Revolusi Nasional Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tuama Minahasa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(45 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp-vandalism}}
{{Infobox military conflict
| conflict = Revolusi Nasional Indonesia
| partof = Pasca [[Perang Dunia Kedua]]
| image = [[Berkas:Indonesian National Revolution montage.jpg|290px]]
| caption = '''Searah jarum jam dari pojok kanan:'''
{{flatlist|
* Keadaan mobil milik [[Aubertin Walter Sothern Mallaby|Brigadir Mallaby]] yang terbakar, saatdimana ia dibunuh pada 30 Oktober 1945 saat [[Pertempuran Surabaya]]
* Dua tentara Indonesia berlari ke sebuah kampung di [[Bandung Lautan Api|Bandung]] yang terdapat beberapa rumah terbakar
* Delegasi dari Indonesia dan Belanda kembali lagi ke [[Linggajati, Cilimus, Kuningan|Linggajati]] untuk mengadakan [[Perundingan Linggajati]]
Baris 12 ⟶ 13:
* [[Ratu Juliana]] menandatangani penyerahan kedaulatan Indonesia di [[Ridderzaal]]
}}
| date = 29 September 1945 – 27 Desember 1949{{br}}(4 tahun, 3 bulan, 2 hari)
| place = [[Indonesia]]
| casus = [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]<br>Menyerahnya [[Jepang]] pada [[Perang Dunia Kedua]]
| territory =
| result = • Kemerdekaan Indonesia dari Belanda
|result=
• Belanda menang secara militer
 
• Indonesia menang secara politik
 
• Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dalam [[Konferensi Meja Bundar]]
Baris 26 ⟶ 24:
 
• Terbentuknya [[Uni Indonesia-Belanda]]
| combatant1 = {{flagicon|Indonesia}} [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|Republik Indonesia]]
* [[PDRI]]
* [[TNI|BKR/TKR/TRI/TNI]]
Baris 41 ⟶ 39:
 
{{flagcountry|Amerika Serikat}}<ref
name="marshall">{{Cite book|last=Gouda|first=Frances|url=https://www.worldcat.org/oclc/55842798|title=American visions of the Netherlands East Indies/Indonesia : US foreign policy and Indonesian nationalism, 1920–1949|date=2002|publisher=Amsterdam University Press|others=Thijs Brocades Zaalberg|isbn=1-4175-2156-2|location=Amsterdam|oclc=55842798}}</ref><small>(setelah tahun 1949){{br}}
{{Flag|Uni Soviet}}{{br}}<small>(diplomasi)
 
