Kerajaan Kadiri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Syahjahaan (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(151 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{no footnotes}}
{{Short description|Javanese kingdom, ca. 1042–1222}}
{{EngvarB|date=September 2015}}
{{Use dmy dates|date=September 2015}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name =
| common_name =
| native_name = ( Pu - Chia - Lung ) <br>
Kāḍiri
| continent =
| region =
Baris 10 ⟶ 15:
| s1 = Kerajaan Tumapel
| year_start = 1042
| year_end =
| date_start =
| date_end =
Baris 20 ⟶ 25:
| event3 = [[Kakawin Bhāratayuddha]]'' selesai ditulis
| date_event3 = 1157
|
| date_event4 = 1222
| event5 = [[Pemberontakan Jayakatwang]] melawan [[Tumapel]]
| date_event5 = 1292
| event_end = [[Invasi Mongol ke Jawa|Diserbu]] oleh [[Dinasti Yuan|Mongol]] dan [[Majapahit]]
| image_flag =
| image_coat =
| symbol_type =
| image_map = {{switcher|[[Berkas:Kediri Kingdom id.svg|upright=1.24|frameless]]|
enampilkan peta 1042|[[Berkas:Southeast Asia trade route map XIIcentury.jpg|upright=1.21|frameless]]|Menampilkan peta 1178|default=1}} | map_caption = Kerajaan Janggala dan Panjalu, kemudian bersatu menjadi Kerajaan Kadiri
| capital = '''
| admin_center =
| admin_center_type =
| status = Kerajaan
| common_languages =
| government_type = [[Monarki]]
| title_leader = Maharaja/Sri
Baris 57 ⟶ 67:
| currency = Koin emas dan campuran tembaga, perak dan timah
| footnotes =
| today =
{{flag|Timor Leste}}
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
:{{arti lain|Artikel ini membahas tentang Kerajaan Kediri (Sejarah Nusantara). Lihat pula [[
'''Kerajaan Kadiri'''
== Etimologi ==
[[Berkas:Vishnu Kediri.jpg|jmpl|kiri|
Sesungguhnya kota '''[[Daha]]''' sudah ada sebelum peristiwa pembelahan kerajaan oleh [[Airlangga]]. Daha merupakan singkatan dari ''Dahanapura'', yang berarti ''kota api''. Nama ini terdapat dalam [[prasasti Pamwatan]] yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam ''[[Serat Calon Arang]]'', bahwa saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di [[Kahuripan]], melainkan telah berpindah ke [[Daha]]napura dan menyebut Airlangga sebagai raja Daha.<ref>[http://www.tourismindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=524&Itemid=33 Kediri archeological discovery offers clues on ancient kingdom] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070328004059/http://www.tourismindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=524&Itemid=33 |date=2007-03-28 }}, ''[[The Jakarta Post]]'', 24 March 2007.</ref>
<small><blockquote>... 15. Sigra datang pwa sirêng sagara Rupěk, mantas ta sira ngkana, Sang Yogîswara Mpu Baradah. Tan lingěn pwa sirêng (h)ěnu lampah Sang Mahamuni ambramaga. Sigra datang ta sirêng nagarêng Daha, panggih ta sirâtmajanira Sang Maharaja Erlanggya sědang tinangkil...</blockquote></small>
Baris 74 ⟶ 85:
=== Nama Panjalu ===
Pada mulanya, nama
Pangjalu berasal dari kata ''Jalu'' yang memiliki arti Jantan atau Pria, unsur dari [[maskulinitas]] selanjutnya diberi
=== Nama Kadiri ===
Nama
Terjemahan inskripsi: (Sri Maharaja telah kembali kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri)
Dalam [[prasasti Kamulan]] yang berangka tahun 1116 Saka (1194 M) juga menyebutkan: {{cquote|''"... tatkāla ni n kentar sangke kaḍatwan ring katang-katang deni nkin malṛ yatik kaprabhun śrī mahārāja siniwi riŋ bhūmi kaḍiri ..."''}}
Terjemahan inskripsi: (ketika meninggalkan istananya yang berada di Katang-katang sehingga tetap dapat menjalankan pemerintahan sebagai Sri Maharaja yang bertahta di Bhumi Kadiri)
Pada isi kalimat di [[prasasti Mula Malurung]]: (VII.a) yang diterbitkan oleh [[Kertanegara]] tahun (1255 M) sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnya [[Wisnuwardhana]] raja [[Singhasari]].
{{cquote|''"... 4) sira śrī kṛtānagara nāma niran inabhiśeka. pinasaṅakěn ṅkāneŋ maṇikanaka siṅhāsana. riŋ nagara daha. sinewita niŋ bhūmi kaḍiri..."''}}
Transkrip isi [[Prasasti Batur]] yang merupakan titah raja [[Hayam Wuruk]] dari masa [[Majapahit]]. {{cquote|''"2. [...] muŋ mpu kapat. śūra sapatnamarddhana. rakryan kanuruhan. mpu pakis. wairibala wirantaka. rakryan ma ri pu saṅkhya pranāśa. rakryan tumȇṅguŋ mpu nala. sāḍurakṣaṇana saḍunigramātatpara. makapuras sa jaṅgala kāḍiri. mpu mada. raṇa maddhyāryya nukula karaṇa. parasainya śirah kāpala gandopāna ma..."''}}
Pada bait kalimat [[prasasti Carama]] berupa sebuah lempeng tembaga yang berada disimpan di [[Frankfurt|Museum Arkeologi Frankfurt Jerman]], bertarikh 07 Juni 1015 M. Yang merupakan anugerah dari Sri Mahadewi yang bertakhta di Kadhiri.
