Kesultanan Mataram: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perubahan nama Kasultanan menjadi Kasunanan karena rajanya semua adalah Susuhunan Tag: Dikembalikan VisualEditor |
WaluyoMulyo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(56 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{about|kesultanan bersejarah di [[Pulau Jawa|Jawa]]|kegunaan lain|Mataram (disambiguasi)}}
{{Infobox country
| conventional_long_name =
| common_name = Mataram Islam
| native_name = {{nobold|{{jav|꧋ꦤꦒꦫꦶꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤꦤ꧀ꦩꦠꦫꦩ꧀}} {{small|([[bahasa Jawa|Jawa]])}}<br />{{Script/Arabic|نڮاري كسولتانن متارام}} {{small|([[abjad Pegon|Pegon]])}}}}
| religion = [[Islam]] (resmi)
| p1 = Kesultanan Pajang
| s1 =
| flag_s1 = Flag of Sunanate of Surakarta.svg
| s2 = Kesultanan Yogyakarta
| flag_s2 =
| s3 = Vereenigde Oostindische Compagnie di Nusantara{{!}}VOC
| flag_s3 = Flag of the Dutch East India Company.svg
| year_start = 1586{{ref|est|1}}
| year_end = 1755
| sovereignty_type =
| sovereignty_note =
| date_start =
| date_end = 13 Februari
Baris 25:
| national_motto =
| image_map = {{switcher|[[Berkas:Mataram Sultanate in Sultan Agung Reign id.svg|upright=1.24|frameless]]|Menampilkan peta 1613|[[Berkas:Jawa Setelah Perjanjian Giyanti.png|upright=1.21|frameless]]|Menampilkan peta 1757|default=1}}
| map_caption = Peta wilayah
| capital = [[
| admin_center =
| admin_center_type =
Baris 36:
| demonym = Matawis
| government_type = Monarki
| title_leader = [[
| leader1 = [[Panembahan Senapati|Senapati]]
| year_leader1 = 1586-1601
| leader2 = [[
| year_leader2 =
| leader3 = [[
| year_leader3 =
| leader4 = [[
| year_leader4 =
| leader5 = [[
| year_leader5 =
| leader6 = [[
| year_leader6 =
| currency = ''derham jawi'' dan ''dinar''<ref>{{cite web|url=http://help.kintamoney.com/wiki/Koin_Java_Rupee_Dengan_Seijin_Susuhunan_Mataram|title=Koin Java Rupee Dengan Seijin Susuhunan Mataram|date=2011|website=kintamoney.com|access-date=19 Agustus 2020}}</ref>
| footnotes = {{note|est|1}} (1513 J/1586 M) ''Panembahan Senapati jumeneng ratu ing
| today = {{flag|Indonesia}}
| event1 = [[Penyerbuan di Batavia|Penyerbuan Batavia I]], di bawah pimpinan [[Tumenggung Bahureksa]] dan [[Pangeran Mandurareja]]
Baris 60:
| event4 = Pemberontakan [[Amangkurat V|Sunan Kuning]]
| date_event4 = 1742-1743
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''
▲Puncak kejayaannya berada di bawah pemerintahan [[Sultan Agung dari Mataram|Hanyakrakusuma]], karena Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, kerajaan yang menyatukan sebagian besar pulau [[Jawa]], yakni [[Jawa Tengah]], [[DI Yogyakarta]], sebagian besar [[Jawa Barat]] dan [[Jawa Timur]] kecuali [[Provinsi Banten|Banten]], selain itu juga menguasai daerah [[pulau Madura|Madura]], dan [[Kerajaan Tanjungpura|Sukadana]] ([[Kalimantan Barat]]), [[Makasar]], serta [[Pulau Sumatra]] ([[Palembang]] dan [[Jambi]]). Kasunanan ini terdiri dari beberapa wilayah inti mulai dari: ''kutagara'', ''nagaragung'', ''[[Mancanegara|mancanagara]]'', ''[[Pesisir|pasisiran]]'' dan sejumlah ''[[kerajaan]] [[vasal]]'', beberapa di antaranya dianeksasi ke dalam teritori Kasunanan, sedangkan sisanya diberikan beragam tingkat [[otonomi]].<ref>M.C. Ricklest. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 1200-2004.</ref>
[[Perjanjian Giyanti]] yang ditandatangani oleh [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]] dengan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] membuahkan kesepakatan bahwa
▲Kasunanan ini secara kenyataannya adalah [[negara]] [[merdeka]] yang menjalin hubungan [[perdagangan]] dengan [[Kerajaan Belanda]] ditandai dengan kedua pihak saling mengirim [[duta besar]]. Menjelang keruntuhannya, Kasunanan Mataram menjadi negara [[protektorat]] [[Kerajaan Belanda]], dengan status [[swapraja|''swapraja'']].
