Tapi hampir dapat dipastikan pacu jalur sudah dikenal penduduk daerah ini, paling kurang semenjak tahun 1900."
 
Meskipun tidak diketahui pasti kapan awal mula jalur mulai dipacukan, namun perahu besar yang disebut jalur itu sudah lama ada di aliran sungai Kuantan.
 
Menurut sumber lisan masyarakat setempat, ''Jalur'' pada mulanya merupakan sarana transportasi menyusuri sungai Batang Kuantan dari Hulu Kuantan hingga ke Cerenti di bagian hilir sungai Kuantan. Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa, terutama digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu.
 
Pada masa perkembangannya, perahu transportasi berbentuk memanjang ini sengaja dihias dengan unsur budaya setempat yang bisa berupa kepala ular, dan buaya. Seiring berjalannya waktu, fungsinya bergeser dari sekadarsekedar alat angkut orang menjadi tongkang kerajaan yang megah. Jalur air yang biasa digunakan sebagai jalur transportasi atau pertukaran barang berangsur-angsur berubah menjadi identitas sosiokultural masyarakat MelayuMinangkabau puakdi Kuantan untuk menyelenggarakan festival. Apalagi, menurut catatan sejarah yang tertulis, jalur tersebut juga menjadi jalur para bangsawan untuk menyambut tamu-tamu terhormat para raja (dan kemudian sultan) yang hendak berkunjung ke kawasan Rantau Kuantan.
[[File:KITLV A107 - Toeschouwers op de oever van de Inderagiri (Batang Koeantan) voor een kanorace te Taloek, KITLV 83169.tiff|thumb|left|300px|Festival Pacu Jalur Festival dan para penonton di daerah Taluk, {{circa}} tahun 1900-an awal]]
Pada masa penjajahan Belanda, pacu jalur digunakan sebagai pemeriah untuk memperingati hari lahir Wilhelmina (Ratu Belanda) yang jatuh pada tanggal 31 Agustus setiap tahunnya, dan festival ini biasanya berlangsung hingga tanggal 1 atau 2 September. Perayaan Pacu Jalur dipertandingkan selama 2–3 hari, tergantung jumlah lintasan yang diikuti. Dahulu, sebelum kedatangan penjajah Belanda, ''Pacu Jalur'' sudah diselenggarakan oleh penduduk setempat untuk memperingati hari-hari besar umat Islam, seperti Maulud Nabi, [[Idul Fitri]], atau bahkan untuk merayakan [[Tahun Baru Islam]]. Selanjutnya setelah kemerdekaan Indonesia, festival ini semakin berkembang dan juga digunkan untuk merayakan [[Hari Kemerdekaan Indonesia|hari kemerdekaan Republik Indonesia]].
Baris 63 ⟶ 61:
Jalur adalah sejenis perahu yang dibuat dari batang kayu utuh, tanpa dibelah-belah, dipotong-potong atau disambung-sambung. Ciri-cirinya adalah kukuh-kuat, ramping, artistik, sehingga pada waktu berpacu tidak dikhawatirkan pecah, jalannya laju dan sedap dipandang. Pembuatan jalur melalui proses yang cukup panjang, yaitu:<ref name="KI">[http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/994/pacu-jalur-lomba-perahu Pacu jalur lomba perahu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150504064939/http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/994/pacu-jalur-lomba-perahu |date=2015-05-04 }} diakses 3 Mei 2015</ref>
# Untuk menyusun rencana kerja pertama-tama diselenggarakan musyawarah atau rapek kampung yang dihadiri oleh berbagai unsur seperti pemuka adat, cendekiawan, kaum ibu dan pemuda, dipimpin oleh seorang pemuka desa, biasanya pemuka adat. Bila disepakati untuk membuat jalur, lalu ditentukan langkah lebih lanjut.
# Memilih kayu. Kayu yang dicari itu harus memenuhi persyaratan kualitas (jenis), ukuran dan lain-lain, terutama bobot magis atau spi¬ritualnyaspiritualnya. Jenis kayu yang dipilih adalah kayu banio, kulim kuyiang atau yang lain, harus lurus panjangnya sekitar 25-30 meter, garis te-ngah 1-2 meter dan mempunyai mambang (sejenis makhluk halus). Harus dipertimbangkan agar setelah menjadi jalur dapat mendukung anak pacu 40-80 orang. Dalam acara pemilihan kayu ini peranan pawang sangat penting. Sesudah pilihan ditentukan dibuatlah upacara semah agar kayu itu tidak "hilang" secara gaib.
# Menebang kayu. Kayu yang sudah disemah oleh pawang lain ditobang dengan alat kapak dan beliung. Dahan dan ranting dipisahkan.
# Memotong ujung. Kayu yang sudah bersih diabung (dipotong) ujungnya menurut ukuran tertentu sesuai dengan panjang jalur yang akan dibuat kemudian kulit kayu dikupas, diukur dibagi atas bagian haluan, telinga, lambung, dan kemudian dengan alat benang.
Baris 83 ⟶ 81:
 
== Acara ==
Kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang terbilangdapat dikatakan sangat meriah. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Pacu Jalur merupakan puncak dari seluruh kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang mereka keluarkan untuk mencari penghidupan selama setahun. Masyarakat Kuantan Singingi dan sekitamya tumpah ruah menyaksikan acara yang ditunggu-tunggu ini.<ref name="MO"/>
 
Selain sebagai acara olahraga yang banyak menyedotmenarik perhatian masyarakat, festiyalfestival Pacu Jalur juga mempunyai daya tarik magis tersendiri. Festival Pacu Jalur dalam wujudnya memang merupakan hasil budaya dan karya seni khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin. Namun, masyarakat sekitar sangat percaya bahwa yang banyak menentukan kemenangan dalam perlombaan ini adalah olah batin dari pawang perahu atau dukun perahu. Keyakinan magis ini dapat dilihat dari keseluruhan acara ini, yakni dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai, yang selalu diiringi oleh ritual-ritual magis. Pacu Jalur dengan demikian merupakan adu tunjuk kekuatan spiritual antar dukun jalur. Selain perlombaan, dalam pesta rakyat ini juga terdapat rangkaian tontonan lainnya, di antaranya Pekan Raya, Pertunjukan Sanggar Tari, pementasan lagu daerah, [[Randai]] Kuantan Singingi, dan pementasandaemenn ptasan kesenian tradisional lainnya dari kabupaten atau kota di [[Riau]].<ref name="MO">[http://melayuonline.com/ind/encyclopedia/detail/196/pacu-jalur pacu jalur] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150617143300/http://melayuonline.com/ind/encyclopedia/detail/196/pacu-jalur |date=2015-06-17 }} diakses 3 Mei 2015</ref>
 
== Referensi ==