{{cquote|''"...1. //O// Śwasti saka warşatita, 937, karttika masa, tithi, dwādaśi 2. Kṛṣṇapaksa, wara, ma, pa, bu, wayang, wawakaraṇa, maghanaksatra pitr 3. Dewata, kumbharaśi, irika diwaśa budyah (pu dyah) ghara manusuk darmma 4. Tani manguri, panganugrahanira paduka, śri mahadewi, siniwi ring kaḍiri, 5. Sang tita tlas, ginawayakên, lawan sawah rong têmpah sa
(F.H. van Naerssen, dlm Kartoadmodjo, S.1985:66) ..."''}}
[[Toponimi]] penyebutan wilayah Kadiri untuk pertama kali ditemukan di dalam [[prasasti Sukabumi|prasasti Harinjing B]] tahun 843 Saka (19 September 921 Masehi) yang dikeluarkan oleh raja '''[[Dyah Tulodong|Rakai Layang Dyah Tulodong]]''' dari [[kerajaan Medang]] atau [[Mataram Kuno]]. {{cquote|''"... i śrī mahārāja mijil angkȇn cetra ka tlu i sang pamgat asing juru i kaḍiri ikang ri wilang ..."''}}
Baris 92 ⟶ 110:
== Latar belakang ==
=== Runtuhnya kerajaan Medang ===
Raja kedatuan Medang yang terakhir bernama [[Dharmawangsa Teguh]] saingan berat [[kedatuan Sriwijaya]]. Pada tahun 1016, [[Haji (gelar)|Haji Wurawari]] seorang raja bawahan dari Lwaram sekitar [[Cepu]], [[Blora]] bersekutu dengan Sriwijaya untuk menyerang istana Wwatan sekarang sekitar [[Maospati, Magetan]] ibu kota dari [[kerajaan Medang]], yang pada saat itu tengah mengadakan sebuah pesta pernikahan antara putri Dharmawangsa Teguh dengan [[Airlangga]], raja Dharmawangsa Teguh sendiri tewas dalam serangan tersebut sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga bersama dengan putri Dharmawangsa berhasil lolos ditemani pembantunya [[Mpu Narotama]].
[[Airlangga]] adalah putra dari pasangan [[Mahendradatta]] saudari Dharmawangsa Teguh dengan [[Udayana]] raja dari [[kerajaan Bedahulu]], [[Bali]]. ia lolos bersama putri Dharmawangsa dengan ditemani pembantunya yang bernama [[Mpu Narotama]]. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan ''Vana giri'' sekarang [[Wonogiri]], dan selanjutnya menuju Sendang Made, [[Kudu, Jombang]].
=== Berdirinya Medang Kahuripan ===
Pada saat pelarian dan dalam masa persembunyiannya dengan kalangan pertapa, setelah melewati tiga tahun hidup di dalam hutan pada tahun 1019, [[Airlangga]] didatangi utusan rakyat
{{Quote box|quote= 15. Kemudian dalam tahun penting yaitu 941 tahun saka, tanggal 13 paro terang, bulan magha, pada hari kamis menghadaplah para abdi dan para Brahmana terpandang kepada raja di raja Erlangga, menunduk hormat disertai harapan tulus. Mereka dengan penuh ketulusan mengajukan permohonan kepadanya:
Ibu kota baru bernama ''Watan Mas'' terletak di dekat sekitar [[Gunung Penanggungan]]. Pada mulanya wilayah kerajaan yang diperintah Airlangga hanya meliputi daerah Gunung Penanggungan dan sekitarnya, karena banyak daerah-daerah bawahan kerajaan Medang yang membebaskan diri setelah keruntuhannya. Baru setelah [[Sriwijaya|kedatuan Sriwijaya]] dikalahkan [[Rajendra Chola|Rajendra Coladewa]], raja Colamandala dari [[kerajaan Chola]], wilayah [[Pesisir Koromandel|Coromandel]], [[India]] di tahun 1025, Airlangga baru bisa dengan leluasa membangun kembali dan menegakkan kekuasaan [[wangsa Isyana]] di tanah [[Jawa]].
Baris 104 ⟶ 122:
Tetapi satu tahun kemudian di penghujung tahun 1032 (954 Saka), dari arah utara, pasukan Airlangga bergerak ke selatan menuju wilayah Lodoyong. Dyah Tulodong berhasil dikalahkan oleh Airlangga lewat pertempuran sengit. Tidak lama kemudian Raja Wurawari musuh bebuyutannya pun dapat dihancurkannya, sekaligus membalaskan dendam Airlangga dan [[wangsa Isyana]]. Raja [[Airlangga]] juga berhasil mengalahkan raja Wijayawarmman, raja terakhir yang masih belum tunduk pada (bulan Kartika tahun 959 Saka atau 10 November 1037 Masehi).<ref>{{Cite news|url=http://situsbudaya.id/prasasti-kamalagean/|title=Prasasti Kamalagean dusun Klagen, desa Tropodo, kecamatan Krian, kabupaten Sidoarjo Jaw|date=2017-09-18|newspaper=Informasi Situs Budaya Indonesia|language=id-ID|access-date=2017-12-15}}</ref>
Sejak saat itu wilayah kerajaan Airlangga mencakup hampir seluruh [[Jawa Timur]]. Airlangga juga memperluas wilayah kerajaan hingga ke [[Jawa Tengah]]
===Ibu Kota Kahuripan===
Baris 113 ⟶ 131:
Pada tahun 1042, berdasarkan [[prasasti Pamwatan]] dan ''[[Serat Calon Arang]]'', di akhir masa pemerintahannya, Airlangga kemudian memindahkan ibukotanya ke [[Daha]], [[Kota Kediri]].
== Berdirinya kerajaan
[[File:Airlangga.jpg|thumb|150px||Arca perwujudan Airlangga sebagai [[Wisnu|Dewa Wisnu]] mengendarai [[Garuda]]. Koleksi Museum [[Trowulan]], [[Jawa Timur]].]]