▲[[Perjanjian Giyanti]] membuahkan kesepakatan bahwa Kasunanan Mataram dibagi dalam dua kekuasaan, yaitu [[Kasunanan Surakarta|Nagari Kasunanan Surakarta]] dan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Nagari Kasultanan Ngayogyakarta]]. Perjanjian yang ditandatangani dan [[Ratifikasi|diratifikasi]] pada tanggal 13 Februari 1755 di [[Jantiharjo, Karanganyar, Karanganyar|Giyanti]] ini secara ''[[hukum]]'' menandai berakhirnya [[Mataram (disambiguasi)|Mataram]].<ref name="Brown63">{{harvnb|Brown|2003|loc=p. 63: "On February 13, 1755, the Treaty of Giyanti was signed, dividing what was left of the kingdom of Mataram into two parts. One part, with its capital in the city of Solo, was headed by Pakubuwana II's son, Pakubuwana III. The other part, with its capital 60 kilometres to the west of Yogyakarta, was ruled by Pakubuwana II's half-brother Mangkubumi, who took the title Sultan Hamengkubuwono I. The treaty was not immediately accepted by all parties to the dispute: fighting went on for another two years. In 1757, though, an uneasy peace settled on Java when Pakubuwana III's territory was divided, with a portion going to his cousin Mas Said, who took the title Mangkunegara I."}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.britannica.com/event/Gianti-Agreement|title=Gianti Agreement {{!}} Indonesia [1755]|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2020-01-08}}</ref>
== Etimologi ==
Baris 84 ⟶ 78:
== Sejarah ==
=== Pembentukan dan perkembangan ===
==== Adeging
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Poort van de Sultansgraven in Pasar Gedé de oude begraafplaats nabij Djokjakarta. TMnr 60004745.jpg|thumb|right|upright|[[Kutagede, Mataram|
Pada seperempat [[Abad ke 16|abad ke-16]] [[Masehi]], wilayah
Menurut catatan Jawa, raja-raja Mataram adalah keturunan dari [[Ki Ageng Sela]] (Sela adalah sebuah desa dekat [[Demak]] sekarang). Pada tahun [[1570-an]], salah satu keturunan [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Pamanahan|Kyai Gede Pamanahan]] dianugerahi kekuasaan atas tanah Mataram oleh raja [[Pajang]], [[Sultan Adiwijaya]], sebagai imbalan atas jasanya mengalahkan [[Arya Panangsang]], musuh [[Adiwijaya dari Pajang|Adiwijaya]].<ref name ="Soekmono55">{{cite book | author= Soekmono | title= Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 | publisher = Kanisius | page =55 }}</ref> Pajang terletak di [[kota Surakarta]] saat ini, dan Mataram awalnya adalah [[vasal]] dari Pajang.<ref name="Britannica">{{cite web | title = Mataram, Historical kingdom, Indonesia | publisher = Encyclopædia Britannica | url = http://www.britannica.com/EBchecked/topic/368940/Mataram | accessdate = 20 Agustus 2020}}</ref> Pamanahan sering disebut sebagai Kyai Gede Mataram. Seorang kyai adalah seorang ulama muslim yang berpendidikan tinggi dan cenderung disegani.
