Kesultanan Pontianak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Menambah referensi penting
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(18 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ref improve|date=Maret 2014}}
{{Infobox Former Country
| native_name = '''کسلطانن قدريه ڤونتيانق'''
| conventional_long_name = Kesultanan Kadriyah Pontianak
| common_name = Kesultanan Pontianak
| image_flag = Flag_of_Pontianak_Sultanate.svg
| image_coat = Coat of Arms of the Sultanate of Pontianak (1945).svg
| symbol_type =
| image_map = Native States of West Borneo.png
| image_map_caption = Wilayah ''[[zelfbestuurZelfbestuur]]'' (Swapraja) di [[Kalimantan Barat]] dan [[Kalimantan Tengah|Tengah]], termasuk Kesultanan Pontianak, pada tahun 1941.
| capital = [[Kota Pontianak]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]] (sebagai bahasa perdagangan), {{br}}[[Bahasa Melayu Pontianak|Melayu Pontianak]] (dominan)
| religion = [[Islam]]
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| title_leader = [[Sultan]]
| leader1 = [[Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie]]
| year_leader1 = 1778-1808
| leader2 = [[Sultan Hamid II|Sultan Syarif Hamid II Alkadrie]]
| year_leader2 = 1945-1978
| leader3 = Sultan Syarif Machmud Melvin Alkadrie
| year_leader3 = 2017-Sekarang
| p1 life_span = Kerajaan Tanjungpura
| p2 event_start = Kerajaan MempawahDidirikan
| p3event_end = Bergabung dengan = Kerajaan Sukadana[[Indonesia]]
| s1 = Indonesia
| flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
| life_span =
| event_start = Didirikan
| event_end = Bergabung dengan [[Indonesia]]
| year_start = 1771
| year_end = Sekarang
| date_start =
| date_end = 1950
| event1 = Menjadi bawahan [[VOC]] kemudian [[Hindia Belanda|Belanda]]
| date_event1 = 1779
| event2 = [[Peristiwa Mandor]]
| date_event2 = 1944
| event3 = [[:en:West Borneo (Special Region)|Daerah Istimewa Kalimantan Barat]]
| date_event3 = 1947
| event4 =
| date_event4 =
| currencyp1 = Kerajaan = Tanjungpura
| footnotes p2 = Kerajaan Mempawah
| p3 = Kerajaan Sukadana
| s1 = =Republik Indonesia
| flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
| life_span s2 =
| event_startflag_s2 = Didirikan
| today = [[Kota Pontianak]], [[Kalimantan Barat]]<br>Sebagian [[Kabupaten Mempawah]], [[Kalimantan Barat]]<br>Sebagian [[Kabupaten Kubu Raya]], [[Kalimantan Barat]]
| event_end footnotes = Bergabung dengan[[Alawiyyin]] [[Suku Melayu Indonesia|Melayu]]
}}
 
'''Kesultanan Kadriyah Pontianak''' adalah sebuah [[Kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang didirikan pada tahun [[1771]] oleh [[Sultan SyarifAburrahman Abdurrahman Alkadrie|Sultan Syarif Abdurrahman Ibni AlhabibBin Husein binBin Ahmad Alkadrie]], keturunan [[Rasulullah]] dari [[Husain bin Ali|Sayidina Husain]]Alkadri di daerah muara simpang tiga [[Sungai Kapuas]] kecil dan sungai landak yang termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda. Ia melakukan dua pernikahan politik di [[Kalimantan]], pertama dengan putri dari [[Kerajaan Mempawah]], Utin Chandramidi, dan kedua pada tahun 1768 dengan Ratu Syahranum ([[Ratoe Sarib Anom]]) dari [[Kesultanan Banjar]] (putri atau saudara dari [[Sunan Nata Alam|Sultan Saat/Sulaiman Saidullah 01]]), sehingga ia dianugerahi gelar Pangeran Nur Alam.<ref name="Tijdschrift 3">{{cite book
| pages= 569
| url= http://books.google.co.id/books?id=FPFAAAAAcAAJ&dq=Said%20Abd'oel%20Rahhman%20Alkadrie&pg=PA568#v=onepage&q=Said%20Abd'oel%20Rahhman%20Alkadrie&f=false
Baris 103 ⟶ 104:
=== Pendirian ===
 
Kesultanan iniPontianak didirikan olehpada [[Sultantanggal Syarif23 AbdurrahmanOktober Alkadrie1771.<ref>{{Cite book|Syariflast=Nurcahyani, AbdurrahmanL., Alkadrie]]Sulistyorini, P., dan Hasanudin|date=1999|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/13656/1/Kota%20pontianak%20sebagai%20bandar%20dagang%20di%20jalur%20sutra.PDF|title=Kota Pontianak sebagai Bandar Dagang di Jalur Sutra|location=Jakarta|publisher=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|isbn=979-9335-06-X|editor-last=Kuswiah|editor-first=Wiwi|pages=11|url-status=live}}</ref> Pendirinya adalah seorang putra ulama keturunan [[Arab]] [[HadramautSaudi|Arab]] dari [[Kerajaan Mempawah]], padayang hari Rabu,bernama [[23Sultan Oktober]]Syarif [[1771]]Abdurrahman (14Alkadrie|Syarif RajabAbdurrahman 1185Alkadrie]]. H)Pendirian yangKesultanan Pontianak ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun [[1778]] (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi [[Sultan Pontianak]]. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya [[Masjid Jami Pontianak]] (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariyah yang sekarang terletak di [[Kelurahan|Kelurahan Dalam Bugis]], [[Kecamatan|Kecamatan Pontianak Timur]], [[Kota Pontianak]], [[Kalimantan Barat]].
 