=== Pembagian kerajaan oleh Airlangga ===
Di dalam [[
:<blockquote>... 1. Nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu, ...</blockquote>
:<blockquote>... 1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Airlangga kepada dua puteranya, ...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 68'').</blockquote>
Menurut [[prasasti Turun Hyang]] (1044 M)
Menurut ''Serat Calon Arang'', Airlangga kemudian bingung memilih penggantinya mengingat dirinya juga putra dari raja [[Pulau Bali|Bali]], maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama [[Mpu Bharada]] berangkat ke Bali untuk mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan [[Udayana]] digantikan putra keduanya yang bernama [[Marakata Pangkaja]] sebagai raja Bali, dan Marakata selanjutnya digantikan adiknya yaitu [[Anak Wungsu]].
Sebelum turun takhta, pada akhir November 1042, atas saran penasihat kerajaan sekaligus gurunya [[Mpu Bharada]], [[Airlangga]] terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, bagian barat yaitu wilayah Panjalu beribukota di [[Daha]] diberikan kepada [[Sri Samarawijaya]], kemudian wilayah bagian timur yaitu [[Kerajaan Janggala|Janggala]] beribukota di [[Kahuripan]] diberikan kepada [[Mapanji Garasakan]]. Batas pemisah wilayah antara keduanya dibatasi oleh gunung [[Gunung Kawi|Kawi]] dan [[sungai Brantas]].
Baris 141 ⟶ 160:
| height = <!-- Image 1 -->
| image1 = Museum für Indische Kunst Dahlem Berlin Mai 2006 040.jpg
| caption1 = Arca [[Buddha]] Vajrasattva zaman Kadiri, abad X/XI, koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, [[Jerman]]
| width1 = 127
| height1 = <!-- Image 2 -->
| image2 = Candi
| caption2 = [[Candi Penataran]] merupakan candi yang berumur empat abad karena dibangun dan dikembangkan oleh beberapa kerajaan sekaligus, mulai dari Kerajaan [[Kediri]] hingga [[Majapahit]]
| width2 = 160
| height2 = <!-- Image 3 -->
| image3 = 爪哇諫義里國王子皮影戲偶.jpg
| caption3 = [[Wayang Kulit]] wayang panji brajanata―pangeran Kerajaan Kadiri
| width3 = 136
| height3 =
Baris 161 ⟶ 180:
}}
Di masa-masa awal kerajaan Kadiri setelah peristiwa pembelahan tidak banyak diketahui, masa pemerintahan [[Sri Samarawijaya]] dianggap sebagai masa kegelapan karena belum ditemukan prasasti yang dikeluarkannya secara mandiri. Menurut [[prasasti Turun Hyang]] berangka tahun 1044 yang diterbitkan oleh [[kerajaan Janggala]], hanya memberitakan adanya indikasi terjadi perang saudara diantara kedua kerajaan sepeninggal raja [[Airlangga]]. Sejarah dari kerajaan Kadiri mulai dapat diketahui dengan adanya [[prasasti Mataji]], dikeluarkan oleh seorang raja bernama [[Sri Jitendrakara|Sri Jitendra Kara]] yang berkuasa antara (1051-1112)
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya
Di dalam [[prasasti Jaring]] dari masa pemerintahan [[Sri Gandra]] untuk pertama kalinya memuat nama-nama hewan yang dipakai sebagai nama depan para pejabat kerajaan,<ref>https://www.kedirikota.go.id/p/dalamberita/6351/silsilah-raja-raja-kerajaan-kediri-dan-asal-usulnya</ref> misalnya Menjangan Puguh, Lembu Agra, Kebo Waruga, Kebo Salawak, Tikus Jinada, Macan Kuning, Gajah Kuning, Macan Putih dan sebagainya. Nama kepangkatan [[menjangan]], [[lembu]], [[kerbau|kebo]], [[macan]], [[gajah]], [[tikus]] bisa menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana. Nama-nama binatang untuk kepangkatan istana juga masih terus berlanjut di masa kerajaan [[Singhasari]] dan [[Majapahit]] setelah Kadiri runtuh. Penamaan diri dengan binatang pada masa [[Jawa Kuno]] karena hewan tertentu dihargai dan dianggap memiliki peran penting dalam kebudayaan masyarakat pendukungnya sehingga mempunyai tempat istimewa di hati penggunanya, dan merupakan salah satu bentuk perwujudan apresiasi budaya masyarakat Jawa Kuno akan alam sekitar.
Adapun isi prasasti Jaring berupa pengabulan permohonan penduduk desa Jaring oleh Sri Gandra melalui ''Senapati Sarwwajala'' yang dapat disamakan dengan [[laksamana]] atau [[panglima]] [[angkatan laut]]. Adanya penyebutan jabatan itu, maka besar kemungkinan kerajaan Kediri telah mempunyai angkatan laut yang kuat dan menunjukkan kemajuan Kediri dalam bidang [[maritim]]. Sehingga dapat diketahui bahwa pada masa raja Sri Gandra, pejabat kemiliteran mengalami perluasan peran tidak hanya sebatas menangani urusan perang atau kemiliteran, tetapi juga urusan sipil masyarakat.
=== Perkembangan agama ===
Corak keagamaan pada masa Kadiri dapat dilihat dari tinggalan [[arkeologis]] yang ditemukan di daerah [[Kediri]]. [[Candi Gurah]] dan [[Situs Tondowongso|Candi Tondowongso]] menunjukkan latar belakang agama [[Hindu]] khususnya [[Siwa]] berdasarkan dari berbagai arcanya yang ditemukan. [[Candi Kepung Petirtaan]] yang dilihat adalah bersifat Hindu karena tidak terlihat adanya unsur [[Buddhisme|Buddha]] pada struktur arsitekturnya, sedangkan di [[Situs Adan-Adan|situs Adan-adan]] terdapat penemuan antara lain arca [[Amitabha|Dhyanibuddha Amitabha]], fragmen lapik arca, dan kepala arca [[Bodhisatwa]]. Temuan tersebut menandakan bahwa peninggalan situs Adan-adan ini termasuk peninggalan Buddha aliran [[Buddha Mahayana|Mahayana]].
