Raden Patah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
{{cn}} Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Perbaikan salah ketik Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(19 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalty
| name = Raden Patah
| image =
| caption = Ilustrasi imajiner Raden Patah
| title = Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama <br> ( Menurut [[Babad Tanah Jawi]] ) <br> Sultan Syah Alam Akbar <br> ( Menurut [[Serat Pranitiradya]] ) <br> Sultan Surya Alam <br> ( Menurut [[Hikayat Banjar]] ) <br> Pate Rodim <br> ( Menurut [[Suma Oriental]] )
| succession =
| reign =
| predecessor = Pada masa [[Suraprabhawa]], terjadi perang saudara dimana Demak lepas dari [[Majapahit]]
| successor = [[Pati Unus]]
| birth_date = 1455
| birth_place =
| death_date = 1518
| death_place = [[Bintoro, Demak, Demak|Bintoro]], [[Kerajaan Demak|Demak]]
Baris 17:
* Putri Dari Randu Sanga}}
| issue = {{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Murthasimah :
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Solekha :
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Putri dari Randu Sanga :
|
| father = [[Bhre Kertabhumi|Dyah Singhanegara Wijayakusuma]]
|
| religion = [[Islam]]
}}
Terdapat berbagai versi tentang asal usul pendiri Kerajaan Demak. Menurut ''Suma Oriental''
Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'' yang ditulis kemudian hari untuk melegitimasi silsilah Mataram Islam, Raden Patah diduga adalah putra [[Brawijaya V]] raja terakhir [[Majapahit]] (versi ''babad'') dari seorang selir [[Tionghoa]]. Selir Tionghoa ini putri dari Kyai Batong
▲Menurut sejarawan [[Belanda]] yaitu [[Pigeaud]] dan [[De Graaf]], sejarahwan Australia [[M. C. Ricklefs]] menulis bahwa pendiri Demak adalah seorang Tionghoa Muslim bernama [[Cek Ko-po]] (Pate Rodin senior). Ricklefs memperkirakan bahwa anaknya adalah orang yang oleh [[Tomé Pires]] dalam ''[[Suma Oriental]]'' dijuluki Pate Rodin, mungkin maksudnya "Badruddin" atau "Kamaruddin" (meninggal sekitar tahun 1504). Putra atau adik Rodim dikenal dengan nama [[Trenggana]] (bertahta 1505-1518 dan 1521-1546), membangun keunggulan Demak atas [[Jawa]].
Menurut cerita lokal yang dikumpulkan dalam babad ''
== Berdirinya Kesultanan Demak ==▼
Sejauh ini belum ada catatan sejarah yang sezaman dengan Raden Patah yang menggambarkan berdirinya Demak sebagai negara mandiri. Kebanyakan babad yang menceritakan "sejarah" Demak ditulis jauh setelah negara ini runtuh.
Salah satu versi tersebut terdapat dalam ''[[Babad Tanah Jawi]]'', yang menyebutkan
▲== Asal usul ==
▲Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'', Raden Patah diduga adalah putra [[Brawijaya V]] raja terakhir [[Majapahit]] (versi ''babad'') dari seorang selir [[Tionghoa]]. Selir Tionghoa ini putri dari Kyai Batong (alias Tan Go Hwat). Karena [[Ratu Dwarawati]] sang permaisuri yang berasal dari [[Campa]] merasa cemburu, [[Bhre Kertabhumi]] terpaksa memberikan [[selir]] Tiongkok kepada adipatinya di [[Palembang]], yaitu [[Arya Damar]]. Setelah melahirkan Raden Patah, putri Tionghoa dinikahi [[Arya Damar]] (alias Swan Liong), melahirkan [[Raden Kusen]] (alias Kin San).
▲Menurut ''Suma Oriental'' karya [[Tome Pires]], pendiri [[Demak]] bernama Pate Rodin, cucu seorang masyarakat kelas rendah di [[Gresik]].