Sedangkan di Pajang, terjadi perebutan kekuasaan besar-besaran yang terjadi setelah [[Sultan Adiwijaya]] wafat pada tahun [[1582]]. Pewaris [[Adiwijaya dari Pajang|Adiwijaya]] adalah [[Pangeran Benawa]], digulingkan takhtanya oleh [[Arya Pangiri]] dari [[Demak]], dan disingkirkan ke [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]]. Putra [[Ki Ageng Pamanahan|Pamanahan]], [[Sutawijaya]] atau [[Panembahan Senapati]], menggantikan ayahnya sekitar tahun [[1584]], dan dia mulai melepaskan Mataram dari kekuasaan Pajang. Di bawah [[Sutawijaya]], Mataram tumbuh secara [[
==== Kebangkitan Mataram ====
[[Berkas:KITLV 3850 - Kassian Céphas - Graves of Senapati (1) Sultan Sepoeh (2), two consorts of Senapati (3, 4) and Panembahan Seda Krapjak in the tomb of Senapati and his Pasar Gede - 1896.tif|
[[Senapati dari Mataram|Sutawijaya]] menjadi pemimpin [[monarki]] dengan menyandang gelar "[[Panembahan]]" (secara harfiah berarti "orang yang dijunjung"). Dia mengungkapkan sifat pemerintahannya yang ekspansif dan mulai memproyeksasi manuver politiknya sesuai ketentuan, layanan, dan fungsi [[administrasi]] ke timur di sepanjang [[Bengawan Solo]].<ref name ="Soekmono55"/> Pada [[1590]] menaklukkan [[Madiun]], dan berbelok ke timur dari [[Madiun]] untuk menaklukkan [[Kediri]] pada tahun [[1591]] dan [[Ponorogo, Ponorogo|Ponorogo]].<ref name ="Soekmono56">{{cite book | author= Soekmono | title= Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 | publisher = Kanisius | page =56 }}</ref> Pada saat yang sama ia juga menaklukkan [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]] dan [[Jogorogo, Ngawi|Jagaraga]] (utara [[Magetan]] sekarang). Dia berhasil mencapai timur sejauh [[Pasuruan]]. Setelah berhasil menyatukan bekas wilayah Pajang, [[Panembahan Senapati]] mengalihkan perhatiannya ke Jawa bagian barat, dengan menjalin hubungan baik dengan [[Cirebon]]<ref>{{Cite book|last=Notosusanto|first=Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho|date=2008|url=https://books.google.com/books?id=J0RPEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA56&dq=%22Panembahan+Ratu%22+Benawa&hl=en|title=Sejarah Nasional Indonesia Jilid 3: Zaman Pertumbuhan & Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia|publisher=Balai Pustaka (Persero), PT|isbn=978-979-407-409-1|language=id}}</ref> dan menaklukkan [[Galuh]] pada tahun [[1595]].<ref name ="Soekmono56"/> Usahanya untuk menaklukkan [[Kesultanan Banten|Banten]] pada tahun [[1597]] gagal, dikarenakan kurangnya [[transportasi air]].<ref name ="Soekmono56"/> [[Panembahan Senapati]] wafat pada tahun [[1601]] dan dimakamkan di [[Kota Gede]], sebagai raja Jawa ia berhasil membangun fondasi negara baru yang kokoh. Penggantinya, [[Raden Mas Jolang]] atau yang kemudian bergelar sebagai [[Susuhunan]] [[Anyakrawati]].<ref name ="Soekmono56"/>
Kontak pertama antara Mataram dan [[VOC|Belanda]] ([[VOC]]) terjadi pada era [[Anyakrawati|Susuhunan Anyakrawati]]. Kegiatan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|Belanda]] pada saat itu hanya sebatas [[perdagangan]] dari [[Pemukiman|pemukiman pesisir]] utara Jawa, sehingga interaksi mereka dengan wilayah pedalaman Jawa dibatasi, meskipun dibelakang mereka membentuk [[siasat]] untuk melawan Mataram. [[Anyakrawati|Susuhunan Anyakrawati]] wafat karena kecelakaan sewaktu berburu rusa di hutan [[Krapyak]]. Dari peristiwa itu ia dikenal dengan gelar anumerta ''[[Panembahan Seda ing Krapyak]]'' (Panembahan yang wafat di Krapyak).
=== Masa
[[Berkas:Koninklijk toernooi op Java, 1676, RP-P-OB-47.468 (cropped).jpg|jmpl|Turnamen bela diri antara dua penunggang kuda bertombak di kerajaan Mataram, diadakan di alun-alun depan keraton.]]