Beberapa prasasti menyebutkan nama ''abhiseka'' atau nama
=== Pengaruh dalam budaya ===
Baris 186 ⟶ 200:
[[Cerita Panji]] mengalami perkembangan pesat dan tersebar luas pada zaman [[Majapahit]]. Cerita Panji menggambarkan kisah percintaan dan peperangan dari dua kerajaan, yaitu [[Jenggala]] dan Panjalu.
Cerita Panji dengan tokoh sentral Inu Kertapati dan Galuh Chandrakirana memiliki banyak versi dan tersebar hingga ke wilayah [[Asia Tenggara]]. Selain [[Jawa]], [[Bali]], [[Kalimantan]], dan [[Sumatera]], kisah Panji juga menyebar hingga ke [[Thailand]], [[Kamboja]], [[Laos]], [[Filipina]], [[Malaysia]], [[Vietnam]] dan [[Myanmar]].<ref>https://www.museumnasional.or.id/panji-cerita-asli-indonesia-1836</ref> Tokoh Raden Inu Kertapati diadaptasi dalam karya sastra dan drama tari dengan nama yang bervariasi, seperti ''Inao/อิเหนา'' (Siam), ''Inav/Eynao'' (Khmer), atau ''E-naung'' (Birma), sementara Dewi Sekartaji dikenal sebagai Bussaba/Bessaba. Di Sulawesi, ada cerita panji yang ditulis dalam [[bahasa Makassar]], yang disebut ''Hikayat Cekele'' (Bahasa Melayu: ''Cekel'').<ref>Dr. Cense (1889). ''Band. Tijdschr. V. Ind. Taal, Land-en Volkenkunde 32'', h. 424; Poerbatjaraka (1968). ''Tjerita Pandji dalam Perbandingan''. h. 410; Nugroho, Irawan Djoko (2011). ''Majapahit Peradaban Maritim''. h. 42 dan 355.</ref>
[[File:KITLV 87724 - Isidore van Kinsbergen - Rock inscription on the Dijeng plateau - Before 1900.tif||thumb|right|185px|Prasasti Dieng VIII bentuk aksara kuadrat yang terpahat di dinding tebing di [[Dataran Tinggi Dieng]]]]
Pada era Panjalu atau sering disebut dengan Kadiri, penanggalan dalam prasasti terbilang lengkap. Menurut [[Johannes Gijsbertus de Casparis|de Casparis]] , prasasti masa Kadiri umumnya mempunyai 14 hingga 15 unsur dalam penanggalan, berupa tahun (warsa), bulan (masa), paksa, tithi, minggu, planet, naksatra, dewata, yoga, wuku, karana, mandala, parwesa, rasi. Unsur-unsur penanggalan tersebut menunjukkan kemajuan pengetahuan leluhur terkait ilmu astronomi tradisional. Pengetahuan akan waktu ditandai juga dengan bintang, planet, rasi dan elemen langit lainnya.
Pada masa Kediri dikenali memiliki gaya penulisan aksaranya yang disebut dengan huruf ''"[[Kadiri Kwadrat]]"'' (Kadiri Block Letter) atau aksara kuadrat yaitu [[aksara Kawi]] yang ditulis besar dan tebal serta memiliki ciri khas penulisannya tersendiri yang menonjol dan umumnya menyerupai bidang persegi empat atau [[bujursangkar]] dengan gaya timbul. Karena bentuknya yang persegi empat ini maka dinamakan dengan aksara kwadrat, adalah merupakan huruf spesifik yang hanya berasal dari "Masa Kadiri" dan tidak terdapat pada masa-masa Jawa Kuno lainnya. Hurufnya yang ditonjolkan keluar, mirip pahatan [[relief]]. dan berhias ornamentasi [[flora]] dan lainnya. Menjadikan aksara Kadiri kwadrat selain indah juga menunjukkan identitas budaya dari masa kerajaan Kediri. Pada masa kejayaan kerajaan Kadiri, aksara kwadrat juga berfungsi menunjukkan pengaruh pada daerah-daerah di sekitarnya. Persebaran aksara Kadiri kwadrat meliputi Wilayah [[Jawa Timur]], [[Jawa Tengah]] (tebing batu di Dataran Tinggi Dieng), [[Bali]] bahkan juga diketemukan di [[Candi Muaro Jambi]] di [[Sumatera]].
=== Hubungan dengan Bali ===
Sejak pernikahan antara [[Udayana|Dharma Udayana Warmadewa]] dengan [[Mahendradatta]] yang kemudian melahirkan [[Airlangga]] terlihat juga perkawinan peradaban antara kebudayaan [[Jawa Timur]] dan [[Bali]], terjadi penguatan-penguatan peradaban dan menghasilkan beberapa perubahan yang mengarah terjadinya integrasi budaya [[Hindu]] Jawa di Bali. sekaligus tercapainya puncak kebudayaan Jawa-Bali Hindu di Bali terutama pada masa kekuasaan Raja Udayana ini Tampak terjadi penguatan penggunaan [[Bahasa Jawa Kuno]] yang di Bali disebut sebagai Bahasa Kawi yang tampaknya sejak saat itu semakin sering dipergunakan sebagaimana dapat dilihat dari aspek sosial budaya, hukum, pertahanan, ekonomi dan politik.