=== Masa Kolonial ===
 
[[Berkas:Keraton Kadariah 01.jpg|jmpl|260px|kanan|[[Keraton Kadariah|Istana Kadriyah]] di [[Kota Pontianak|Pontianak]], istana tempat tinggal para sultan dan pusat pemerintahan Kesultanan Pontianak .]]
 
Pada tahun [[1778]], kolonialis [[Belanda]] dari [[Batavia]] memasuki [[Pontianak]] dengan dipimpin oleh Willem Ardinpalm. [[Belanda|Sultan memberikan izin kepada Belanda]] saat itu menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau ''Verkendepaal''. Palm kemudian digantikan oleh Wolter Markus Stuart yang bertindak sebagai ''Resident van Borneo’s Wester Afdeling I'' ([[1779]]-[[1784]]) dengan kedudukan di [[Pontianak]]. Semula, [[Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie]] menolak tawaran kerjasama dengan negeri asing dari [[Eropa]] itu. Namun setelah utusan itu datang untuk kedua kalinya, Syarif menerima [[Belanda]] sebagai rekan persemakmuran dengan tangan terbuka.
Baris 125 ⟶ 126:
{{utama|Peristiwa Mandor}}
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ontvangst bij de sultan van Pontianak West-Borneo TMnr 10001596.jpg|jmpl|kiri|250px|Sultan Syarif Muhammad Alkadrie dan para pejabat [[Hindia Belanda]] dan tamu undangan (sekitar tahun [[1930]]).]]
 
Era kekuasaan Sultan Syarif Muhammad redup seketika seiring kedatangan bala tentara [[Kekaisaran Jepang]] ke [[Pontianak]] pada tahun [[1942]]. Pada [[24 Januari]] [[1944]], karena dianggap memberontak dan bersekutu dengan [[Belanda]], [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] menghancurkan Kesultanan Pontianak dan beberapa kesultanan-kesultanan [[Melayu]] di [[Kalimantan Barat]].
Baris 134 ⟶ 135:
 
=== Setelah Proklamasi Kemerdekaan ===
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ide Anak Agung Gde Agung in gesprek met Sultan Hamid II van Pontianak TMnr 10018600.jpg|jmpl|250px|[[Sultan Hamid II|Sultan Syarif Hamid II Alkadrie]] dalam percakapan dengan [[Ida Anak Agung Gde Agung]], Raja [[Gianyar]] (sekitar tahun [[1949]]).]]
 
Syarif Hamid kembali ke [[Pontianak]] dan dinobatkan menjadi [[Sultan Pontianak]] ([[1945]]-[[1978]]) pada [[29 Oktober]] [[1945]] dengan gelar Sultan Syarif Hamid II, atau lebih dikenal dengan nama [[Sultan Hamid II]].
 
Baris 141 ⟶ 144:
Pada [[28 Oktober]] [[1946]], Pemerintah Sipil Hindia Belanda sebagai Dewan Borneo Barat membentuk Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan mendapat kedudukan sebagai [[Daerah Istimewa]] pada [[12 Mei]] [[1947]]. Daerah Istimewa Kalimantan Barat meliputi monarki-monarki ([[swapraja]]) di [[Kalimantan Barat]], termasuk Kesultanan Pontianak. Saat itu [[Sultan Hamid II]] ditujuk sebagai Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat. Sebelum [[5 April]] [[1950]], Daerah Istimewa Kalimantan Barat bergabung dengan [[Negara Republik Indonesia (RIS)]]. Daerahnya kemudian menjadi bagian dari Provinsi Administratif Kalimantan. Setelah pembubaran [[Republik Indonesia Serikat]] pada [[17 Agustus]] [[1950]], wilayah Kesultanan Pontianak menjadi bagian [[Provinsi Kalimantan Barat]].
 
Setelah [[Sultan Hamid II]] wafat pada [[30 Maret]] [[1978]], terjadi kekosongan jabatan sultan di keluarga Kesultanan PaontianakPontianak. Kekosongan jabatan itu bahkan berlangsung selama 25 tahun. Namun pada [[15 Januari]] [[2004]], pihak bangsawan Istana Kadriyah mengangkat Syarif Abubakar Alkadrie sebagai [[Sultan Pontianak]] ke VIII. Jauh sebelumnya, tepatnya pada [[29 Januari]] [[2001]] seorang bangsawan senior, Syarifah Khadijah Alkadrie binti Sultan Syarif Muhammad Alkadrie bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie, mengukuhkan Kerabat Muda Istana Kadriyah Kesultanan Pontianak. Kekerabatan ini bertujuan menjaga segala tradisi dan nilai budaya [[Melayu]] [[Pontianak]], termasuk menghidupkan dan melestarikannya.
 