[[Anyakrawati]] digantikan oleh putranya, [[Pangeran Martapura]]. Namun [[Martapura (disambiguasi)|Martapura]], kesehatannya buruk dan dengan cepat digantikan oleh saudaranya, [[Raden mas rangsang|Raden Mas Rangsang]] pada tahun [[1613]], yang menyandang gelar ''[[Anyakrakusuma|Susuhunan
Pada [[1641]], utusan Jawa yang dikirim [[Anyakrakusuma
Pada [[1645]] Sultan Agung mulai membangun [[Permakaman Imogiri|Imogiri]], sebagai tempat pemakaman, sekitar lima belas kilometer selatan [[Yogyakarta]]. [[Imogiri, Bantul|Imogiri]] tetap menjadi tempat peristirahatan sebagian besar keluarga [[Kesunanan
=== Masa
Sepeninggal Sultan Agung, tahta diambil alih oleh anaknya, [[Amangkurat I]]. Pusat pemerintahan dipindahkan ke [[Keraton Plered]] yang lokasinya tak jauh dari keraton sebelumnya. Di bawah kepemimpinannya, Mataram diwarnai dengan gejolak politik yang tidak stabil karena adanya tekanan dari [[VOC]], sehingga terjadi banyak pemberontakan dan perang saudara. Masa kepemimpinannya juga menjadi titik awal masa kemunduran Mataram.
Baris 112 ⟶ 107:
Sikap [[Amangkurat I]] yang cenderung lunak dan tunduk kepada [[Belanda]] memunculkan beberapa perlawanan. Salah satunya adalah pemberontakan Raden Mas Alit, adik dari [[Amangkurat I]] pada [[1678]] yang menelan ribuan korban jiwa. Raden Mas Alit pun tewas dalam pemberontakan ini.<ref name=tirto/>
Ada pula pemberontakan yang dipimpin oleh [[Raden Mas Rahmat]], anak [[Amangkurat I]] yang saat itu telah menjadi [[Adipati Anom|Pangeran Adipati Anom]] atau putra mahkota. Ia keberatan dengan pengalihan gelar yang ia sandang kepada saudaranya, yakni [[Singasari|Pangeran Singasari]]. Ia mengajak [[Trunojoyo]], putra penguasa [[Madura]], untuk melaksanakan misi tersebut pada [[1670]]. [[Trunojoyo]] menyanggupi karena ia ingin [[Madura (provinsi)|Madura]] merdeka dari penguasaan Kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan [[Amangkurat I
Disisi lain, Trunojoyo semakin kuat sehingga [[Pangeran Dipati Anom|Pangeran Adipati Anom]] terpaksa menjalin kerja sama dengan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] untuk menumpas [[Trunojoyo]] sekaligus merebut kembali takhta Mataram Islam. Kompeni bersedia membantu tapi dengan syarat. Akhirnya, Pangeran Adipati Anom diangkat menjadi penerus tahta dengan gelar [[Amangkurat II]]. Disini kembali terjadi pemindahan pusat pemerintahan, kali ini menuju ke [[Kartasura, Sukoharjo|Kartasura]] yang berada di bagian timur ibukota lama.<ref name=tirto>[https://tirto.id/sejarah-runtuhnya-kesultanan-mataram-islam-daftar-raja-raja-gabc Mengenal Sejarah Runtuhnya Kesultanan Mataram dan Daftar Raja-raja]</ref>
Baris 121 ⟶ 116:
==== Pemberontakan Sunan Kuning ====
[[Berkas:Lukisan Perang Jawa (1741-1743).jpg|jmpl|300px|Lukisan Jawa abad ke-19 menggambarkan salah satu episode Perang Jawa-Tionghoa melawan VOC (1741-1743).]]
Terjadinya peristiwa [[Geger Pacinan]] di [[Batavia]] berefek pada migrasi etnis [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] secara besar-besaran ke [[Jawa Tengah]]. Hal inilah yang kemudian mendorong pemberontakan bersama yakni [[etnis Jawa]] dan [[Tionghoa|etnis Tionghoa]] melawan para [[Kolonialisme|penjajah]] di tahun [[1740]]. Pemberontakan ini dipimpin oleh [[Amangkurat V|Sunan Kuning]] yang kelak diangkat oleh sebagian pengikutnya menjadi [[Amangkurat V
[[Pakubuwana II]] berhasil mempertahankan gelarnya dengan bantuan [[VOC]]. Namun, [[keraton Kartasura]] hancur lebur dalam penyerangan tersebut. [[VOC]] juga meminta imbalan untuk bantuan yang diberikan, dimana [[Pakubuwana II]] harus melepaskan [[Bangkalan|Madura Barat]], [[Surabaya]], [[Rembang]], [[Jepara]] dan [[Blambangan]]. Hal tersebut dituangkan dalam bentuk [[Perjanjian Mataram dan VOC tahun 1743|Perjanjian Panaraga]] pada tahun [[1743]].