Baris 198 ⟶ 215:
== Ekonomi ==
Perekonomian kerajaan
[[File:Totok Kerot Kabupaten Kediri.jpg||thumb|right|280px|Arca [[Dwarapala]] (penjaga gerbang) Totok Kerot, Kediri]]
{{multiple image
<!-- Essential parameters -->| align = left
Baris 206 ⟶ 224:
| image1 = KITLV 151388 - Isidore van Kinsbergen - Ganesha and a fragment of a temple at the residency in Kediri - 1866-12-1867-01.tif
| caption1 = Arca Ganesha dan pecahan candi di [[Karesidenan Kediri]] tahun 1866-1867
| width1 =
| height1 = <!-- Image 2 -->
| image2 = Candi Di Situs Tondowongso Kediri.JPG
| caption2 = Situs Tondowongso di [[Kediri]] tahun 2007
| width2 =
| height2 = <!-- Image 3 -->
}}
Menurut sumber berita dari Tiongkok, pekerjaan utama orang Panjalu berkisar pada pertanian (bercocok tanam padi), peternakan (sapi, babi hutan, unggas), dan perdagangan [[rempah-rempah]]. [[Daha]], ibu kota Kerajaan Panjalu, terletak di pedalaman, dekat lembah [[sungai Brantas]] yang subur. Dari masa pemerintahan kerajaan sebelumnya [[Kahuripan]], Panjalu mewarisi sistem irigasi, termasuk bendungan ''Waringin Sapta''. Perekonomian Panjalu sebagian [[monetisasi|dimonetisasi]], dengan koin emas dan perak yang dikeluarkan oleh istana. Pada periode-periode selanjutnya, perekonomian Kadiri tumbuh dengan lebih bertumpu pada perdagangan, khususnya perdagangan rempah-rempah. Hal ini dihasilkan dari pengembangan [[angkatan laut]] Kediri, memberi mereka kesempatan untuk mengontrol jalur perdagangan rempah-rempah ke pulau-pulau timur. Panjalu mengumpulkan rempah-rempah dari [[anak sungai]] di [[Kalimantan]] bagian selatan dan Kepulauan [[Maluku]]. Orang [[India]] dan [[Asia Tenggara]] kemudian mengangkut [[rempah-rempah]] ke pasar [[Mediterania]] dan [[Tiongkok]] melalui Rute Rempah-rempah yang menghubungkan rantai pelabuhan dari [[Samudra Hindia]] ke Cina selatan.
Pertanian, peternakan, dan perdagangan berkembang pesat dan mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Dia melaporkan bahwa peternakan ulat [[sutera]] untuk memproduksi pakaian sutra dan katun telah diadopsi oleh orang Jawa pada waktu itu. Tidak ada hukuman fisik (penjara atau penyiksaan) bagi para penjahat. Sebaliknya, orang yang melakukan perbuatan melawan hukum terpaksa membayar denda berupa emas, kecuali pencuri dan perampok yang dieksekusi mati. Dalam adat perkawinan, keluarga mempelai wanita menerima mas kawin berupa emas dari mempelai pria. Alih-alih mengembangkan pengobatan medis, masyarakat Panjalu mengandalkan doa kepada [[dewa]] dan [[Buddha]]. Pada bulan ke-5 tahun ini, festival air dirayakan dengan orang-orang yang bepergian dengan perahu di sepanjang sungai untuk merayakannya. Pada bulan ke-10, festival lain diadakan di pegunungan. Orang-orang akan berkumpul di sana untuk bersenang-senang dan memainkan berbagai musik dengan instrumen seperti [[seruling]], [[gendang]], dan gambang kayu (bentuk [[gamelan]] kuno).
Baris 233 ⟶ 249:
Masih menurut ''Chou Ku-fei'' bahwa kerajaan Panjalu kekuasaannya sangat luas dan kaya raya, menurutnya di dunia saat itu ada tiga kerajaan kaya yaitu [[kekhalifahan Abbasiyah]] yang berkuasa di Arab, kerajaan [[Panjalu]] yang menguasai bagian timur Nusantara dan [[Sriwijaya]] yang menguasai bagian barat Nusantara.<ref>https://repositori.kemdikbud.go.id/18404/</ref>
[[Chau Ju-kua|Chou Ju-kua]] ({{zh|p=''Zhào Rǔguò''}}; 1170-1231) seorang pegawai resmi [[Dinasti Song]] menuliskan dalam bukunya'' [[Zhu Fan Zhi|Zhu-fan-zhi]]'' ({{zh|s=諸蕃志|w=''Chu-fan-chi''|}}) menggambarkan bahwa, di kepulauan [[Asia Tenggara]] ada dua kerajaan yang kuat dan kaya: Sriwijaya dan Jawa (Panjalu). Di Jawa ia menemukan bahwa orang-orang menganut dua agama, [[Buddhisme|Buddha]] dan agama Brahmana ([[Hindu]]). Orang Jawa adalah pemberani dan pemarah, mereka berani untuk melawan. Waktu luangnya dipergunakan untuk mengadu binatang, hiburan favoritnya adalah [[sabung ayam]] dan adu babi. Mata uangnya dibuat dari campuran [[tembaga]], [[perak]] dan [[timah]].
