Korespondensi bunyi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
WanaraLima (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya) |
||
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{one source|date=September 2023}}
'''Korespondensi bunyi''' (''phonemic correspondence'' atau kesepadanan bunyi) adalah metode perbandingan untuk menemukan hubungan antar bahasa dalam bidang bunyi bahasa.<ref>{{Cite book|last=Keraf|first=Gorys|date=1996|url=https://books.google.co.id/books/about/Linguistik_bandingan_historis.html?id=CrktAAAAMAAJ&redir_esc=y|title=Linguistik Bandingan Historis|location=Jakarta|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama|pages=40|url-status=live}}</ref>
== Sejarah ==
Pada abad XIX dan XX, beberapa teori mengenai munculnya bahasa dalam masyarakat manusia bermunculan. Teori-teori tersebut antara lain [[teori tekanan sosial]], [[Teori Onomatopetik|teori onomatopetik]], [[Teori interjeksi|teori interyeksi]], [[teori nativistik]], [[teori yo-he-ho]], [[teori isyarat]], [[teori permainan vokal]], [[teori isyarat oral]], [[teori kontrol sosial]], [[Teori kontak sosial|teori kontak sosia]]<nowiki/>l, dan [[teori Hockett-Ascher]]. Jika teori-teori ini benar, maka dapat dimengerti bahwa warisan dari kelompok asal tersebut akan diturunkan dan dipantulkan kembali melalui kata-kata kerabat dewasa ini. Dengan menerima asumsi bahwa kelompok-kelompok itu berkembang dari suatu kelompok kecil dalam masa lampau yang tidak diketahui, maka kita dapat menelusuri kembali situasi masa lampau itu dengan bertolak dari kenyataan. Langkah awal untuk menelusuri hal ini adalah menemukan kesamaan-kesamaan yang terjadi karena warisan yang sama itu.
Hubungan yang teratur mengenai bunyi-bunyi bahasa yang didasarkan pada kata yang memiliki makna yang mirip mula-mula dirumuskan di abad XIX dengan nama [[Hukum bunyi bahasa Indo-Eropa|Hukum Bunyi]]. Hukum ini dirumuskan oleh [[Jacob Grimm]] (1787-1863) dalam penelitiannya mengenai bahasa German dan bahasa [[Rumpun bahasa Indo-Eropa|Indo-Eropa]] yang lain. Grimm menemukan kenyataan bahwa ada pergeseran bunyi atau pertukaran bunyi yang teratur antara bahasa-bahasa German dan bahasa Yunani-Latin. Pergeseran bunyi tersebut ditulis dalam bukunya ''[[Deutsche Grammatik]]'' yang terbit tahun 1819. Sejak saat itu hukum bunyi juga disebut sebagai ''[[Grimm’s Law
Perkembangan selanjutnya, istilah hukum bunyi dianggap mengandung tendensi adanya ikatan yang ketat. Sehingga istilah itu diganti menjadi korespondensi bunyi (''phonemic correspondence'' atau kesepadanan bunyi). Istilah ini dianggap lebih menggambarkan proses perbandingan bahasa yang tidak mutlak dan dinamis.
Baris 12:
=== Korespondensi Bunyi ===
Segmen-segmen yang berkorespondensi dibandingkan satu sama lain dalam berbagai bahasa. Setelah mendata kata-kata dari sejumlah bahasa, dilakukan perbandingan fonem dengan fonem lain dari tiap segmen. Untuk memperjelas bagaimana prinsip perbandingan tersebut, terdapat contoh dari bahasa Indo-Eropa. Perbandingan tersebut menggunakan sepuluh bilangan utama karena adanya kemiripan antara satu sama lain. Penggunaan bilangan utama ini terbilang menguntungkan karena tidak adanya makna tambahan atau konotasi lain. Ada 8 bahasa yang dikelompokkan menjadi tiga satuan: kelompok Yunani-Latin-Sanskerta-Gotik ([[Rumpun bahasa Indo-Eropa|Indo-Eropa]]), kelompok Akkadia-Ibrani-Arab ([[Semit]]), dan [[Jepang]] yang berada di luar kelompok-kelompok tersebut. Korespondensi fonemik pada bahasa Indo-Eropa sebagai berikut:
# / d - d - d - t / : perangkat korespondensi yang terdapat dalam glos “dua” dan “sepuluh”
Baris 61:
==== Rekurensi Fonemis ====
Tindakan pertama setelah menemukan perangkat korespondensi fonemis adalah menemukan pasangan-pasangan lain yang mengandung pasangan tersebut. Misalnya glos ‘rumah’ dibawah ini yang berasal dari [[bahasa Inggris]], [[Jerman]], Belanda, Denmark, dan Swedia ditemukan korespondensi fonemis sebagai berikut.
/h - h - h - h -h/
Baris 112:
Korespondensi fonemis biasanya mulai terjadi antar bahasa kerabat ketika muncul perubahan-perubahan. Dan ini merupakan suatu proses yang dapat dipahami. Tetapi ada juga analogi yang muncul dalam suatu situasi peralihan yang lain, dalam hubungan dengan bahasa-bahasa non-kerabat. Pola perubahan antara bahasa kerabat itu dapat dipakai sebagai dasar untuk mengubah bentuk-bentuk dari bahasa non-kerabat sehingga dapat diterima dalam bahasa sendiri. misal kata ''pikir'' yang dirasa asing tetapi bila menjumpai kata ''fikir'' dalam bahasa Arab dapat saja timbul dugaan bahwa ada semacam korespondensi.
Pembentukan kata baru berdasarkan analogi bisa terjadi juga dalam bahasa-bahasa kerabat, atau malahan juga dalam bahasa sendiri sehingga seolah-olah ada semacam kemiripan bentuk karena warisan. Misal kata ''berniaga'' dan ''berjuang'' dalam bahasa Indonesia yang mengandung prefiks ''ber-'' seperti yang terdapat dalam ''berjalan, berdiri,'' dan lain-lain. Padahal analogi tersebut muncul karena prefiks ''ba-'' dalam [[bahasa Minang]] berubah menjadi ''ber-'' dalam bahasa Indonesia. Padahal kata ''baniago'' berasal dari ''vanijjya'' Sansekerta yang merupakan kata dasar dan ''baujuang'': ''ba + ujuang.''
Jadi perlu diperhatikan masalah analogi. Apakah kata-kata yang dipakai dalam perbandingan itu tidak dibentuk berdasarkan prinsip analogi.
|