Baris 128 ⟶ 124:
==== Terpecahnya Mataram ====
[[Berkas:Mataram Baru 1830.png|jmpl||250px|Peta pembagian Mataram Baru setelah [[Perang Diponegoro]] pada tahun 1830.]]▼
Situasi politik yang masih belum stabil setelah pemberontakan [[Sunan Kuning]], membuat [[Pakubuwana II]] mengumumkan sebuah sayembara untuk menumpas [[Raden Mas Said]] dan dijanjikan sebuah hadiah. Konon, saat itu [[Raden Mas Said]] adalah panglima perang yang tak terkalahkan, bahkan dijuluki [[Pangeran Sambernyawa]].
Baris 139 ⟶ 134:
Kegagalan [[VOC]] melawan pasukan [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]] menimbulkan berbagai tekanan. Akhirnya, mereka kembali memainkan intrik politik adu domba untuk memecah belah kekuatan [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]] dan [[Raden Mas Said]]. [[VOC]] berhasil menghasut [[Raden Mas Said]] melalui Tumenggung Sujanapura untuk melepaskan diri dari pasukan [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]]. Alhasil, [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]] kelak harus berjuang sendirian melawan pasukan [[VOC]], [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]], dan [[Raden Mas Said]].
▲[[Berkas:Mataram Baru 1830.png|jmpl||250px|Peta
Disisi lain, situasi perang yang kurang menguntungkan membuat [[VOC]] menawarkan perjanjian damai kepada [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]]. Maka ditandatanganilah [[Perjanjian Giyanti|Perjanjian Palihan Nagari]] yang dilakukan di [[Kerten, Laweyan, Surakarta|Dusun Kerten]], [[Jantiharjo, Karanganyar, Karanganyar|Desa Jantiharjo]], [[Kabupaten Karanganyar|Karanganyar]], [[Jawa Tengah]] pada 13 Februari 1755. Perjanjian ini menghasilkan kesepakatan damai antar kedua belah pihak serta membagi Mataram dalam dua kekuasaan wilayah, dengan Nicholas Hartingh, Gubernur Pantai Timur Laut Jawa sebagai penengah. [[Pakubuwana III]] berhak atas wilayah timur Mataram dan tetap mempertahankan [[Kasunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] dengan gelar [[Pakubuwana|Susuhunan Pakubuwana]], sedangkan [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]] berhak atas wilayah barat Mataram di seberang [[Sungai Opak]] yang kelak menjadi [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]] dengan gelar [[Hamengkubuwana|Sultan Hamengkubuwana]]. Perjanjian ini juga mengakhiri kejayaan Mataram Islam selama beberapa abad.<ref name=kompas>{{cite web|title= Hari Ini dalam Sejarah, Perjanjian Giyanti Memecah Wilayah Mataram Islam|author= Aswab Nanda Pratama|year= 2019|accessdate= 20 Januari 2021|website= Kompas.com|url= https://nasional.kompas.com/read/2019/02/13/13035281/hari-ini-dalam-sejarah-perjanjian-giyanti-memecah-wilayah-mataram-islam?page=all}}</ref>▼
Di sisi lain, situasi perang yang kurang menguntungkan membuat [[VOC]] menawarkan perjanjian damai kepada [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]]. Maka ditandatanganilah [[Perjanjian Giyanti|Perjanjian Palihan Nagari]] yang dilakukan di [[Kerten, Laweyan, Surakarta|Dusun Kerten]], [[Jantiharjo, Karanganyar, Karanganyar|Desa Jantiharjo]], [[Kabupaten Karanganyar|Karanganyar]], pada 13 Februari 1755. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh [[VOC]] yang diwakili oleh Nicolaas Hartingh, serta Pangeran Mangkubumi. Atas desakan VOC, [[Pakubuwana III]] terpaksa menyetujui perjanjian tersebut, yang kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuannya dengan Mangkubumi di daerah [[Sapen, Mojolaban, Sukoharjo|Jatisari]] yang berakhir dengan disahkannya [[Perjanjian Jatisari]], pada tanggal 15 Februari 1755.