| combatant2 = {{flagcountry|Belanda}}
<small>(sejak tahun 1946)</small>
*{{flagcountry|Hindia Belanda}}
Baris 62 ⟶ 60:
{{flagicon image|Flag of Islamic State of Indonesia.svg}} [[Darul Islam]]
{{flagicon image|Flag of the Communist Party of Indonesia.svg}} [[Pemberontakan PKI 1948|Republik Soviet Indonesia]].
| commander1 = {{flagicon|Indonesia}} '[[Soekarno]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Mohammad Hatta]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Soedirman]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Oerip Soemohardjo]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Soetan Sjahrir]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Hamengkubuwana IX]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Pakubuwana XII]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Abdul Haris Nasution|A. H. Nasution]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Sjafruddin Prawiranegara]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Gatot Subroto]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Bambang Soegeng]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Bung Tomo|Soetomo]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Moehammad Jasin]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[T.B. Simatupang]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Soeharto]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Amir Sjarifuddin]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Alex Kawilarang]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Ventje Sumual]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Joop Warouw]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Daan Mogot]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Tan Malaka]]<br>{{flagicon|Indonesia}}{{flagicon image|Flag of Pontianak Sultanate.svg}} [[Sultan Hamid II]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Agustinus Adisoetjipto]] {{KIA}}<br> {{flagicon|Indonesia}} [[R. E. Martadinata]]
| commander2 = {{flagicon|Belanda}} [[Wilhelmina dari Belanda|Wilhelmina]] <small>(hingga tahun 1948)</small><br>{{flagicon|Belanda}} [[Juliana dari Belanda|Juliana]] <small>(sejak tahun 1948)</small><br>{{flagicon|Netherlands}} [[Hubertus van Mook]]<br>{{flagicon|Netherlands}} [[Simon Hendrik Spoor|Simon Spoor]]<br>{{Flagicon|Belanda}} [[Dirk Reinhard Adelbert van Langen|Adelbert van Langen]]{{br}}{{Flagicon|Belanda}} [[Dirk Cornelis Buurman van Vreeden|Buurman Van Vreeden]]{{br}}{{flagicon|Netherlands}} [[WillemConrad Helfrich]]{{br}}{{Flagicon|Belanda}} [[Ludolph Hendrik van Oyen|Hendrik van FrankenOyen]]<br>{{flagicon|United Kingdom}} [[Louis Mountbatten]]<br>{{flagicon|United Kingdom}} [[Philip Christison]]<br>{{flagiconFlagicon|United Kingdom}} [[ClementRobert AttleeMansergh]]<{{br>}}{{Flagicon|Britania Raya}} [[Aubertin Mallaby]]{{KIA}}{{br}}{{flagicon|Belanda}}{{flagicon image|Flag of Legion of Ratu Adil.svg}} [[Raymond Westerling]]<br>{{flagicon|Indonesia}}{{flagicon image|Flag of the State of East Indonesia.svg}} [[Tjokorda Gde Raka Soekawati]]<br>{{flagicon|Indonesia}}{{flagicon image|Flag of Pontianak Sultanate.svg}} [[Sultan Hamid II]]<br>{{flagicon|Belanda}}{{flagicon|Republik Tiongkok}} [[Loa Sek Hie]]<br>{{flagicon|Belanda}} [[A.K. Widjojoatmodjo]]<br>{{flagicon|Belanda}} [[Julius Tahija]]
----
{{flagicon image|Flag of Islamic State of Indonesia.svg}} [[Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo|Sekarmadji Kartosoewirjo]]{{executed}}<br>{{flagicon image|Flag of Islamic State of Indonesia.svg}} [[Abdul Kahar Muzakkar]] {{KIA}}
----
{{flagicon image|Flag of the Communist Party of Indonesia.svg}} [[Musso]] {{executed}}<br>{{flagicon image|Flag of the Communist Party of Indonesia.svg}} [[Amir Sjarifuddin]]{{executed}}
| strength1 = '''[[Badan Keamanan Rakyat|BKR]]/[[Tentara Keamanan Rakyat|TKR]]/[[Tentara Republik Indonesia|TRI]]/[[Tentara Nasional Indonesia|TNI]]''':<br>150.000<br>'''Laskar rakyat''':<br>diperkirakan 60,000<br>'''Relawan Muda:''' 100,000<br>'''Relawan Jepang''': 9031,000<br>'''Desertir India:''' 600
| strength2 = '''Belanda''': <br>115200,000<ref name="niod">{{cite web|url=https://www.niod.nl/en/frequently-asked-questions/indonesian-war-independence-numbers |title=Indonesian War of Independence (in numbers) |access-date=2023-02-09|publisher=[[NIOD Institute for War, Holocaust and Genocide Studies]]}}</ref><br>'''Inggris''': <br>4550,000<ref>{{cite web|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/pasukan-inggris-di-indonesia-1945-1946|title=Pasukan Inggris di Indonesia: 1945–1946|date=13 November 2020}}</ref> <br>'''Jepang:'''<br>35,000
| casualties1 =97 46,421000+ rakyattentara, sipilpolisi dan pejuangmilisi Indonesia tewas<ref>https://www.groene.nl/artikel/wie-telt-de-indonesische-doden</ref><br>531 Relawan Jepang tewas<br>525 Desertir India tewas
| casualties2 = 980 tentara Inggris dan India tewas{{sfn|Kirby|1969|p=258}} <br>1,057 tentara Jepang tewas <br>24,506585+ tentara Kerajaan Belanda tewas<br>1,808 tentaradan KNIL tewas<br>256 Brigade Marinir Belanda tewas<br>'''Total:''' 4,585 tentara Belanda tewas<ref name="niod"/>
| casualties3 = 51,421 warga Indonesia Tewas
| notes =
}}
{{Sejarah Indonesia}}
Baris 90 ⟶ 88:
Ketika Jepang berada di ambang kekalahan perang, Belanda kembali untuk merebut kembali bekas koloni mereka. Pada 7 September 1944, [[Perdana Menteri Jepang]] [[Kuniaki Koiso]] menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia, walaupun tidak menetapkan tanggal resmi.{{sfn|Ricklefs|1993|p=207}}
 
