|religion = [[Islam]]
}}
'''H. Ilyas Ya'kub''' ('''Ilyas Yacoub'''; {{lahirmati|Asam Kumbang, [[Bayang, Pesisir Selatan|Bayang]], [[Pesisir Selatan]], [[Hindia Belanda]]|14|6|1903|[[Koto Berapak, Bayang, Pesisir Selatan|Koto Barapak]], Bayang, Pesisir Selatan, [[Sumatera Barat]]|2|8|1958}}) adalah seorang [[pahlawan nasional Indonesia]] dariasal [[Minangkabau]], [[Sumatera Barat]]. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui SuratSK-Mensos RI Nomor: Pol-61/PK/1968, tanggal 16 Desember 1968, dan dikukuhkan kembali dengan Keputusan Presiden RI (Kepres-RI) No. 074/TK/1999 tertanggal [[13 Agustus]] [[1999]].
== Pahlawan Nasional ==
[[Berkas:Ilyas Yacoub.jpg|200px|jmpl|Potret Ilyas saat masih muda]]
'''Ilyas Ya’kub''' adalah seorang ulama dan syaikhul Islam dari [[Minangkabau]], lulusan Mesir, diangkat menjadi pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia dengan SK-Mensos RI Nomor: Pol-61/PK/1968, tanggal 16 Desember 1968 dan dikukuhkan kembali dengan Keputusan Presiden RI (Kepres-RI) Nomor 074/TK/Tahun 1999 tanggal 13 Agustus 1999 serta dianugerahimendapat tanda kehormatan [[Bintang Mahaputra Adipradana]] atas jasanya mempertahankan prinsip-perinsipprinsip kemerdekaan dari ancaman [[kolonialisme]] [[Belanda]]. sekaligusSekaligus menggerakkan kemerdekaan RI dengan risiko dibuang Belanda ke Digul (di [[Papua]] – Indonesia sekarang), serta beberapa tempat di Malaysia, Singapura, Brunei, Australia dll.
Ia pernah memimpin mahasiswa Malaysia-Indonesia di Mesir, juga pendiri Partaipartai Politikpolitik PERMI ([[Persatuan Muslim Indonesia]], 1932) yang berbasis pada lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Berkat kemampuan dan jasanya sebagai ulama, tokoh pendidikan, dan politikus Islam di awal kemerdekaan (1948), ia dipercaya pada negeri yang Islam dan semangat Melayunya kuat sebagai Ketua DPR Provinsi [[Sumatra Tengah]] merangkap penasihat Gubernur, karena semangat Melayu-nya yang kuat.
== Seorang wartawan ==
Perjuangan Ilyas Ya’kub sebagai ulama dan tokoh pendidikan Islam banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam. Ia juga pernah bekerja sebagai [[wartawan]], di samping berjuang mendirikan lembaga pers sejak masa pendidikan di perguruan tinggi di [[Timur Tengah]].
Sebagai politikus Islam yang gemilang, ia berjasa mewadahi Islam dan Kebangsaan[2] dengan parpol PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia) yang berbasis pada pendidikan Islam yang ia dirikan bersama teman seperjuangan.
Ia pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi ''[[Medan Rakyat]]'', 1 Februari 1931, serta menjadi politikus Islam pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga membuatnya tegas dan keras menentang perilaku imperialisme dan kolonialisme Belanda.
Sepak terjang Ilyas, memperlihatkan karakteristik radikal positif yang justru mengangkat martabat dan integritas dirinya, sebagai tokoh Islam (ulama) dan nasionalis yang kuat menentang penjajah. Di sisi lain, Ilyas menarik perhatian (pihak Belanda) dan amat diperhitungkan sebagai tokoh Islam dan Nasional.
Dengan profesinya sebagai wartawan dan penerbitan pers (pernah sebagai Pemimpin Redaksi ''[[Medan Rakyat]]'', 1 Februari 1931) serta politikus Islam pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia itu, membuatnya tegas dan keras menentang prilaku imperialisme dan kolonialisme Belanda. Sepak terjangnya memperlihatkan karakteristik radikal positif justru mengangkat martabat dan integritas dirinya sebagai tokoh Islam (ulama) dan nasionalis yang kuat menentang penjajah, lalu di pihak Belanda menarik perhatian dan amat diperhitungkan sebagai tokoh Islam dan Nasional itu sekaligus dinyatakan sebagai musuh bebuyutan, lalu dengan segala cara, Belanda akhirnya dapat menangkapnyamenangkap danIlyas dibuang bersamabeserta isterinya, Tinur, diasingkan ke [[Boven Digul]] (dulu Irian Jaya, sekarang [[Papua]]) selama 10 tahun (1934 – 1944),. Lalu ke Kali Bian Wantaka, ke [[Australia]], ke [[Kupang]], [[Timor]], ke [[Singapura]], ke [[Sarawak]] ([[Malaysia]]), ke [[Brunei Darussalam]], ke [[Labuan]], dll, sampai kembali ke tanah air bersama isteri dan 6 orang anaknya tahun 1946.