▲
Rupanya, [[
Sekitar lima puluh empat tahun kemudian, wilayah Mataram kembali terpecah. Kali ini, kekalahan [[Yogyakarta]] dalam [[Geger Sepoy]] pada tahun 1813 membuahkan suatu keputusan yaitu diangkatnya [[Paku Alam I|Pangeran Natakusuma]]
== Struktur pemerintahan ==
Baris 159 ⟶ 158:
Kemasyhuran sultan Mataram telah dikenal sampai tanah [[Arab Saudi|Arab]] sebagai seorang pemimpin para mukmin di tanah [[Jawa]]. Sehingga penguasa [[Mekah]] waktu itu memberi gelar [[Sultan]] kepada raja Mataram. Inilah awal mula raja Mataram menggunakan gelar [[Sultan]]. Pemakaian gelar raja pada Mataram selain Sultan yaitu: [[Panembahan]], [[Susuhunan]] atau [[Sunan]].
[[Anyakrakusuma
=== Aparat birokrasi ===
Struktur birokrasi
Susuhunan atau Sultan, gelar yang digunakan untuk merujuk pada kepala negara yang sedang bertakhta (''jumeneng''). Dalam menjalankan pemerintahannya, Sultan membentuk dan menempatkan pejabat dari tingkat pusat sampai daerah berdasarkan wilayah yang sudah dibagi. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menciptakan kegiatan pemerintahan yang terkendali.
Baris 187 ⟶ 186:
# Daerah Pajang, dibagi menjadi ''Panumping'' yang meliputi daerah [[Kabupaten Sragen|Sukowati]] dan daerah ''Panekar'' yaitu daerah Pajang bagian timur.
* '''Mancagara''' (Manca Nagara) adalah wilayah di luar Nagaragung yang meliputi:
# Mancagara Wétan (Mancanegara Timur), dimulai dari Panaraga ke timur, yang meliputi Magetan, Madiun, Grobogan, Kaduwung, [[Jogorogo, Ngawi|Jagaraga]], Panaraga, Pacitan, Kediri, [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]], [[Mojoagung, Jombang|Wirasaba]], [[Kabupaten Blitar|Blitar]], [[Srengat, Blitar|Srengat]], [[Sutojayan, Blitar|Lodaya]], [[Pace, Nganjuk|Pace]], Nganjuk, [[Berbek, Nganjuk|Berbek]], Cakuwu, [[Wirosari, Grobogan|Wirasari]]
# Mancagara Kilèn (Mancanegara Barat), dimulai dari Banyumas ke barat, yang meliputi [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]], [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Kerajaan Galuh|Galuh]], [[Parahyangan|Priangan]].
* '''Pasisiran''' (Pesisir) adalah wilayah yang sebagian besar berada di pantai utara Jawa dan sebagian diantaranya diberikan otonomi tersendiri. Wilayah ini dibagi menjadi dua:
# Pasisiran Wétan (Pesisir Timur), dimulai dari Demak ke timur, yang meliputi [[Kabupaten Jepara|Jepara]], [[Kabupaten Kudus|Kudus]], [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Kabupaten Rembang|Rembang]], [[Lasem, Rembang|Lasem]], [[Kabupaten Tuban|Tuban]], [[Sidayu, Gresik|Sedayu]], [[Kabupaten Lamongan|Lamongan]], [[Kabupaten Gresik|Gresik]], Surabaya, Pasuruan, [[Tapal Kuda (kawasan)|Blambangan]]
# Pasisiran Kilèn (Pesisir Barat), dimulai dari Demak ke barat, yang meliputi Semarang, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, [[Kota Cirebon|Cirebon]], [[Kabupaten Indramayu|Indramayu]], [[Kabupaten Karawang|Karawang]]
Kedua wilayah, ''Mancagara Wétan'' dan ''Pasisiran Wétan'', biasanya disebut sebagai ''Brang Wétan''. Demikian pula untuk ''Mancagara Kilèn'' dan ''Pasisiran Kilèn'' disebut sebagai ''Brang Kilèn'' atau ''Brang Kulon''. Struktur wilayah Mataram memiliki susunan yang teratur dengan wilayah kabupaten dan jumlah cacahnya disebutkan di dalam Pustaka Rajapuwara. Di samping beberapa wilayah di atas, terdapat tanah seberang (tanah sabrang: tanah yang berada di seberang laut), seperti [[Jambi]], [[Palembang]], [[Kesultanan Banjar|Banjar]], [[Kerajaan Kotawaringin|Kotawaringin]] dan [[
=== Struktur pemerintahan ===
Struktur pemerintahan Mataram dari puncak hingga ke bawah pada dasarnya merupakan kelanjutan dari masa Majapahit. Pada puncak kekuasaan terdapat raja yang dibantu oleh birokrat istana. Di bawah raja terdapat penguasa-penguasa daerah yang disebut bupati. Cara-cara pengerahan tenaga birokrasi ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:<ref name=":0">{{Cite journal|last=Sapto|first=Ari|date=2015-12-30|title=Pelestarian Kekuasaan Pada Masa Mataram Islam: Sebha Jaminan Loyalitas Daerah Terhadap Pusat|url=http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/1531|journal=Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya|language=|volume=9|issue=2|pages=156-157|doi=10.17977/um020v9i22015p153-161|issn=2503-1147}}</ref>
