Kerajaan Selaparang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
||
(80 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Refimprove|date=November 2019}}
:''Selaparang dialihkan ke halaman ini, untuk nama bandara kunjungi [[Bandar Udara Selaparang]]''.
'''Kerajaan Selaparang''' adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di [[Pulau Lombok]]. Pusat kerajaan ini pada masa lampau berada di [[Selaparang]] (sering pula diucapkan dengan ''Seleparang''), yang saat ini kurang lebih lebih berada di [[Selaparang, Suwela, Lombok Timur|desa Selaparang]], [[Suwela, Lombok Timur|kecamatan Suwela]], Kabupaten [[Lombok Timur]], [[Nusa Tenggara Barat]], [[Indonesia]].
Sejujurnya, minim sekali yang dapat diketahui tentang sejarah Kerajaan Selaparang, terutama sekali tentang awal mula berdirinya. Namun, tentu saja terdapat beberapa sumber objektif yang cukup dapat dipercaya. Salah satunya adalah kisah yang tercatat di dalam daun [[Lontar]] yang menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Selaparang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sejarah masuknya atau proses penyebaran agama Islam di [[Pulau Lombok]].<ref>{{id}} Perlu diketahui juga bahwa salah seorang anggota wali sembilan [[(wali songo)]], [[Maulana Malik Ibrahim]] == Sejarah ==
=== Berdirinya Selaparang ===
Disebutkan di dalam daun [[Lontar]]{{fact}}, tersebut bahwa agama Islam salah satunya
Betara Nala memiliki seorang putra bernama ''Deneq Mas Putra Pengendeng Segara Katon Rambitan'' yang bernama asli ''Sayyid 'Abdrurrahman''. Dia ini dikenal pula dengan nama [[Wali Nyatok]], seorang muballigh dan [[Wali|Wali Allah]]. Kata ''"Nyatoq"'' artinya Nyata. Ia disebut sebagai pendiri [[Kerajaan Kayangan]] yang merupakan cikal bakal Kerajaan Selaparang. Namun, karena ketinggian ilmu tarekatnya ([[thariqah]]), maka dia memilih untuk mengundurkan diri dari panggung Kerajaan Kayangan dan kemudian menetap di desa [[Rambitan]], [[Lombok Tengah]], sebagai penyebar agama Islam di wilayah ini.<ref>{{id}} Lalu Djelenga. ''Keris di Lombok''. Mataram. 2002. Yayasan Pusaka Selaparang. hlm. 20.</ref> ''Wali Nyatoq dikenal juga di Lombok dengan nama ''Datu Pangeran Djajing Sorga'' untuk menyebarkan agama Islam. Ia mengarang kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tashawwuf dan Fiqh. Dalam proses menyebarkan agama Islam, salah satu media yang digunakannya adalah [[Wayang]], sebagaimana yang dilakukan pula oleh [[Sunan Kalijaga]]. Adapun bentuk mistik [[Islam]] yang dibawanya merupakan kombinasi ([[sinkretisme]]) antara mistisme Islam ([[Sufisme]]) dengan salah satu ajaran filsafat [[Hindu]], yaitu [[Advaita Vedanta]].<ref>{{id}} Usri Indah Handayani. ''Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat''. Mataram. 2004. Museum Negri Prov NTB.</ref>
Kem[[Bali]] ke soal Kerajaan Selaparang dan Ghaos Abdul Rozak. Tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya beliau masuk ke [[Pulau Lombok]]. Namun pendapat terkuat menyebutkan bahwa beliau datang ke [[Pulau Lombok]] untuk pertama kalinya sekitar tahun 600-an [[Hijriyah]] atau abad ke-13 [[Masehi]] (antara tahun 1201 hingga 1300 [[Masehi]]). Beliau―menurut daun [[Lontar]] tersebut―memiliki dua orang anak, yaitu [[Sayyid]]ah Rabi’ah dan [[Sayyid]] Zulkarnain (dikenal juga dengan sebutan Ghaos Abdurrahman). [[Sayyid]] Zulkarnain inilah yang kemudian mendirikan Kerajaan Selaparang sekaligus pula sebagai [[Datu]] (raja) pertama dengan gelar [[Sultan]] Rinjani, dan [[Datu]] Selaparang, atau sering pula digabung menjadi [[Sultan]] Rinjani Selaparang. Beliau mempunyai tiga orang anak, yakni [[Sayyid]] Umar yang kemudian menjadi [[Datu]] Gunung Pujut, [[Sayyid]] Amir, yang kemudian menjadi [[Datu]] Pejanggik, dan Syarifah Qamariah alias Dewi Anjani (ada pula yang menyebut Dewi Rinjani).<ref>{{id}} Ibrahim Husni. ''Loc. Cit''...</ref> ▼
▲
Nah, sampai disini sudah terdapat dua versi, yakni antara Betara Tunggul Nala dan Ghaos Abdul Rozak yang sama-sama dipercaya sebagai penyebar agama Islam, menjadi cikal bakal [[Sultan]]-[[Sultan]] Lombok dan pendiri Kerajaan Selaparang (Kayangan). Pertanyaan yang agak menggelitik kemudian adalah: Tidakkah keduanya memang orang yang sama,? Tidakkah yang dimaksud sebagai Betara Tunggul Nala itu sebagai Ghaos Abdul Rozak, dan Wali Nyatok adalah Ghaos Abdurrahman. Hal itu masih dimungkinkan mengingat pada masa dahulu seorang tokoh menggunakan nama-nama berbeda ditempat yang berbeda.▼
