Kusumah Atmaja: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
satu cukup (creator/artist/age) | t=951 su=94 in=147 at=94 -- only 213 edits left of totally 308 possible edits | edr=000-0000 ovr=010-1111 aft=000-0000 |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox judge
| honorific-prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/keagamaan/pangkat) -->
| name = Kusumah Atmaja
| name = Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja▼
| image = Kusumah Atmaja.jpg
| caption =
| order = ke-1
| office = Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
| term_start = 19 Agustus 1945
| term_end = 11 Agustus 1952
| appointer = [[Soekarno]]
| predecessor = penjabat pertama
| successor = [[Wirjono Prodjodikoro]]
| birth_date = {{birth date|1898|9|8}}
| birth_place = [[Purwakarta]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1952|8|11|1898|9|8}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| nationality = [[Indonesia]]
| spouse =
| party =
| relations =
| children =
| residence =
| alma_mater = [[Universitas
| occupation =
| profession =
| signature =
| signature_alt =
| website =
| footnotes =
| awards = [[Pahlawan nasional Indonesia]]
| honorific_prefix = [[Raden]]
}}
[[Profesor|Prof.]]
== Perjalanan ==
=== Masa muda ===
Dilahirkan di [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Jawa Barat]] pada tanggal 8 September 1898 dalam sebuah keluarga terpandang sebagai '''
Kusumah Atmadja mengawali kariernya sebagai pegawai pengadilan pada 1919. Ia diangkat sebagai pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan di [[Bogor]]. Tahun itu juga, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan hukumnya di [[Universitas Leiden]], [[Belanda]].
Baris 52 ⟶ 55:
=== Seputar kemerdekaan ===
[[Berkas:Soevereiniteitsoverdracht Indonesie-2000px Foto Jan Zweerts.jpg|jmpl|Kusumah Atmaja et al.]]
Setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal
Pada tanggal
Kusumah Atmaja pernah diminta oleh Belanda untuk memimpin Negara boneka bentukan Belanda [[Negara Pasundan]] pada tahun 1947. Tapi ia menolaknya. {{sfn|Gamal Komandoko|2006|p=177}} {{refn|group=note|name=rdkusumah|Tak hanya dari dalam negeri, Kusumah Atmadja juga harus menghadapi tantangan dari luar. Setelah menyerahnya Jepang, Belanda kembali berusaha menancapkan kakinya di bumi pertiwi. Lembaga Yudikatif pun terbelah. Sebastian Pompe dalam disertasinya yang bertajuk ''The Indonesian Supreme Court: A Study of Institutional Collapse'' menyatakan kala itu banyak hakim senior asal pribumi yang menyebrang ke kubu Belanda.
|