== Proklamasi kemerdekaan ==
{{Main article|Proklamasi Kemerdekaan Indonesia}}
<blockquote class="toccolours" style="text-align:left; width:30%; float:right; padding:10px 15px; display:table;"><div class="center"></div>
 
<div class="center">PROKLAMASI</div>
 
:Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Pada akhir bulan Agustus 1945, pemerintahan republikan telah berdiri di Jakarta. Kabinet Presidensial dibentuk, dengan Soekarno sendiri sebagai ketuanya. Hingga pemilihan umum digelar, Komite Nasional Indonesia Pusat dibentuk untuk membantu Presiden dan bertindak hampir sebagai badan legislatif. Komite serupa juga dibentuk di tingkat provinsi dan kabupaten. Mendengar berita pembentukan pemerintah pusat di Jakarta, beberapa [[raja]] menyatakan menggabungkan diri dengan Indonesia. Sementara beberapa lainnya belum menyatakan sikap atau menolak mentah-mentah, terutama yang pernah didukung oleh pemerintah Belanda.
:Hal - hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
:dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
 
:::::Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '45
:::::::Atas nama bangsa Indonesia.
::::::::Soekarno/Hatta.
 
</blockquote>
Pada akhir bulan [[Agustus 1945]], pemerintahan republikan telah berdiri di Jakarta. [[Kabinet Presidensial]] dibentuk, dengan Soekarno sendiri sebagai ketuanya. Hingga pemilihan umum digelar, [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] dibentuk untuk membantu Presiden dan bertindak hampir sebagai badan legislatif. Komite serupa juga dibentuk di tingkat provinsi dan kabupaten. Mendengar berita pembentukan pemerintah pusat di Jakarta, beberapa [[raja]] menyatakan menggabungkan diri dengan Indonesia. Sementara beberapa lainnya belum menyatakan sikap atau menolak mentah-mentah, terutama yang pernah didukung oleh pemerintah Belanda.{{sfn|Ricklefs|1993|p=214}}
 
[[Berkas:Indonesia flag raising witnesses 17 August 1945.jpg|256px|kiri|jmpl|Pengibaran bendera Merah Putih setelah pembacaan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945.]]
 
Khawatir Belanda akan berusaha merebut kembali kekuasaan di Indonesia, pemerintah yang baru dibentuk tersebut dengan cepat menyelesaikan persoalan administrasi. Saat itu, pemerintahan masih sangat terpusat di pulau Jawa, sementara kontak ke luar pulau masih sangat sedikit.{{sfn|Friend|2003|p=33}} {{sfn|Ricklefs|1993|p=215}} Pada 14 November 1945, [[Sutan Sjahrir]] menjadi [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|perdana menteri pertama]] mengetuai kabinet [[Kabinet Sjahrir I|Sjahrir I]].
Baris 103 ⟶ 116:
Terjadinya perubahan besar dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia (dari [[Sistem presidensiil|sistem Presidensiil]] menjadi [[Sistem parlementer|sistem Parlementer]]) memungkinkan perundingan antara pihak RI dan Belanda. Dalam pandangan [[Inggris]] dan [[Belanda]], [[Sutan Sjahrir]] dinilai sebagai seorang moderat, seorang intelek, dan seorang yang telah berperang selama pemerintahan Jepang.
 
