Kota Padang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Perbaikan luas Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(68 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 18:
|image7=Sign Padang pagi.jpg
}}
|caption = Dari Atas, kiri ke kanan: Panorama Kota dari [[Taman Sitti Nurbaya]], [[Museum Adityawarman]], Tagline Padang Kota Tercinta di Puncak [[Gunung Padang]],
|dasar hukum = UU Nomor 9 Tahun 1956<ref name="UU">{{cite web|url=https://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|title=Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014|website=www.otda.kemendagri.go.id|accessdate=6 Desember 2021|archive-date=12 Juli 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190712121648/http://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|dead-url=yes}}</ref>
|tanggal = [[19 Maret]] [[1956]]<ref name="UU"/>
Baris 28:
|pushpin_map_caption = Letak Padang di [[Indonesia]]
|coordinates_region = ID
|nama_walikota = [[Andree Algamar|Andree Harmadi Algamar]] (Pj.)<ref>https://www.hariansinggalang.co.id/berita/183709/dilantik-rabu-andree-algamar-pj-walikota-padang</ref>
|nama_wakil_walikota = ''lowong''
|pemimpin = [[Hendri Septa]]▼
▲|nama sekretaris daerah = Andree Harmadi Algamar
|ketua DPRD = Syafrial Kani
|luas =
|area_rank = 9
|population_rank = 19
|penduduktahun = 30 Juni [[
|pendudukref = <ref name="DUKCAPIL"/>
|penduduk =
|kepadatan = auto
|agama = {{ublist |item_style=white-space;
|96,
|{{Tree list}}
* 2,
** 1,
** 1,
{{Tree list/end}}
|0,
|bahasa = [[bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi), [[bahasa Minang|Minang]] (utama)<ref name="BPS"/><ref name="padangkota.bps.go.id">{{cite web|url=https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kota+Padang&wid=1371000000&lang=id|last=|first=|title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kota Padang|website=www.sp2010.bps.go.id|accessdate=28 Agustus 2020|archive-date=2023-03-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20230303162109/https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kota+Padang&wid=1371000000&lang=id|dead-url=no}}</ref>
|IPM = {{increase}} 83,29 ([[2022]])<br>{{fontcolor|blue|sangat tinggi}}<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|title=Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022|website=www.bps.go.id|accessdate=3 November 2023}}</ref>
|kecamatan = 11
Baris 65 ⟶ 63:
}}
'''Kota Padang''' adalah [[kota]] terbesar di pantai barat [[Pulau Sumatra]] sekaligus [[daftar ibu kota provinsi di Indonesia|ibu kota]] [[provinsi]] [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Kota ini adalah pintu gerbang barat Indonesia dari [[Samudra Hindia]].<ref>{{Cite news|url=https://sumbar.antaranews.com/berita/149259/padang-ingin-kembalikan-kejayaan-indonesia-sebagai-penghasil-rempah|title=Padang Ingin Kembalikan Kejayaan Indonesia sebagai Penghasil Rempah|last=Sumbar|first=Antara|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=2020-06-13|date=2015-06-04|archive-date=2020-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20200613120104/https://sumbar.antaranews.com/berita/149259/padang-ingin-kembalikan-kejayaan-indonesia-sebagai-penghasil-rempah|dead-url=no}}</ref> Secara [[Geografi Kota Padang|geografi]], Padang dikelilingi perbukitan yang mencapai ketinggian 1.853 [[Meter di atas permukaan laut|mdpl]] dengan luas wilayah
[[Sejarah Kota Padang]] tidak terlepas dari peranannya sebagai [[rantau|kawasan rantau Minangkabau]], yang berawal dari perkampungan nelayan di muara [[Batang Arau]] lalu berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai setelah masuknya [[Belanda]] di bawah bendera [[Vereenigde Oostindische Compagnie]] (VOC). Hari jadi kota ditetapkan pada 7 Agustus 1669, yang merupakan hari penyerangan [[loji]] Belanda di [[Pelabuhan Muara|Muara Padang]] oleh masyarakat [[Pauh, Padang|Pauh]] dan [[Koto Tangah, Padang|Koto Tangah]]. Semasa [[penjajahan Belanda]], kota ini menjadi pusat perdagangan [[emas]], [[teh]], [[kopi]], dan [[rempah-rempah]]. Memasuki abad ke-20, ekspor [[batu bara]] dan [[semen]] mulai dilakukan melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]]. Saat ini, infrastruktur Kota Padang telah dilengkapi oleh [[Bandar Udara Internasional Minangkabau]] serta jalur [[kereta api]] yang terhubung dengan kota lain di [[Sumatera Barat]].