Dalam kitab Chu-fan-chi menyebut bahwa maharaja Jawa mempunyai wilayah jajahan: Pai-hua-yuan ([[Pacitan]]), Ma-tung ([[Medang]]), Ta-pen (Tumapel, sekarang [[Kabupaten Malang|Malang]]), Hi-ning ([[Dataran Tinggi Dieng|Dieng]]), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang [[Surabaya]]), Tung- ki (Jenggi, [[Papua Barat]]), Tak-kang ([[Sumba]]), Huang-ma-chu ([[Papua|Papua Barat Daya]]), Ma-li ([[Bali]]), Kulun (Gurun, diidentifikasi sebagai Gorong atau [[Kabupaten Sorong|Sorong]] di Papua Barat atau sebuah pulau di [[Nusa Tenggara]]{{Fact|tanggal=Januari 2023}}), Tan-jung-wu-lo ([[Kalimantan Barat|Tanjungpura]] di Kalimantan), Ti-wu ([[Timor]]), Pingya-i ([[Kabupaten Banggai|Banggai]] di Sulawesi), dan Wu-nu-ku ([[Kepulauan Maluku|Maluku]]).<ref>{{cite book |author=Soekmono |first=R. |url=http://staffnew.uny.ac.id/staff/131782844 |title=''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed. |publisher=Penerbit Kanisius |year=1988 |location=Yogyakarta |page=60 |language=indonesian |orig-date=Originally printed in 1973}}</ref><ref>Friedrich Hirth & W.W.Rockhill, 1911, ''Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi, St Petersburg.</ref><ref>{{cite book|last=Hirth|first=F.|year=1911|title=Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi|publisher=St Petersburg|authorlink=|coauthors=Rockhill, W.W.}}.</ref><ref name="Muljana2">{{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2006|title=Sriwijaya|url=https://archive.org/details/Sriwijaya|location=|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|editor=F.W. Stapel|pages=|id=ISBN 978-979-8451-62-1|authorlink=Slamet Muljana}}</ref><ref name="Soekmono2">{{cite book|last=Soekmono|first=R.|year=2002|title=Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2|publisher=Kanisius|id=ISBN 979-413-290-X|authorlink=Soekmono}}</ref>
Mengenai Sriwijaya, Chou-Ju-kua melaporkan bahwa Kien-pi (''[[Pulau Kampai|Kampe]]'', di Sumatera bagian utara) dengan pemberontakan bersenjatanya telah membebaskan diri dari pengaruh Sriwijaya, dan menobatkan raja mereka sendiri. Nasib yang sama menimpa beberapa koloni Sriwijaya di Semenanjung Malaya yang membebaskan diri dari dominasi Sriwijaya. Namun Sriwijaya masih negara terkuat dan terkaya di bagian barat Nusantara. Koloni Sriwijaya adalah: Pong-fong ([[Pahang]]), Tong-ya-nong ([[Trengganu]]), Ling-ya-ssi-kia ([[Langkasuka]]), Kilan-tan ([[Kelantan]]), Fo-lo-an, Ji-lo-t'ing ([[Penang|Jelutong]]), Ts'ien-mai (?), Pa-t'a ([[Kuala Paka|Paka]]), Tan-ma -ling ([[Tambralinga]], Ligor atau [[Nakhon Si Thammarat]]), Kia-lo-hi ([[Grahi]], bagian utara Semenanjung Malaya), Pa-lin-fong ([[Palembang]] ), Sin-t'o ([[Kerajaan Sunda|Sunda]]), Lan-wu-li (Lamuri di [[Aceh]]), dan Si-lan. Menurut sumber ini, pada awal abad ke-13 Sriwijaya masih menguasai Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Jawa bagian barat ([[Kerajaan Sunda|Sunda]]). Mengenai Sunda, buku tersebut merinci bahwa pelabuhan Sunda (Sunda Kelapa) sangat bagus dan letaknya strategis, serta [[lada hitam]] dari Sunda termasuk yang kualitasnya terbaik. Masyarakatnya bekerja di bidang pertanian; rumah mereka dibangun di atas tiang kayu (rumah panggung). Namun negara itu penuh dengan perampok dan pencuri.
== Keruntuhan ==
Kerajaan
{{Main|Pemberontakan Ken Arok}}
Pada tahun [[1222]], raja [[Srengga]] atau
Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat Desa
Kitab [[
Dengan demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau [[Singhasari]]. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan Tumapel. Ken Arok mengangkat
:<blockquote>... 2. Tahun Saka Laut Manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya. Atas perintah Siwaputera,
{{Main|Pemberontakan Jayakatwang}}
{{See|Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa}}
Pada tahun 1292, raja bawahan sekaligus besan dari raja [[Kertanegara]] yaitu [[Jayakatwang]] memberontak terhadap [[Singhasari]], karena dendam masa lalu dimana [[leluhur]]nya [[Kertajaya]] dikalahkan oleh [[Ken Arok]]. Setelah berhasil membunuh Kertanagara, Jayakatwang membangun kembali kerajaan leluhurnya, yakni [[Kadiri]]. Namun hanya bertahan selama satu tahun (1292-1293) selanjutnya Jayakatwang dapat dikalahkan dan Kadiri benar-benar berakhir runtuh akibat serangan yang dilancarkan oleh pasukan gabungan dari [[Kekaisaran Mongol]] dibawah komando [[Ike Mese]] dan pasukan menantu Kertanagara, [[Raden Wijaya]] pendiri dari [[Majapahit]].
== Daftar penguasa ==
''Raja-raja Pangjalu di Bhumi Kadhiri''
{| class="wikitable sortable" border="1" width="80%"
!width="30px"|Masa pemerintahan
!width="100px"|
!width="
!width="300px"|Prasasti dan berita
|-style="background:#ccf;"
| colspan=4 valign="middle" align="center"|Airlangga saat berkedudukan di Daha, Panjalu.
|-
|align="center"|[[1042]]
|align="center"|Airlaṅga
|align="center"|''Śrī Mahārāja Rakai Halu Śrī Lokeśwara Dharmmawaṅsa Airlaṅganāntawikramottuṅgadewa''<br>('''[[Airlangga|Sri Lokeswara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[prasasti Pamwatan|Pamwatan]] (1042), [[Kakawin Nagarakretagama]] (1365) dan [[Kitab Pararaton]].
|-style="background:#ccf;"
| colspan=4 valign="middle" align="center"|Pembagian wilayah kerajaan.