Kemudian Ghaus 'Abdurrazzāq menikah lagi dengan seorang putri dari [[Kerajaan Sasak]] yang melahirkan dua orang anak, ya'ni seorang putra bernama ''Sayyid Zulqarnain'' (dikenal juga dengan sebutan ''Syaikh 'Abdurrahman'') atau disebut pula dengan ''Ghaos 'Abdurrahman'', dan seorang putri bernama ''Syarifah Lathifah'' yang dijuluki dengan ''Denda Rabi'ah''. Sayyid Zulqarnain inilah yang kemudian mendirikan Kerajaan Selaparang sekaligus pula sebagai [[Datu]] (raja) pertama dengan gelar Datu Selaparang atau Sulthan Rinjani.<ref>{{fr}} Galih Widjil Pangarsa. ''Les mosquees de Lombok: Evolution architecturale et diffusion de l'islam''. Archipel No 44, EHESS. Paris, 1992.</ref>
=== Kejayaan Selaparang ===▼
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 [[Masehi]]. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus rnerelakan salah satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni Pulau [[Sumbawa]], karena lebih dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah pula mematahkan serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel ([[Bali]]) dari barat. Selaparang pernah dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 [[Masehi]], akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan dalam jumlah yang cukup besar pula.<ref>{{id}} Mohammad Noor, dkk. ''Visi Kebangsaan Religius: Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid''. [http://www.logos-wi.com/ Logos Wacana Ilmu]. Jakarta. 2004. hlm. 85.</ref>▼
▲
Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini. Dari wilayah kota yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau [[Sumbawa]] dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan demikian, semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui. Wilayah ibukota Kerajaan Selaparang inipun memiliki daerah bagian belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi, bertingkat-tingkat hingga ke hutan Lemor yang memiliki sumber mata air yang melimpah.<ref>{{id}} ''Ibid''...</ref>▼
▲=== Kejayaan Selaparang ===
Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke [[Sumbawa]] Barat. Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di [[Sumbawa]] Barat karena saat itu (1630 [[Masehi]]) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 [[Masehi]], putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di [[Sumbawa]] menjadi [[Sultan]] Selaparang yang memerintah seluruh wilayah [[Pulau Lombok]] dan [[Sumbawa]].<ref>{{id}} Fathurrahman Zakaria. ''Mozaik Budaya Orang Mataram''. Yayasan Sumurmas al-Hamidy. Mataram. 1998. hlm. 46.</ref>▼
▲Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 [[Masehi]]. Namun
=== Keruntuhan Selaparang ===▼
Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangga, yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dan arah barat telah muncul pula. Embnio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari [[Karang Asem]] (Pulau [[Bali]]) secara bergelombang, dan selanjutnya mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan itu kemudian secara berangsur-angsur tumbuh berkembang sehingga menjelma menjadi kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri sekitar tahun 1622 [[Masehi]]. Kerajaan ini berdiri lima tahun setelah serangan laut pertama Kerajaan Gelgel dari [[Bali]] Utara atau dua tahun sebelum serangan ke dua yang dapat ditumpas oleh laskar Kerajaan Selaparang.<ref>{{id}} Mohammad Noor, ''Op. Cit'', hlm. 86. </ref> ▼
▲Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah dataran perbukitan, tepat di
Namun, bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda, yang tentunya sewaktu-waktu dapat melakukan ekspansi militer. Kekuatan dan tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Oleh sebab itu, sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan laskar kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.<ref>{{id}} ''Ibid''...</ref> ▼
▲Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke [[Sumbawa]] Barat. Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di [[Sumbawa]] Barat karena saat itu (1630 [[Masehi]]) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 [[Masehi]], putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di [[Sumbawa]] menjadi [[