Ketika Syahrir mengumumkan [[Kabinet Sjahrir I|kabinetnya]], [[15 November]] [[1945]], Letnan [[Gubernur Jendral]] [[van Mook]] mengirim kawat kepada [[Kementerian Koloni (Belanda)|Menteri UrusanWilayah TanahLuar JajahanNegeri]] (''Minister of Overseas Territories, Overzeese Gebiedsdelen''), [[J.H.A. Logemann]], yang berkantor di [[Den Haag]]: "''Mereka sendiri [Sjahrir dan Kabinetnya] dan bukan Soekarno yang bertanggung jawab atas jalannya keadaan''". Logemann sendiri berbicara pada siaran radio [[BBC]] tanggal [[28 November]] [[1945]], "''Mereka bukan kolaborator seperti Soekarno, presiden mereka, kita tidak akan pernah dapat berurusan dengan Dr Soekarno, kita akan berunding dengan Sjahrir''". Tanggal [[6 Maret]] [[1946]] kepada van Mook, Logemann bahkan menulis bahwa Soekarno adalah ''[[persona non grata]]''.
 
Pihak Republik Indonesia memiliki alasan politis untuk mengubah sistem pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer, karena seminggu sebelum perubahan pemerintahan itu, [[Den Haag]] mengumumkan dasar rencananya. Ir Soekarno menolak hal ini, sebaliknya [[Sjahrir]] mengumumkan pada tanggal [[4 Desember]] [[1945]] bahwa pemerintahnya menerima tawaran ini dengan syarat pengakuan [[Belanda]] atas Republik Indonesia.
Baris 165 ⟶ 178:
Kultur kekerasan dalam konflik yang dalam memecah belah negara ini saat dalam pengusaan Belanda sering kali terulang di paruh akhir abad keduapuluh. Istilah revolusi sosial banyak digunakan untuk aktivitas berdarah yang dilakukan kalangan kiri yang melibatkan baik niat altruistik, untuk mengatur revolusi sosial sebenarnya, dengan ekspresi balas dendam, kebencian, dan pemaksaan kekuasaan. Kekerasan adalah salah satu dari sekian banyak hal yang dipelajari rakyat selama masa penjajahan Jepang, dan tokoh-tokoh yang diidentifikasi sebagai tokoh feodal, antara lain para raja, bupati, atau kadang sekadar orang-orang kaya, sering kali menjadi sasaran penyerangan, kadang disertai pemenggalan, serta pemerkosaan juga sering menjadi senjata untuk melawan wanita-wanita feodal. Di daerah pesisir Sumatra dan Kalimantan yang dikuasai kesultanan, misalnya, para sultan dan mereka yang mendapat kekuasaan dari Belanda, langsung mendapat serangan begitu pemerintahan Jepang angkat kaki. Penguasa sekuler Aceh, yang menjadi basis kekuasaan Belanda, turut dieksekusi atau dipenjara.
 
Kebanyakan orang Indonesia pada masa ini hidup dalam ketakutan dan kebimbangan, hal ini terutama terjadi pada populasi yang mendukung kekuasaan Belanda atau mereka yang hidup di bawah kontrol Belanda. Teriakan kemerdekaan yang begitu populer, "Merdeka ataoe mati!" sering kali menjadi pembenaran untuk pembunuhan yang terjadi di daerah kekuasaan Republik. Para pedagang sering kali mengalami situasi sulit ini. Di satu sisi, mereka ditekan oleh pihak Republik untuk memboikot semua ekspor ke Belanda, sementara di sisi lain polisi Belanda juga tidak mengenal ampun bagi para penyelundup yang justru menjadi tumpuan ekonomi pihak Republik. Di beberapa wilayah, istilah "kedaulatan rakyat" yang diamanatkan dalam pembukaan [[UUD 1945]] dan sering digunakan para pemuda untuk menuntut kebijakan proaktif dari para pemimpin, sering kali berakhir tidak hanya menjadi tuntutan atas komoditas gratis, tetapi juga perampokan dan pemerasan. Pedagang Tionghoa, khususnya, sering kali diminta untuk memberikan harga murah dengan ancaman pembunuhan.
 