== Daftar Sultan Pontianak ==
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De sultan van Pontianak en zijn hofhouding TMnr 60027158.jpg|250px|jmpl|Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (berdiri di tengah) bersama para kerabat istana dan tamu undangan tampak mengenakan pakian adat Jawa, di beranda [[Keraton Kadariah|Istana Kadriyah]], sekitar tahun [[1920]]-[[1940]].]]
 
[[Berkas:Souvereiniteitsoverdracht aan Indonesië in het Koninklijk Paleis op de Dam., Bestanddeelnr 903-7680.jpg|250px|jmpl|[[Sultan Hamid II|Sultan Syarif Hamid II Alkadrie]] dan [[Perdana Menteri]] [[Mohammad Hatta]] ketika menghadiri upacara pengakuan kedaulatan [[Indonesia]] di [[Istana Raja Amsterdam|Istana Dam]], [[Amsterdam]], [[Belanda]], [[27 Desember]] [[1949]].]]
 
Berikut adalah daftar para sultan yang pernah bertakhta dan memerintah Kesultanan Pontianak, sejak dilantiknya Syarif Abdurrahman Alkadrie sebagai sultan pada tahun [[1778]], masa [[VOC]], masa [[Hindia Belanda]], masa [[Pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda|Pendudukan Jepang]], hingga bergabungnya kesultanan dengan negara [[Indonesia]].
 
{| class="wikitable" border="5" cellpadding="3" style="font-size: 95%" width="500" align="center"
Baris 328 ⟶ 337:
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| SFY | | HKM | | UAL | | AFF | | MHD |y| KHD | | |F| ALI |y| KHL | | ABA | | | | |SFY=[[Abu Sufyan bin Harb|Abū Sufyān]]|HKM=[[Hakam bin Abul Ash|al-Ḥakam]]|UAL=[[Utsman bin Abul Ash|ʿUtsmān I]]|AFF=[[Affan bin Abul Ash|ʿAffān]]|MHD=1. [[Muhammad|'''MUHAMMAD''']]<ref>http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d1.htm#g1</ref><br />''([[Silsilah keluarga Muhammad|Silsilah]])''|KHD=[[Khadijah binti Khuwailid|Khadijah]]|ALI=[[Ali|Ali bin Abū Thālib]]|KHL=[[Khaulah binti Ja'far]]|ABA=[[Abdullah bin Abbas|Abdullāh bin Abbās]]}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| |!| | | |!| | | |,|-|-|-|#|-|-|-|v|-|^|-|.| | | |:| | | |!| | | | | |!| | | | | |}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| MWY | | MRN | | ZBM |y| UTS |y| RUQ | | FAT |y|~|J| | | MLI | | | | ALB | | | | |MWY=[[Muawiyah I|Muʿāwiyah I]]|MRN=[[Marwan I|Marwān I]]|UTS=[[Utsman|Utsmān bin ʿAffān]]|RUQ=[[Ruqayyah binti Muhammad|Ruqayah]]<br>(Ummu Abdillah)| ZBM=[[Zainab binti Muhammad ]]|FAT=2. [[Fatimah az-Zahra]]<ref>http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d2.htm#g2</ref>|MLI=[[Muhammad bin al-Hanafiyah]]<br>(Kaisaniyah)|ALB=[[Ali bin Abdullāh]]}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| |:|F|~|~|J| | | | | | | |,|-|-|-|v|-|-|-|v|-|^|-|.| | | |!| | | | | |!| | | | | |}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| SUF | | ZBM |y| UBK |y| UKS | | HAS | | HUS | | ZBA | | HSY | | | | MIM | | | | |SUF=''[[Kekhalifahan Umayyah|Bani Umayyah]]''| UKS=[[Ummu Kultsum binti Ali|Ummu Kultsum]]| UBK=[[Umar bin Khattab|Umar]] | ZBA=[[Zainab binti Ali| Zainab ]]| ZBM=[[Zaynab binti Madh’un|Zaynab]] |HUS=3. [[Husain bin Ali|Ḥusain]]<ref>http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d3.htm#g3</ref>|HSY=[[Abdullah bin Muhammad bin al-Hanafiyah|Abu Hasyim]] |MIM=[[Muhammad bin Ali al-Abbas|Imam Muhammad al-Kamil]]|HAS= [[Hasan bin Ali|Hasan al-Mujtaba]]<ref>https://www.royalark.net/Arabia/mecca1.htm</ref>}}
Baris 430 ⟶ 439:
{{reflist}}
 
== Pranala Luarluar ==
 
* http://www.princehamzah.jo/English/The_Hashemite_Lineage.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20051230194406/http://www.princehamzah.jo/English/The_Hashemite_Lineage.html |date=2005-12-30 }}