Baris 95 ⟶ 93:
=== Masa kolonial ===
Kehadiran bangsa asing di Kota Padang diawali dengan kunjungan pelaut Inggris pada tahun 1649.<ref>{{cite book|last=Keane|first=A.H.|title=Eastern Geography: A Geography of the Malay Peninsula, Indo-China, the Eastern Archipelago, the Philippines, and New Guinea|url=https://archive.org/details/bub_gb_3HNKAAAAYAAJ|year=1892|publisher=E. Stanford}}</ref> Kota ini kemudian mulai berkembang sejak kehadiran bangsa Belanda di bawah ''[[Vereenigde Oostindische Compagnie]]'' (VOC) pada tahun 1663, yang diiringi dengan migrasi penduduk Minangkabau dari kawasan [[luhak]].<ref name="Freek">{{cite journal|last=Colombijn|first=Freek|title=Padang|volume=13|issue=4|year=1996|doi=10.1016/0264-2751(96)00010-8 |pages=281-288| issn=0264-2751}}</ref>
Selain memiliki muara yang bagus, VOC tertarik membangun [[Pelabuhan Muara|pelabuhan]] dan permukiman baru di pesisir barat Sumatra untuk memudahkan akses perdagangan dengan kawasan pedalaman Minangkabau. Selanjutnya pada tahun 1668, VOC berhasil mengusir pengaruh Kesultanan Aceh dan menanamkan pengaruhnya di sepanjang pantai barat Sumatra, sebagaimana diketahui dari surat ''Regent'' Jacob Pits kepada [[Daftar Raja Pagaruyung|Raja Pagaruyung]] yang berisi permintaan dilakukannya hubungan dagang kembali dan mendistribusikan emas ke kota ini.<ref>NA. VOC 1277. ''Mission to Pagaruyung''. fols. 1027r-v.</ref> VOC berhasil mengembangkan Kota Padang dari perkampungan nelayan menjadi kota metropolitan pada abad ke-17.<ref>{{Cite web |url=http://lifestyle.okezone.com/read/2011/05/16/408/457626/abad-17-kota-padang-pernah-jadi-kota-metropolitan |title=Abad 17 Kota Padang Pernah Jadi Kota Metropolitan |access-date=2014-12-26 |archive-date=2014-12-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141226094047/http://lifestyle.okezone.com/read/2011/05/16/408/457626/abad-17-kota-padang-pernah-jadi-kota-metropolitan |dead-url=no }}</ref> Padang menjadi kota pelabuhan yang ramai bagi perdagangan emas, teh, kopi, dan rempah-rempah. Dalam perkembangan selanjutnya, pada 7 Agustus 1669 terjadi pergolakan masyarakat [[Pauh, Padang|Pauh]] dan [[Koto Tangah, Padang|Koto Tangah]] melawan monopoli VOC. Meski dapat diredam oleh VOC, peristiwa tersebut kemudian diabadikan sebagai tahun lahir Kota Padang.<ref name="Pemda"/>
Baris 101 ⟶ 99:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ereboog bij een brug met opschrift 'Welkom te Padang' ter gelegenheid van het bezoek van Gouverneur-Generaal Van Limburg Stirum Westkust -Sumatra. TMnr 60013113.jpg|kiri|jmpl|220px|lurus|Gerbang menyambut kedatangan [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]] [[Johan Paul van Limburg Stirum]] di Padang pada Maret 1916]]
Beberapa bangsa Eropa silih berganti mengambil alih kekuasaan di Kota Padang. Pada
[[Berkas:Coat of Arms of Padang (1926).svg|ka|jmpl|220px|lurus|Lambang Kota Padang zaman Hindia Belanda, diadopsi tahun 1926.]]