|-
|align="center"|[[1042]]-[[1051]]
|align="center"|
|align="center"|''Rakryān Mahāmantri I Hino Śrī Samarawijaya Dhārmmasuparṇawāhana Têguh Uttuṅgadewa''<br>('''[[Sri Samarawijaya]]''')
|Disebutkan di prasasti [[Prasasti Pucangan|Pucangan]] (1041), [[Prasasti Pandan|Pandan]] (1042), [[Prasasti Pamwatan|Pamwatan]] (1042). Bergelar [[rakryan mahamantri|Mahamantri i Hino]] diduga adalah raja pertama Panjalu setelah pembagian wilayah kerajaan oleh [[Airlangga]] kepada kedua putranya.
|-
|align="center"|[[1051]]-[[1112]]
|align="center"|
|align="center"|''Śrī Mahārājyitêndrakara Pāladewa Wuryyawīryya Parākrama Bhakta''<br>('''[[Sri Jitendrakara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Mataji|Mataji]] (1051).
|-
|align="center"|[[1112]]-[[1135]]
|align="center"|
|align="center"|''Śrī Mahārāja Rakai Sirikan Śrī Bāmeśwara Sakalabhuwaṇa Tuṣṭikāraṇa Sarwwāniwāryyawīryya Parākrama Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Sri Bameswara]]''')
|prasasti Tapan, prasasti Tiru Kidul, prasasti Karanggayam (1112), [[prasasti Padlegan]] (1117), [[prasasti Panumbangan]] (1120), [[prasasti Geneng]] (1128), [[prasasti Candi Tuban]] (1129), [[prasasti Tangkilan]] (1130), [[prasasti Sukorejo]] (1131), [[prasasti Besole]] (1132), [[prasasti Pagiliran]] (1134), [[prasasti Karangrejo]] (1134), [[prasasti Bameswara]] (1135).
|-
|align="center"|[[1135]]-[[1159]]
|align="center"|Jayabhaya
|align="center"|''Śrī Mahārāja Sang Mapañji Jayabhaya Śrī Warmmeśwara Madhusudanāwatārānindita Suhṛtsingha Parākrama Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Jayabaya|Sri Warmmeswara]]''')
|Disebutkan dalam [[Kakawin Bhāratayuddha]], prasasti [[Prasasti Hantang|Hantang]] (1135), [[Prasasti Talan|Talan]] (1136) dan [[Prasasti Jepun|Jepun]] (1144). [[Janggala]] ditaklukkan dan kembali bersatu dengan Panjalu.
|-
|align="center"|[[1159]]-[[1169]]
|align="center"|
|align="center"|''Śrī Mahārāja Rakai Sirikan Śrī Sarweśwara Janardanawatāra Wijayā Agrajaśāmā Śiṇghadāṇi Wāryyawiryya Parākrama Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Sri Sarweswara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Padlegan II|Padlegan II]] (1159), [[Prasasti Kahyunan|Kahyunan]] (1161) dan [[Prasasti Wajak 1]] (1164).
|-
|align="center"|[[1169]]-[[1180]]
|align="center"|
|align="center"|''Śrī Mahārāja Rakai Hino Śrī Aryyeśwara Madhusudanāwatārārijayamukha Sakalabhuwaṇa Tuṣṭikāraṇaniwāryyawīryya Parâkramottunggadewanāma''<br>('''[[Sri Aryeswara|Sri Aryyeswara]]''')
||Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Mleri|Mleri]] (1169) dan [[Prasasti Angin|Angin]] (1171).
|-
|align="center"|[[1180]]-[[1182]]
|align="center"|Kroñcāryadipa
|align="center"|''Śrī Mahārāja Śrī Kroñcāryadipa Haṇḍabhuwanamalaka Parākramanindita Digjayottunggadewanāma Śrī Gandra''<br>('''[[Sri Gandra]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Manggar|Manggar]] (1180) dan [[Prasasti Jaring|Jaring]] (1181).
|-
|align="center"|[[1182]]-[[1194]]
|align="center"|
|align="center"|''Pāduka Śri Mahārāja Śri Kāmeśwara Triwikramāwatāra Aniwāryyawiryya Parākrama Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Kamesywara|Sri Kameswara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Semanding|Semanding]] (1182) dan [[Prasasti Ceker|Ceker]] (1185).
|-
|align="center"|[[1194]]-[[1222]]
|align="center"|Kṛtajaya/Śṛṅga
|align="center"|''Pāduka Śrī Mahārāja Śrī Sarwweśwara Triwikramāwatārānindita Parākrama Śṛṅgalāncana Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Kertajaya|Sri Sarwweswara ]]''')
|Disebutkan dalam [[prasasti Sapu Angin]] (1190), [[prasasti Kamulan]] (1194), [[prasasti Palah]] (1197), [[prasasti Subhasita]]/Mleri II (1198), [[prasasti Galunggung]] (1201), [[prasasti Biri]] (1202), [[prasasti Tuliskriyo]] (1202), [[prasasti Sumberingin Kidul|prasasti Sumberingin]] (1204), [[prasasti Lawadan]] (1205), [[prasasti Cemandi]] (1205), [[prasasti Merjosari]] (1216), [[Nagarakretagama]] (1365) dan [[Pararaton]]. Gugur tahun 1144 Saka (1222).
|-
|-style="background:#ccf;"
| colspan=
|-
|align="center"|[[1292]]-[[1293]]
|align="center"|
|align="center"|''Śrī Jayakatyêng''<br>('''[[Jayakatwang]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[prasasti Mula Malurung|Mula Malurung]] (1255), [[prasasti Kudadu|Kudadu]] (1294), [[Kakawin Nagarakretagama]] (1365) dan [[Kitab Pararaton]].
|}
==
{| class="wikitable sortable" border="1"
|-
!width="100"|Candi
!width="100"|Prasasti
!width="100"|Situs Cagar Budaya
!width="100"|Karya Sastra
|-
| <gallery mode="packed" widths="80" heights="80">
File:RA 34200116.JPG|[[Candi Penataran]], Candi termegah dan terluas di [[Jawa Timur]] ini terletak di lereng barat daya [[Gunung Kelud]], di sebelah utara [[Blitar]], dibangun pada masa Raja Srengga atau [[Kertajaya]].