Baris 215:
== Budaya ==
Meskipun kerajaan Islam, Mataram tidak pernah mengadopsi budaya, sistem, dan institusi Islam secara menyeluruh. Sistem politiknya berakar dari peradaban Jawa asli yang digabungkan dengan unsur-unsur Islam.
[[Islam]] dihadirkan di Jawa secara adaptif dengan budaya asli Jawa. Adaptasi kultural tersebut dapat diterima masyarakat Jawa, maka pribumisasi Islam dianggap berhasil karena Islam berkembang pesat di Jawa secara alamiah dan melalui proses kultural dari masyarakat Jawa itu sendiri.
Baris 222:
== Daftar penguasa Mataram ==
Para penguasa Mataram adalah keturunan dari [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Enis]] dan [[Ki Ageng Pamanahan]], perintis dan pendiri [[wangsa Mataram]] bersama tokoh dari Sela lainnya yaitu [[Ki Juru Martani]] dan [[Ki Panjawi]]. Pada dasarnya penguasa Mataram mulanya bergelar [[panembahan]] kemudian [[susuhunan]], gelar [[sultan]] baru resmi digunakan pada tahun 1641 pada masa kekuasaan [[Sultan Agung dari Mataram|
▲Para penguasa Mataram adalah keturunan dari [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Enis]] dan [[Ki Ageng Pamanahan]], perintis dan pendiri [[wangsa Mataram]] bersama tokoh dari Sela lainnya yaitu [[Ki Juru Martani]] dan [[Ki Panjawi]]. Pada dasarnya penguasa Mataram mulanya bergelar [[panembahan]] kemudian [[susuhunan]], gelar [[sultan]] baru resmi digunakan pada tahun 1641 pada masa kekuasaan [[Sultan Agung dari Mataram|Hanyakrakusuma]]. Berikut adalah daftar penguasa Mataram:
{| class="wikitable" width=75%
Baris 233 ⟶ 231:
! style="background-color:#CCCCCC" width=10%|'''Keluarga'''
|-
|align="center"|<small>Danang Sutawijaya</small><br>'''[[Panembahan Senapati|Senapati]]'''
|align="center"|?–1601
|align="center"|1586
Baris 245 ⟶ 243:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Jatmika</small><br>'''[[
|align="center"|1593–1645
|align="center"|1613
Baris 270 ⟶ 268:
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Darajat</small><br>'''[[Pakubuwana I]]'''<br>''(Sunan Ngalaga)''
|align="center"|
|align="center"|1704
|align="center"|1719
Baris 304 ⟶ 302:
== Warisan ==
Mataram adalah kerajaan Islam terbesar terakhir di Jawa sebelum terbagi menjadi [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]], [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]], [[Kadipatèn Mangkunagaran|Mangkunagaran]] dan [[Kadipaten Pakualaman|Pakualaman]]. Setelah keruntuhan Mataram pada abad berikutnya pulau Jawa dalam kolonialisme Belanda. Bagi sebagian orang Jawa,
▲Mataram adalah kerajaan Islam terbesar terakhir di Jawa sebelum terbagi menjadi [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]], [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]], [[Kadipatèn Mangkunagaran|Mangkunagaran]] dan [[Kadipaten Pakualaman|Pakualaman]]. Setelah keruntuhan Mataram pada abad berikutnya pulau Jawa dalam kolonialisme Belanda. Bagi sebagian orang Jawa, Kasunanan Mataram, khususnya era [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]], dikenang sebagai kebanggaan masa lalu yang gemilang, karena Mataram menjadi kerajaan terakhir Islam terbesar di Jawa.<ref>{{cite book|title = A History of Modern Indonesia Since C. 1200 |author =Ricklefs, M. C.|date = 2008}}</ref>
Dalam seni dan budaya,
Kini, warisan budaya
== Catur Sagotra ==
Catur Sagotra merupakan penyatuan empat entitas yang masih memiliki akar tunggal tali kekerabatan. Hal ini merujuk pada keluarga kerajaan-kerajaan penerus dinasti Mataram Islam. Kerajaan-kerajaan tersebut ialah [[Kesunanan
<!--5 berkas-->
Baris 326 ⟶ 323:
== Galeri ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size:
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights="
KITLV A642 - Poort van de begraafplaats te Kotagede bij Jogjakarta, KITLV 54354.tiff|Gapura Paduraksa sebagai pintu gerbang Masjid Gedhe Mataram.
