Didong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k wifikasi |
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
||
(35 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Unreferenced|date=Desember 2020}}
[[Berkas:Didong.jpg|250px|thumb|right|Arita Didong Group]]▼
{{gabungdari|Seni Didong}}
Sebuah kesenian rakyat [[Gayo]] yang dikenal dengan nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan [[unsur]] [[tari]], [[vokal]], dan [[sastra]]. Didong Dimulai Sejak Jaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh [[Abdul Kadir To`et]]. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat [[Takengon]] dan [[Bener Meriah]].▼
▲
== Makna ==
Baris 6 ⟶ 8:
== Fungsi ==
Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran [[agama]] [[Islam]] melalui media [[syair]]. Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek kata, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar [[Agama Islam]].
==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Mannen dansen Didong een Gajo-dans TMnr 10004585.jpg|jmpl|300px|Penari Didong pada masa [[Hindia Belanda]].]]
Dalam perkembangannya, didong tidak hanya ditampilkan pada hari-hari besar [[agama]] [[Islam]], melainkan juga dalam upacara-upacara [[adat]] seperti perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, panen raya, penyambutan tamu dan sebagainya. Para pe-didong dalam mementaskannya biasanya memilih tema yang sesuai dengan upacara yang diselenggarakan. Pada upacara perkawinan misalnya, akan disampaikan teka-teki yang berkisar pada aturan adat perkawinan. Dengan demikian, seorang pe-didong harus menguasai secara mendalam tentang seluk beluk adat perkawinan. Dengan cara demikian pengetahuan masyarakat tentang adat dapat terus terpelihara. Nilai-nilai yang hampir punah akan dicari kembali oleh para ceh untuk keperluan kesenian didong.
Penampilan didong mengalami perubahan setelah [[Jepang]] masuk ke [[Indonesia]]. Sikap pemerintah [[Jepang]] yang keras telah “memporak-porandakan” bentuk kesenian ini. Pada masa itu, didong digunakan sebagai sarana hiburan bagi tentara Jepang yang menduduki [[tanah Gayo]]. Hal ini memberikan inspirasi bagi masyarakat Gayo untuk mengembangkan didong yang syairnya tidak hanya terpaku kepada hal-hal religius dan adat-istiadat, tetapi juga permasalahan sosial yang bernada protes terhadap kekuasaan penjajah Jepang. Pada masa setelah proklamasi, seni pertunjukan didong dijadikan sebagai sarana bagi pemerintah dalam menjembatani informasi hingga ke desa-desa khususnya dalam menjelaskan tentang [[Pancasila]], [[UUD 1945]] dan semangat bela [[negara]]. Selain itu, didong juga digunakan untuk mengembangkan semangat kegotong-royongan, khususnya untuk mencari dana guna membangun gedung [[sekolah]], [[madrasah]], [[
Dewasa ini didong muncul kembali dengan lirik-lirik yang hampir sama ketika zaman [[Jepang]], yaitu berupa protes (anti kekerasan). Bedanya, dewasa ini protesnya ditujukan kepada [[pemerintah]] yang selama sekian tahun menerapkan [[
== Syair
Inilah salah satu Contoh [[syair]] didong oleh Ceh kucak [[Gayo]] [[Kabri Wali]].{{br}}
=== Ama (Ayah) ===
Ama Inë{{br}}
Ini Pongotni gayo
Kute takengen besilo nge musarik{{br}}
Ulahni politik jema si jago - jago{{br}}
Baris 31 ⟶ 33:
Mukim orom Gecik ke meh mukelö{{br}}
Reje orom imem si musasat sidik{{br}}
Bewene panik lagu cekakni benno
Beluhni Nyawa gere neh tékëk{{br}}
Baris 41 ⟶ 43:
umpama ni senik nge mujadi bute{{br}}
Ara pe reta gere neh terdedek{{br}}
Nge roloh mutik kupi pantan sile
Ama….. Bayak bajungku
Enge emeh merke jema si lisik{{br}}
dele nge mu teldek kuren tembege
Taring murense umah jamur unik{{br}}
Kering nge repek ko supu serule
Yatim pe delë simen anak merek{{br}}
Mongot orom kedek enge meh musede{{br}}
Iwan atewe nge lagu si sewek{{br}}
Gere ke macik ko musara Gayo
Ama..aaaa Ini pongotni gayo iné…{{br}}
Ike kite engon sentan kite telek{{br}}
Si tukang angik kara pihak ketige
Akal iyayon kati rusak rasik{{br}}
Sampe bersenik jema sara
Kalang iatas terbang puke kelik{{br}}
Kurek orom
Gere meteh lewen sahen si dedek{{br}}
Bier pe ama ecek renye i pekaro
Munyenoh ken ulu ulahni si cerdik{{br}}