▲Menurut ''Sejarah Banten'', Pendiri [[Demak]] bernama Cu Cu (Gan Eng Wan?), putra (atau bawahan) mantan perdana menteri [[Tiongkok]] (Haji Gan Eng Cu?) yang pindah ke [[Jawa Timur]]. Cu Cu mengabdi ke [[Majapahit]] dan berjasa menumpas pemberontakan Arya Dilah bupati [[Palembang]]. Berita ini cukup aneh karena dalam ''[[Babad Tanah Jawi]]'', Arya Dilah adalah nama lain [[Arya Damar]], ayah angkat Raden Patah sendiri. Selanjutnya, atas jasa-jasanya, Cu Cu menjadi menantu raja [[Majapahit]] dan dijadikan bupati [[Demak]] bergelar Arya Sumangsang (Aria Suganda?).
▲== Berdirinya Kesultanan Demak ==
▲''[[Babad Tanah Jawi]]'' menyebutkan, Raden Patah menolak menggantikan [[Arya Damar]] menjadi Adipati [[Palembang]]. Ia kabur ke [[pulau Jawa]] ditemani Raden Kusen (Husain). Sesampainya di [[Jawa]], keduanya berguru pada [[Sunan Ampel]] di [[Surabaya]]. Raden Kusen kemudian mengabdi ke [[Majapahit]] bergelar adipati pecat tondho ing terung, sedangkan Raden Patah pindah ke [[Jawa Tengah]] membuka hutan Glagahwangi menjadi sebuah [[pesantren]].
Makin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. [[Brawijaya]] di [[Majapahit]] khawatir kalau Raden Patah berniat memberontak. Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati [[Terungkulon, Krian, Sidoarjo|Terung]] diperintah untuk memanggil Raden Patah.
Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke [[Majapahit]]. [[Brawijaya]] (
== Konflik Demak dan Majapahit ==
Versi
Versi Prof. Dr. N. J. Krom dalam buku “Javaansche Geschiedenis” dan [[Mohammad Yamin|Prof. Moh. Yamin]] dalam buku “Gajah Mada” mengatakan bahwa bukanlah Demak yg menyerang Majapahit pada masa Prabu Brawijaya V, tetapi adalah Prabu [[Girindrawarddhana|Girindrawardhana]]. Kemudian pasca serangan Girindrawardhana atas Majapahit pada tahun 1478 M, Girindrawardhana kemudian mengangkat dirinya menjadi raja Majapahit bergelar Prabu Brawijaya
Versi [[Kronik Tiongkok]] dari [[kuil Sam Po Kong]] juga memberitakan adanya perang antara Jin Bun melawan Kung-ta-bu-mi tahun 1478. Perang terjadi setelah kematian Bong Swi Hoo (alias [[Sunan Ampel]]). Jin Bun menggempur ibu kota [[Majapahit]]. Kung-ta-bu-mi alias [[Bhre Kertabhumi]] ditangkap dan dipindahkan ke [[Demak]] secara hormat. Sejak itu, [[Majapahit]] menjadi bawahan [[Demak]] dengan dipimpin seorang [[Tionghoa]] [[muslim]] bernama Nyoo Lay Wa sebagai bupati.▼
▲Versi Prof. Dr. N. J. Krom dalam buku “Javaansche Geschiedenis” dan [[Mohammad Yamin|Prof. Moh. Yamin]] dalam buku “Gajah Mada” mengatakan bahwa bukanlah Demak yg menyerang Majapahit pada masa Prabu Brawijaya V, tetapi adalah Prabu [[Girindrawarddhana|Girindrawardhana]]. Kemudian pasca serangan Girindrawardhana atas Majapahit pada tahun 1478 M, Girindrawardhana kemudian mengangkat dirinya menjadi raja Majapahit bergelar Prabu Brawijaya V, Kekuasaan Girindrawardhana tidak begitu lama, karena Patihnya melakukan kudeta dan mengangkat dirinya sebagai Prabu Brawijaya VI. Perang antar Demak dan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya VI bukan pada masa Raden Fatah dan Prabu Brawijaya V.<ref>MB. Rahimsyah. Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo. (Amanah, Surabaya, tth). Hal. 50.</ref>
Tokoh Pa-bu-ta-la ini identik dengan Prabu Natha Girindrawardhana alias [[Dyah Ranawijaya]] yang menerbitkan prasasti Jiyu tahun 1486 dan mengaku sebagai penguasa [[Majapahit]], [[Janggala]], dan [[Kadiri]].
