Kekerasan terhadap perempuan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Image suggestions feature: 1 image added.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Suggested: add images to sections
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 79:
 
== Bentuk kekerasan ==
[[Berkas:Acid attack victim.jpg|jmpl|Seoarang wanita menjadi korban penyiraman asam di bagian wajahnya]]
Menurut PBB, "tidak ada wilayah, negara, dan budaya di dunia yang telah menjamin kebebasan perempuan dari kekerasan."<ref name="UN In-depth Study on all Forms of Violence Against Women3">{{cite book|last=UN|date=2006|url=http://www.un.org/womenwatch/daw/vaw/violenceagainstwomenstudydoc.pdf1|title=In-depth study on all forms of violence against women. Report of the Secretary-General.|publisher=United Nations General Assembly|id=A/61/122/Add|author-link=United Nations|access-date=2 December 2013}}</ref> Beberapa bentuk kekerasan terhadap perempuan lebih sering terjadi di beberapa bagian di dunia, terutama di [[negara berkembang]]. Sebagai contoh, ''dowry violence'' dan ''bride burning'' sering dikaitkan dengan [[India]], [[Bangladesh]], dan [[Nepal Airlines|Nepal]]. [[Pelemparan asam]] juga sering dikaitkan dengan negara-negara tersebut, dan juga dengan beberapa negara di [[Asia Tenggara]], salah satunya [[Kamboja]]. [[Pembunuhan demi kehormatan]] sering dikaitkan dengan kawasan [[Timur Tengah]] dan [[Asia Selatan]]. [[Sunat perempuan]] sering ditemukan di [[Afrika]], dan juga di Timur Tengah dan beberapa wilayah di [[Asia]] dalam jumlah yang lebih sedikit. [[Kawin tangkap|Praktik kawin tangkap]] sering ditemukan di [[Etiopia]], [[Asia Tengah]], dan [[Kaukasus]]. Kekerasan yang berkaitan dengan mahar (seperti perdagangan manusia dan kawin paksa) sering dikaitkan dengan beberapa wilayah di [[Sub-Sahara Afrika]] dan [[Oseania]] (lihat juga [[Lobolo]]).<ref>{{cite news|date=21 November 2011|via=Violence is not our Culture|title=Papua New Guinea: police cite bride price major factor in marital violence|url=http://www.violenceisnotourculture.org/News-and-Views/papua-new-guinea-police-cite-bride-price-major-factor-marital-violence|work=Island Business|archive-url=https://web.archive.org/web/20150218182845/http://www.violenceisnotourculture.org/News-and-Views/papua-new-guinea-police-cite-bride-price-major-factor-marital-violence|archive-date=18 February 2015|access-date=6 August 2014}}</ref><ref>{{cite web|date=April 2012|title=An exploratory study of bride price and domestic violence in Bundibugyo District, Uganda|url=http://www.mrc.ac.za/gender/Bridepricedomesticviolence.pdf|publisher=Centre for Human Rights Advancement (CEHURA) and [[South African Medical Research Council]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20130717105205/http://www.mrc.ac.za/gender/Bridepricedomesticviolence.pdf|archive-date=17 July 2013|access-date=6 August 2014|url-status=dead}}</ref>
 
Baris 84 ⟶ 85:
 
==== Aksi militer ====
Aksi militer menciptakan situasi yang mendukung terjadinya peningkatan kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan seksual di masa perang telah terjadi sepanjang sejarah.<ref>{{cite book|last=Washington|first=Harold C.|year=2004|title=Gender and law in the Hebrew Bible and the ancient Near East|location=London New York|publisher=T & T Clark|isbn=9780567080981|editor-last1=Matthews|editor-first1=Victor H.|page=203|chapter='Lest he die in battle and another man take her': violence and the construction of gender in the laws of Deuteronomy 20-22|editor-last2=Levinson|editor-first2=Bernard M.|editor-last3=Frymer-Kensky|editor-first3=Tikva|chapter-url=https://books.google.com/books?id=2rZnXQwPX8gC&pg=PA203}}</ref> Pemerkosaan di masa perang dilakukan oleh tentara, kombatan, atau warga sipil saat perana, konflik senjata, atau pendudukan militer terjadi. Tindakan ini berbeda dengan kekerasan seksual yang dilakukan antar tentara yang dilakukan saat bertugas di militer. Pemerkosaan di masa perang juga mencakup situasi di mana perempuan dipaksa untuk melakukan [[pelacuran]] atau menjadi budak seks oleh penguasa. Pada masa Perang Dunia II, tentara Jepang mendirikan [[bordil]] yang dipenuhi dengan "[[Ianfu]]", perempuan yang dijadikan budak seks sebagai saran pelampiasan nafsu para tentara Jepang.<ref>{{cite news|last=Benedict|first=Helen|date=14 August 2008|title=Why soldiers rape|url=http://www.inthesetimes.com/article/3848/|work=[[In These Times (publication)|In These Times]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20190518145847/http://inthesetimes.com/article/3848/|archive-date=18 May 2019|access-date=10 November 2012|url-status=dead}}</ref><ref>{{cite journal|last=Morris-Suzuki|first=Tessa|date=1 March 2007|title=Japan's 'Comfort Women': It's time for the truth (in the ordinary, everyday sense of the word)|url=http://www.japanfocus.org/-Tessa-Morris_Suzuki/2373|journal=Japan Focus (The Asia-Pacific Journal)|volume=5|issue=3|access-date=4 August 2011}}</ref> Jarang ada diskusi mengenai penyebab banyaknya terjadi pemerkosaan saat masa perang. Salah satu penjelasan yang sering muncul adalah karena laki-laki yang terlibat dalam perang memiliki "dorongan seksual" yang harus dialmpiaskandilampiaskan.<ref>{{citation|last=Inal|first=Tuba|title=Looting and Rape in Wartime|publisher=Univ Of Pennsylvania Pre|year=2016}}</ref> Contoh lain dari kekerasan terhadap perempuan akibat perang adalah peristiwa [[Kovno Ghetto]]. Tahanan Yahudi laki-laki memiliki akses ke rumah bordil di mana di dalamnya terdapat perempuan Yahudi yang dipaksa oleh tentara [[Nazisme|Nazi]] untuk "melayani" tahanan laki-laki Yahudi atau tentara Nazi sendiri.<ref>{{cite book|last=Dworkin|first=Andrea|year=2000|title=Scapegoat: the Jews, Israel, and women's liberation|location=New York|publisher=Free Press|isbn=9780684836126|editor-last=Dworkin|editor-first=Andrea|editor-link=Andrea Dworkin|page=316|chapter=Palestinians/prostituted women|author-link=Andrea Dworkin|chapter-url=https://books.google.com/books?id=Pew3_DPVfnYC&pg=PA316}}</ref>
 
== Bacaan lanjutan ==