Parok i pantik nyenohi ken Rejë ama …ooo{{br}}
Rakyat si ogoh sabe kona pecek{{br}}
Gere meteh ujung ralik si munangung
Sentan kite timang orom kite balik{{br}}
Pongot orom kedik nge meh musede{{br}}
ikeruhni berawang le jema munekik{{br}}
Enge osop sampik emut si munire
Ama…aaaaaaa Bayakku
Wooo
Itetahmi cara boh ulaken ku ralik{{br}}
Enti neh mupésék ko kerawang Gayo{{br}}
Kati teduh mara kati rede sonek{{br}}
Tekaren si kotek tengkamen si mulie
Ike masih ara ilén sifét si sérék{{br}}
Lebah orom unik tetap we berdéwë
Amaten agama edet pe iolek{{br}}
Oya baru mersik kao urang gayo
Agih ni agih mongot bersebuku{{br}}
Sampon ko lauh mujaril ari mata{{br}}
== Ceh ==
Para ceh yang turut berjasa mengembangkan dan melestarikan didong di [[tanah Gayo]] 'diantaranya adalah: [[Ceh Tjuh Ucak]], [[Basir Lakkiki Abd. Rauf]], [[Ecek Bahim]], [[Sali Gobal]], [[Daman]], [[Idris Sidang Temas]], [[Sebi]], [[Utih Srasah]], [[Beik]], [[Tabrani]], [[Genincis]], [[S. Kilang]], [[Ibrahim Kadir]], [[Mahlil]], [[Bantacut]], [[Dasa]], [[Ceh Ucak]], [[Suwt]], [[Talep]], [[Aman Cut]], [[Abu Kasim]], [[Syeh Midin]], [[M. Din]], [[Abu Bakar Gayo]], [[Ishak Ali / Ceh Sahaq]], [[Aris Teruna Jaya]], [[Tirmino Jaya]], [[Mahlil Lewa]], Dan Ceh kucak [[Kabri Wali]], Yang Begitu Dikenal Dikalangan Masyarakat [[Gayo]].▼
==
Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4--5 orang ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang
▲Para ceh yang turut berjasa mengembangkan dan melestarikan didong di [[tanah Gayo]] 'diantaranya adalah: [[Ceh Tjuh Ucak]], [[Basir Lakkiki Abd. Rauf]], [[Ecek Bahim]], [[Sali Gobal]], [[Daman]], [[Idris Sidang Temas]], [[Sebi]], [[Utih Srasah]], [[Beik]], [[Tabrani]], [[Genincis]], [[S. Kilang]], [[Ibrahim Kadir]], [[Mahlil]], [[Bantacut]], [[Dasa]], [[Ceh Ucak]], [[Suwt]], [[Talep]], [[Aman Cut]], [[Abu Kasim]], [[Syeh Midin]], [[M. Din]], [[Abu Bakar Gayo]], [[Ishak Ali]] Dan Ceh kucak [[Kabri Wali]],Yang Begitu Dikenal Dikalangan Masyarakat [[Gayo]].
▲Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4--5 orang ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok didong ini umumnya adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuan-perempuan dewasa. Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang [[Céh]].
Peralatan yang dipergunakan pada mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.
==
Pementasan didong ditandai dengan penampilan dua [[kelompok]] ([[Didong Jalu]]) pada suatu arena pertandingan. Biasanya dipentaskan di tempat terbuka yang kadang-kadang dilengkapi dengan tenda. Semalam suntuk kelompok yang bertanding akan saling mendendangkan teka-teki dan menjawabnya secara bergiliran. Dalam hal ini para senimannya akan saling membalas “serangan” berupa lirik yang dilontarkan olah lawannya. Lirik-lirik yang disampaikan biasanya bertema tentang pendidikan, keluarga berencana, pesan pemerintah (pada zaman Orba), keindahan alam maupun kritik-kritik mengenai kelemahan, kepincangan yang terjadi dalam masyarakat. Benar atau tidaknya jawaban akan dinilai oleh tim juri yang ada, yang biasanya terdiri dari anggota masyarakat yang memahami ddidong ini secara mendalam
== Bacaan lanjutan ==
* Puisi Didong Gayo (Balai Pustaka 2006)▼
* Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan
* Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.waspada.co.id/seni-&-budaya/mendekatkan-roh-didong-gayo.html Mendekatkan Roh Didong Gayo]{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
*
▲* Puisi Didong Gayo (Balai Pustaka 2006)
*
▲* Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1988. Aneka Ragam Hkasanah Budaya Nusantara I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
* [https://www.youtube.com/watch?v=5pMPBZnN8aM Penampilan Didong]
▲* Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1996. Aneka Ragam Hkasanah Budaya Nusantara VII. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
▲* Didong "Jalu" Semalam Suntuk [http://www.serambinews.com/old/index.php?aksi=bacaberita&rubrik=1&topik=20&beritaid=49923]
▲* Kolaborasi Didong dan Saman, Youtube [http://www.youtube.com/watch?v=n9uCcJ6A0GA]
[[Kategori:Tarian dari Aceh]]
|