== Upaya pertama diplomasi ==
Baris 203 ⟶ 216:
[[Berkas:RI Transfer Signing.jpg|ka|254x254px|jmpl|Wakil Presiden Indonesia, [[Mohammad Hatta|Hatta]] dan Ratu Belanda, [[Juliana dari Belanda|Juliana]] menandatangani kedaulatan Indonesia di Den Haag, Belanda.]]
[[Berkas:Soevereiniteitsoverdracht Indonesie-2000px Foto Jan Zweerts.jpg|thumb|Akta Penyerahan Kedaulatan Indonesia dengan stempel agung Ratu Juliana.]]
Perkiraan yang meninggal dalam peperangan untuk kemerdekaan Indonesia dari rakyat sipil dan pejuang yang terbunuh sebanyak 97,421 hingga 100,000 korban jiwa dari pihak [[Indonesia]].<ref>{{cite web|url=https://historibersama.com/jumlah-korban-indonesia-imperial-global-forum/?lang=id|title=Jumlah Korban Indonesia – Imperial & Global Forum}}</ref> Selain itu, tentara [[Inggris]] yang berjumlah 980 diperkirakan dibunuh dan hilang di [[Jawa]] dan [[Sumatra]] antara tahun 1945-1946, kebanyakan merupakan prajurit India. Sedangkan untuk [[Belanda]] lebih dari 4000 tentaranya kehilangan nyawa mereka di [[Indonesia]]. Lebih banyak lagi tentara [[Jepang]] gugur, tentara Jepang yang meninggal dalam peperangan sebanyak 1057 jiwa, dalam faktanya hanya setengahnya yang gugur dalam peperangan, sementara yang lainnya tewas diamuk oleh rakyat Indonesia lainnya. Puluhan ribu orang [[Tionghoa]] dan masyarakat asing lainnya di bunuh atau terpaksa kehilangan tempat tinggalnya di [[Indonesia]], walaupun dalam kenyataannya masyarakat Tionghoa yang tinggal di Indonesia mendukung gerakan revolusi Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan. Selain itu, lebih dari tujuh juta jiwa mengungsi di [[Sumatra]] dan [[Jawa]].<ref>[http://docsonline.eu/doc/80 "Combination of footage and stories of Dutch war veterans.’ "Tom Verheul"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131110093537/http://docsonline.eu/doc/80 |date=2013-11-10 }}. 1995. diakses pada 10 November 2013</ref>
 
Tentara Jepang yang ikut serta dalam perang kemerdekaan ini dan tidak kembali ke Jepang bahkan setelah Indonesia merdeka, diberi penghargaan oleh pemerintah Indonesia dan juga diberikan uang pensiun. Ketika meninggal, mereka dimakamkan dalam pemakaman kenegaraan oleh militer Indonesia.
 
Gerakan revolusi nasional Indonesia ini memberikan efek langsung pada kondisi [[ekonomi]], [[sosial]] dan [[budaya]] [[Indonesia]] itu sendiri, di antaranya kekurangan bahan makanan, dan bahan bakar. Ada dua efek dalam ekonomi yang ditimbulkan oleh gerakan nasional Indonesia yang berdampak langsung dengan ekonomi [[Kerajaan Belanda]] dan [[Indonesia]], keduanya kembali untuk membangun ekonomi mereka secara berkelanjutan setelah [[Perang Dunia II]] dan gerakan revolusi Indonesia. [[Republik Indonesia]] mengatur kembali setiap hal yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia yang awalnya diblokade oleh [[Belanda]].
Baris 397 ⟶ 412:
|last = Yong Mun Cheong
|title = ''The Indonesian Revolution and the Singapore Connection, 1945–1949''
|url = https://archive.org/details/indonesianrevolu0000yong
|year = 2004
|publisher = KITLV Press