COLLECTIE TROPENMUSEUM De ingang van het graf van Sultan Agung op de begraafplaats Imogiri TMnr 60004750.jpg|Pintu masuk makam Sultan Agung di Pajimatan Girireja Imagiri▼
KITLV 3847 - Kassian Céphas - Port for the second courtyard of the mosque at Pasar Gede - 1896.tif|Gerbang halaman kedua Masjid Gedhe Mataram.
KITLV 3846 - Kassian Céphas - First court of banyan trees at Pasar Gede - 1896.tif|Halaman di [[Pasarean Mataram]] kompleks pemakaman raja-raja Mataram.
Badplaats van de moskee te Kotagede, KITLV 40471.tiff|[[Masjid Gedhe Mataram]] adalah masjid yang awal dibangun pada masa [[Panembahan Senapati]].
COLLECTIE TROPENMUSEUM Imogiri nabij Yogyakarta de vorstelijke begraafplaats waar de familiegraven van de Midden Javaanse vorsten zijn. TMnr 60004749.jpg|[[Astana Pajimatan Himagiri]] kompleks pemakaman raja-raja Mataram.
▲COLLECTIE TROPENMUSEUM De ingang van het graf van Sultan Agung op de begraafplaats Imogiri TMnr 60004750.jpg|
Kartasura Fortress, Kartasura, Central Java 2015-07-31 01.jpg|
</gallery>
|}
== Lihat pula ==
* [[Kesunanan
* [[Kesultanan Yogyakarta]]
* [[Kadipaten Mangkunagaran]]
Baris 371 ⟶ 364:
==== Kisah Trunajaya ====
* {{Cite book|last=Andaya|first=Leonard Y.|date=2004|url=https://www.goodreads.com/book/show/5090802-warisan-arung-palakka|title=Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17|location=Makassar|publisher=Ininnawa|author-link=Leonard Andaya|url-status=live}}
==== Kemaritiman
* {{Cite book|last=Reid|first=Anthony|date=2014|title=Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin|location=Jakarta|publisher=Obor|author-link=Anthony Reid (akademisi)|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Reid|first=Anthony|date=2015|title=Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid II: Jaringan Perdagangan Global|location=Jakarta|publisher=Obor|author-link=Anthony Reid (akademisi)|url-status=live}}
▲==== Budaya Kasunanan Mataram ====
* {{Cite book|last=Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI|date=2018|url=https://an-nur.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/BUKU-ENSIKLOPEDI-ISLAM-NUSANTARA-BUDAYA-FULL.pdf|title=Ensiklopedi Islam Nusantara: Edisi Budaya|location=Jakarta|publisher=Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam|url-status=live}}
=== Laporan Penelitian ===
* Harianti, V. Indah Sri Pinasti, dan Sudrajat. (2007). [https://docplayer.info/storage/60/44484451/1651378728/Mzng2j5W4cl9wDpjkr0mqQ/44484451.pdf "Perang Tanding Adipati Jayakusuma Melawan Panembahan Senopati dalam Babad Pati"]{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} ({{small|PDF}}). Yogyakarta: [[Universitas Negeri Yogyakarta]].
|