Apa yang melatari hidup Ilyas Ya’kub dan bagaimana perjuangannya lalu bagaimana akhir kehidupannya sebagai seorang tokoh Islam dan Nasionalis kuat di Indonesia, menarik untuk ditelusuri dalam kajian forum nadwah ulama nusantara (Asean) ini.
== Latar belakang keluarga ==
PutraIlyas ketigaYa’kub darimerupakan empat bersaudaraputera dari pasangan suami-isteri Haji Ya’kub – Siti Hajir,. IlyasAnak Ya’kubketiga dari empat bersaudara ini, ketika masa kecilnya belajar ilmu agama denganmelalui kakeknya, bernama Syeikh Abdurrahman. Masa itu, Bayang (daerah kelahirannya), masih merupakan sentra pendidikan Islam. Sebab sejak dahulu Bayang termasuk basis pengembangan Islam di [[Pantai Barat Sumatra]] berpusat di surau tua yang didirikan (awal 1666), oleh Syeikh Buyung Muda Puluikpuluik, salah seorang dari 6 ulama pengembang Islam di Indonesia seangkatan Syeikh [[Burhanuddin Ulakan]] Pariaman belajar dengan Syeikh [[Abdul Rauf Singkel]] di Aceh. Saat berkobarnya [[Perang Pauh]] (mulai 28 April 1666) surau ini juga menjadi basis perjuangan melawan Belanda.
Bayang sejak lama menjadi basis konsentrasi perjuangan rakyat Sumatera Barat melawan Belanda,. tercatatTercatat perang Bayang berlangsung lebih satu abad, (mulai dari tanggal [[7 Juni]] [[1663]], berakhir dengan [[Perjanjian Bayang 1771]]). Sejak itu, Bayang melahirkan banyak ulama besar dan pejuang kemerdekaan dan Islam di pentas sejarah nasional, di antaranya Syeikh Muhammad Fatawi, [[Muhammad Jamil|Syekh Muhammad Jamil]] (tamatan [[Makkah]] 1876), Syeikh Muhammad Shamad (wafat di Makkah tahun 1876), Syeikh Bayang (Syeikh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi (1864 – 1923) penulis bukuBuku taraghub''Taraghub il rahmatillahRahmatillah'' yang oleh BJO Schrieke disebut sebagai kepustakaan pejuang abad ke-20 yang penuh moral, juga Syeikh Abdurrahman (kakek Ilyas Ya’cub), Syeikh Abdul Wahab (Inyiak Kacuang) dll.
Ayah Ilyas Ya’kub seorang pedagang kain dan hidup di lingkungan ulama, cukup memberi peluang dana dan motivasi bagi Ilyas Ya’kubbaginya untuk mengecap pendidikan lebih baik. Pertama ia mendapat pendidikan di ''Gouvernements Inlandsche School''. Tamat sekolah ia bekerja sebagai juru tulis selama dua tahun (1917 – 1919) di perusahaan tambang batu bara [[Ombilin]], [[Sawahlunto]]. Ia keluar dari perusahaan itu, sebagai protes terhadap pimpinan perusahaan asing yang imperialisme dan kolonialisme, yangserta kasar terhadap kaum buruh pribumi.
Sebagai kompensasi Ilyas Ya’kub memperdalam ilmu agama Ilyas Ya’kub kemudian belajar denganmelalui Syekh Haji Abdul Wahab (Raichul Amar dalam Edwar, ed. 1981, baca juga skripsi Nirmawati, 1984). Gurunya (juga ayah dari isterinya, Tinur) ini melihat Ilyas Ya’kub berbakat, lalu dibawa ke Mekah[[Makkah]]. Ketika berada di tanah suci itu, selesai menunaikan ibadah [[haji]], Ilyas berminat untuk menetap di sana guna memperdalam ilmu agamanya. Tahun 1923 ia punya kesempatan ke Mesir. Di sanasanalah, ia memasuki sebuah universitas mulanya sebagai ''thalib mustami’'' (mahasiswa pendengar).
== Perjuangan ==
Saat di Mesir Haji Ilyas Ya’kub ini, aktif dalam berbagai organisasi dan partai politik, di antaranya ''Hizb al-Wathan'' (partai tanah air) didirikan oleh [[Mustafa Kamal]] semakin membangkitkan semangat anti penjajah. Ia pernah pula menjabat sebagai ketua Perkumpulan Mahasiswa Indonesia dan Malaysia (PMIM) di Mesir. Selain itu ia juga fungsionaris wakil ketua organisasi sosial politik ''Jam’iyat al-Khairiyah'' dan ketua organisasi politik ''Difa` al-Wathan'' (Ketahanan Tanah Air).