Berkas:RA 3540032.JPG|[[Candi Dorok]], terletak di [[Manggis, Puncu, Kediri]].
</gallery>
*[[Candi Kepung Petirtaan]], terletak di [[Kepung, Kediri]].
*[[Candi Gurah]], terletak di [[Gurah, Kediri]].
*[[Candi Tunglur]], terletak di Desa Tunglur, [[Badas, Kediri]].
*[[Candi Klotok]], terletak di area [[Gunung Klotok]], [[Mojoroto, Kediri]].
*[[Candi Brongkah]], terletak di [[Pogalan, Trenggalek]].
*[[Candi Sadon]], terletak di [[Panekan, Magetan]].
|
*[[Prasasti Mataji]], (1051 M)
*[[Prasasti Congapan]], (1088 M) [[Karangbayat, Sumberbaru, Jember]],
*[[Prasasti Pupus]], ([[tinulad]]) Pojok, Semarang, Jawa Tengah (1100 M)
*[[Prasasti Tiru Kidul]], [[Tiru Kidul, Gurah, Kediri]],
*[[Prasasti Tapan]], [[Tapan, Kedungwaru, Tulungagung]],
*[[Prasasti Bulugledeg]], [[Bendo, Magetan]],
*[[Prasasti Karanggayam]], (1112 M)
*[[Prasasti Padlegan]], (1117 M)
*[[Prasasti Panumbangan]], (1120 M)
*[[Prasasti Geneng]], (1128 M)
*[[Prasasti Candi Tuban]], (1129 M)
*[[Prasasti Tangkilan]], (1130 M)
*[[Prasasti Sukorejo]], [[Puhpelem, Wonogiri]] (1131 M)
*[[Prasasti Besole]], (1132 M)
*[[Prasasti Pagiliran]], (1134 M) Talun, Blitar
*[[Prasasti Karangrejo]], (1134 M)
*[[Prasasti Bameswara]], (1135 M)
*[[Prasasti Hantang]], (1135 M) Malang
*[[Prasasti Talan]], (1136 M)
*[[Prasasti Jepun]], (1144 M)
*[[Prasasti Padlegan II]], (1159 M)
*[[Prasasti Kahyunan]], (1161 M)
*[[Prasasti Wajak 1]], (1164 M)
*[[Prasasti Mleri]], (1169 M)
*[[Prasasti Angin]], (1171 M)
*[[Prasasti Manggar]], (1180 M)
*[[Prasasti Jaring]], (1181 M)
*[[Prasasti Semanding]], (1182 M)
*[[Prasasti Ceker]], (1185 M)
*[[Prasasti Sapu Angin]], (1190 M)
*[[Prasasti Kamulan]], (1194 M)
*[[Prasasti Palah]], (1197 M)
*[[Prasasti Pamotoh]], (1198 M)
*[[Prasasti Subhasita]]/Mleri II, (1198 M)
*[[Prasasti Galunggung]], (1201 M)
*[[Prasasti Biri]], (1202 M)
*[[Prasasti Tuliskriyo]], (1202 M)
*[[Prasasti Sumberingin]], (1204 M)
*[[Prasasti Lawadan]], (1205 M)
*[[Prasasti Cemandi]], (1205 M)
*[[Prasasti Dieng VIII]], (1208 M)
*[[Prasasti Merjosari]], (1216 M)
*[[Prasasti Sawahan]], [[Sidorejo, Kauman, Tulungagung|Sidorejo]], [[Tulungagung]].
|
*[[Gua Selomangleng]], terletak di [[Mojoroto, Kediri]].
*Arca [[Dwarapala]] [[Arca Totok Kerot|Totok Kerot]], di [[Pagu, Kediri]].
*Arca [[Batara Kala|Kepala Kala Pentul]], di [[Ngasem, Kediri]].
*[[Situs Sebanen]], [[Nambaan, Ngasem, Kediri]], merupakan kumpulan artifak-artifak penyusun sebuah candi.
*[[Situs Arca Warak]], diperkirakan dari masa Kediri atau Singasari terletak di [[Nglegok, Blitar]].
*[[Situs Grogol]] berada di sekitar [[Bandar Udara Internasional Dhoho|Bandara Dhoho, Kediri]], diduga bangunan [[petirtaan]], ukuran dan struktur batu bata serupa pernah dijumpai pada masa Kediri dan era Majapahit.
*[[Situs Tondowongso]], [[Gayam, Gurah, Kediri]], ditemukan pada awal tahun 2007 diyakini sebagai peninggalan dari kerajaan Kadiri.
*[[Situs Adan-Adan]], terletak di desa [[Adan-adan, Gurah, Kediri]]. Yang memiliki bermacam temuan benda-benda bersejarah seperti batuan fondasi [[candi]], [[makara]], sistem pertirtaan (pengairan) diduga [[embung]], pecahan [[keramik]] dan beberapa [[arca]] peninggalan era kerajaan Panjalu dan Tumapel.
|
*[[Kakawin Kresnayana]] ditulis oleh [[Mpu Triguna]].
*[[Kakawin Bharatayuddha]] ditulis oleh [[Mpu Sedah]] dan diselesaikan oleh [[Mpu Panuluh]].
*[[Kakawin Lubdhaka]]
*[[Kakawin Wrettasañcaya]] adalah karya [[Mpu Tanakung]]. *[[Kakawin Hariwangsa]]
*[[Kakawin Bhomakawya]] *[[Kakawin Gatotkachasraya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]]. *[[Kakawin Smaradahana]] ditulis oleh [[Mpu Dharmaja]].
*[[Kakawin Sumanasantaka]] ditulis oleh [[Mpu Monaguna]].
|}
== Lihat pula ==
|