Selain itu, [[Dyah Ranawijaya]] juga mengeluarkan prasasti Petak yang berkisah tentang perang melawan Daerah Ibukota [[Majapahit]] (Kadipaten Kertabhumi/Mojokerto). Berita ini melahirkan pendapat kalau ibukota [[Majapahit]] di trowulan runtuh tahun 1478 bukan karena serangan [[Demak]], melainkan karena serangan keluarga [[Girindrawardhana]].
▲
== Pemerintahan ==
Pada tahun 1479 ia meresmikan [[Masjid Agung Demak]]
Raden Patah juga tidak mau memerangi umat [[Hindu]] dan [[Buddha]] sebagaimana wasiat [[Sunan Ampel]], gurunya. Meskipun naskah ''babad'' dan ''serat'' memberitakan ia menyerang [[Majapahit]], hal itu dilatarbelakangi persaingan politik memperebutkan kekuasaan [[pulau Jawa]], bukan karena sentimen agama. Lagi pula, naskah ''babad'' dan ''serat'' juga memberitakan kalau pihak [[Majapahit]] lebih dulu menyerang [[Giri Kedaton]], sekutu [[Demak]] di [[Gresik]].
[[Tome Pires]] dalam ''[[Suma Oriental]]'' memberitakan pada tahun 1507 Pate
== Keluarga Raden Fatah ==
Dalam ''[[Suma Oriental]]'', [[Tomé Pires]] menulis bahwa Pate Rodin memiliki putra yang juga bernama Pate Rodim, dan menantu bernama [[Pate Unus]]. Berita versi [[Portugis]] ini menyebut Pate Rodin Yunior lebih tua usianya daripada [[Pate Unus]]. Dengan kata lain [[Sultan Trenggana]] disebut sebagai kakak ipar [[Pangeran Sabrang Lor]].
Baris 118 ⟶ 77:
== Referensi ==
* {{Cite book|last=|first=|date=1944|url=https://archive.org/details/McGillLibrary-136385-182/mode/2up|title=The Suma oriental of Tomé Pires and the book of Francisco Rodrigues|location=London|publisher=The Hakluyt Society|isbn=|pages=|ref={{sfnref|Suma Oriental|1944}}|url-status=live}}
*''Babad Majapahit dan Para Wali (Jilid 3)''. 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
Baris 127 ⟶ 83:
* {{Cite book|last=Muljana|first=Slamet|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=9dBqDwAAQBAJ|title=Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara|location=Yogyakarta|publisher=LKIS|isbn=9789798451164|pages=|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Ricklefs|first=M. C.|date=2008|url=https://www.goodreads.com/book/show/6472158-a-history-of-modern-indonesia-since-c-1200|title=A History of Modern Indonesia Since C.1200|location=London|publisher=Palgrave MacMillan|isbn=9780230546868|edition=4|pages=|ref=harv|url-status=live}}
*Wain, A. (2017). The two Kronik Tionghua of Semarang and Cirebon: A note on provenance and reliability. ''Journal of Southeast Asian Studies,'' ''48''(2), 179-195. doi:[https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-southeast-asian-studies/article/two-kronik-tionghua-of-semarang-and-cirebon-a-note-on-provenance-and-reliability/DB2834021FF6BBF6E2E1F50939B6B60C 10.1017/S0022463417000030]
{{notelist}}
|