Selain gerakan politik yang amat peduli dengan nasib bangsanya terjajah Belanda, Haji Ilyas Ya’kub di Mesir ia juga aktif menulis artikel dan dipublikasimempublikasikannya padadi berbagai Surat Kabar Harian di [[Kairo]]. Bersama temannya [[Muchtar Lutfi|Muchtar Luthfi]], ia mendirikan dan memimpin Majalah ''Seruan Al-Azhar'' dan majalahMajalah ''Pilihan Timur''. Majalah Seruan Al-Azhar adalah majalah bulanan mahasiswa, sedangkan majalah Pilihan Timur adalah majalah politik. Kedua produk jusnalistik ini banyak dibaca mahasiswa Indonesia–Malaysia di Mesir ketika itu.
Gerakan Haji Ilyas Ya’kub dalam jurnalistik dan politik anti penjajah di Mesir, tercium oleh Belanda ketika itu. Melalui perwakilannya di Mesir, Belanda mencoba melunakkan sikap radikal Ilyas Ya’kubradikalnya, tetapi gagal. Sejak itu Belanda semakin mengaris merah Ilyas Ya’kub tidak saja sebagai radikalis, bahkan dicap sebagai ekstrimis dan musuhnya di Indonesia.
Ketika masih dalam ancaman Belanda, tahun 1929 Haji Ilyas Ya’kub kembali dari Mesir,. Ia memaksanyaterpaksa transit di Singapura kemudian nyasar berlabuh di [[Jambi]]. Di tanah air, ia menemui teman-temannya di Jawa yang bergerak dalam PNI dan PSI. Dari pengalaman dua partai temannya tadi (PNI dan [[Sarekat Islam|Partai Sarekat Islam]]) Ilyas Ya’kub berpikir, bahwa jiwa yang dimiliki kedua partai tersebut, yakni Islam dan kebangsaan adalah penting dikombinasikan, dikonversi dan dikonsolidasikan kemudian diwadahi dengan satu wadah yang representatif. Ternyata kemudian Haji Ilyas Ya’kub sekembali dari kunjungan ini tahun 1930 men-set up idenya: Islam dan kebangsaan dalam dua kegiatannya yakni bidang jurnalistik dan politik. Dalam bidang jurnalistik diwadahi dengan penerbitan pers yakni ''[[Medan Rakyat]]''. Dalam bidang politik ia bersama temannya Mukhtar Luthfi mendirikan wadah baru bernama PERMI ([[Persatuan Muslimin Indonesia]]) dengan asas Islam dan kebangsaan. Tujuannya menegakan Islam dan memperkuat wawasan kebangsaan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Dengan dasar Islam dan kebangsaan ini, PERMI menjalankan sikap politik non kooperasi dan tak kenal kompromi dengan bangsa apapun yang kental punya prilaku imperialisme dan kolonialisme. Karena itu pula PERMI secara prinsipil mencap bahwa kapitalisme dan imperalisme merupakan penyebab penderitaan rakyat Indonesia.
PERMI pada awal mula bernama PMI (Partai Muslimin Indonesia) didirikan Haji Ilyas Ya’kub tahun 1930. PMI ini berbasis pada lembaga pendidikan Islam [[Sumatra Thawalib]] dan [[Diniyah School]]. Ide dasarnya, pemberdayaan sekolah agama dengan berbagai inovasi ke arah sistem modern, dimulai perbaikan kurikulum, sistem penjenjangan program dan lama masa pendidikan, memberi perlindungan kepada pelajar serta mengorganisasikan sekolah agama sebagai basis perjuangan kemerdekaan dan sentra pencerdasan bangsa dengan pengatahuan Islam dan kebangsaan. Beralasan kemudian PMI berambisi menambah jumlah sekolah agama dengan mendirikan sekolah baru dengan sistem modern, mulai dari tingkat pendidikan dasar (ibtidaiyah) sampai pendidikan tinggi (Al-Kulliyat). Di antara pendidikan tinggi, di [[Alang Laweh, Padang Selatan, Padang|Alang Laweh]], 12 Februari 1931 didirikan perguruan tinggi dalam bentuk college Islam untuk diploma A dan diploma B, bernama ''Al-Kulliyat Al-Islamiyah'', diselenggarakan intelektual jebolan Timur Tengah di antaranya [[Djanan Tajib|Janan Thaib]] (sebagai pimpinan), Syamsuddin Rasyid (''onder director'') dan Ilyas Ya’kub. Mahasiswa awal diterima lulusan Sumatra Thawalib, Diniyah School, [[Tarbiyah Islamiyah]], [[AMS]] (''Algemeene Middelbare School''), ''Schakel School'' dan lulusan sekolah tingkat menengah lainnya.
|