Dalam upaya menghadapi masalah yang baru tumbuh dan arah barat itu―Kerajaan Gelgel, Kerajaan [[Karang Asem]] dan terutama sekali Belanda―maka secara tiba-tiba saja, salah seorang tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan bernama Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih paham dengan rajanya, raja Kerajaan Selaparang, soal posisi pasti perbatasan antara wilayah Kerajaan Selaparang dan Pejanggik. Pada akhirnya Arya Banjar Getas beserta para pengikutnya memutuskan untuk meninggalkan Selaparang dan bergabung dengan sebuah ekspedisi tentara Kerajaan [[Karang Asem]] ([[Bali]]) yang mana pada saat itu sudah berhasil mendarat di Lombok Barat. Kemudian atas segala taktiknya, Arya Banjar Getas menyusun rencana bersama pihak K<ref>{{id}} ''Ibid'', hlm. 87. </ref> ▼
▲=== Keruntuhan Selaparang ===
▲Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangga, yaitu Kerajaan Gelgel,
▲Namun, bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda, yang tentunya sewaktu-waktu dapat melakukan ekspansi militer. Kekuatan dan tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Oleh sebab itu, sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan laskar kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.<ref>{{id}} ''Ibid''...</ref>
== Lihat pula ==▼
▲Dalam upaya menghadapi masalah yang baru tumbuh
| first=Djoko
| last=Dwinanto
| authorlink= Djoko Dwinanto
| url= https://books.google.co.id/books?id=gqx3DQAAQBAJ&pg=PA31&dq=banjarmasin+raja+kertabumi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjH2efwrtXZAhWMxrwKHTq2BzQQuwUIKjAA#v=onepage&q=banjarmasin%20raja%20kertabumi&f=false
| title = Bara Api di Tanah Lombok
| location = Indonesia
| publisher = PT [[Balai Pustaka]]
| year = 2001
| language = id
| isbn =9796666715
}} ISBN 9789796666713</ref><ref name="Babad Selaparang">{{cite book
| translator=Sulistiati
| contribution= Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta (Indonesia)
| url= https://books.google.co.id/books?id=R7lkAAAAMAAJ&q=pating-laga&dq=pating-laga&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj24umfsZiAAxXEzTgGHVwQAukQ6AF6BAgFEAI
| title = Babad Selaparang
| location = Indonesia
| publisher = Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
| year = 1993
| language = id
| isbn =
}} ISBN 9794593273, 9789794593271</ref><ref name="Lalu Gde Suparman">{{cite book
| author = Lalu Gde Suparman
| vol =1
|contribution=Kencana S. Pelawi, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Indonesia)
| url=https://books.google.co.id/books?id=1LlkAAAAMAAJ&q=pating-laga-banjarmasin&dq=pating-laga-banjarmasin&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi63rvHsZiAAxWz9jgGHc7hBlwQ6AF6BAgNEAI
| title=Pengungkapan nilai budaya naskah kuno NTB, Babad Selaparang
| location=Indonesia
| publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara
| year= 1993
| editor=
| language = id
}}</ref>
== Catatan Kaki ==
{{Reflist}}
▲== Lihat pula ==
* <ref>{{Cite web|url=http://www.ruangsejarah.web.id/2019/04/Sejarah-Penyebaran-Agama-Islam-di-lombok.html|title=Ruang Sejarah: Sejarah Lombok dan Penyebaran Agama Islam Di Beberapa Tempat di Gumi Sasak|website=Ruang Sejarah|access-date=2019-04-21|archive-date=2019-04-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20190419052120/http://www.ruangsejarah.web.id/2019/04/Sejarah-Penyebaran-Agama-Islam-di-lombok.html|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.ruangsejarah.web.id/2019/04/Seperti-Apa-Zaman-Kuno-di-Gumi-Sasak-Lombok.html|title=Ruang Sejarah: Seperti Apa Zaman Sejarah Suku Sasak di Gumi Sasak Lombok?|website=Ruang Sejarah|access-date=2019-04-19|archive-date=2019-04-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20190419050630/http://www.ruangsejarah.web.id/2019/04/Seperti-Apa-Zaman-Kuno-di-Gumi-Sasak-Lombok.html|dead-url=yes}}</ref>[[Suku Sasak]]
* [[Bandar Udara Selaparang]]
* [[Pulau Lombok]]
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://en.rodovid.org/wk/Person:293461 Silsilah Selaparang - Banjarmasin]
* {{id}} [http://salsalany.multiply.com/journal/item/1 Mengenal Budaya Sumbawa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160123140714/http://salsalany.multiply.com/journal/item/1 |date=2016-01-23 }}
{{Kerajaan di Sunda Kecil}}
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
|