Baris 112 ⟶ 110:
Berita [[kemerdekaan Indonesia]] pada 17 Agustus 1945 baru sampai ke Kota Padang sekitar akhir bulan Agustus. Namun, pada 10 Oktober 1945 tentara [[Blok Sekutu (Perang Dunia II)|Sekutu]] telah masuk ke Kota Padang melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]], dan kemudian kota ini diduduki selama 15 bulan.<ref name="Audrey"/> Pada tanggal 9 Maret 1950, Kota Padang dikembalikan ke tangan Republik Indonesia setelah sebelumnya menjadi negara bagian [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS) melalui surat keputusan Presiden RIS nomor 111. Kemudian, berdasarkan Undang-undang Nomor 225 tahun 1948, Gubernur [[Sumatra Tengah]] waktu itu melalui surat keputusan nomor 65/GP-50, pada 15 Agustus 1950 menetapkan Kota Padang sebagai daerah otonom. Wilayah kota diperluas, sementara status kewedanaan Padang dihapus dan urusannya pindah ke Wali Kota Padang.<ref name="Mardanas"/> Pada 29 Mei 1958, [[Gubernur Sumatera Barat]] melalui Surat Keputusan Nomor 1/g/PD/1958, secara ''de facto'' memindahkan ibu kota provinsi [[Sumatera Barat]] dari Bukittinggi ke Padang. Status ini baru dikukuhkan secara ''de jure'' lewat Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979.<ref>{{Cite web |url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/66827/pp-no-29-tahun-1979 |title=Salinan arsip |access-date=2021-11-14 |archive-date=2021-11-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211114093659/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/66827/pp-no-29-tahun-1979 |dead-url=no }}</ref>
Seiring dengan statusnya sebagai ibu kota provinsi, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 menetapkan perubahan batas-batas wilayah Kota Padang dengan memasukkan sebagian wilayah [[Kabupaten Padang Pariaman]] seperti [[Pauh, Padang|Pauh]](termasuk wilayah [[Kuranji, Padang|Kuranji]]), [[Koto Tangah, Padang|Koto Tangah]](termasuk wilayah [[Nanggalo, Padang|Nanggalo]]), [[Lubuk Kilangan, Padang|Lubuk Kilangan]](termasuk wilayah [[Lubuk Begalung, Padang|Lubuk Begalung)]], dan [[Bungus Teluk Kabung, Padang|Bungus Teluk Kabung]].<ref>legislasi.mahkamahagung.go.id [http://legislasi.mahkamahagung.go.id/docs/PP/PP_1980_17_PERUBAHAN%20BATAS%20WILAYAH%20KOTAMADYA%20DAERAH%20TINGKAT%20II%20PADANG.pdf Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. Diakses pada 27 Juli 2010.</ref> Berdasarkan [[Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional|Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional]] 2015–2019, pemerintah pusat menetapkan Kota Padang, bersama [[Kabupaten Padang Pariaman]] dan [[Kota Pariaman]] untuk pengembangan wilayah metropolitan [[Palapa (wilayah metropolitan)|Palapa]] (
[[Berkas:Padang panorama.jpg|pus|800px|jmpl|Panorama Kota Padang di sehiliran [[Batang Arau]] pada [[abad ke-19]].]]
Baris 275 ⟶ 273:
[[Berkas:Keuskupan Padang oleh Denas.jpg|jmpl|220px|ka|[[Keuskupan Padang]].]]
[[Berkas:Klenteng See Hin Kiong.jpg|jmpl|ka|220px|Klenteng See Hin Kiong, Padang]]
[[Berkas:Masjid_Raya_Sumbar_Juli_2021.jpg|jmpl|ka|[[Masjid Raya Sumatera Barat]]]]
Mayoritas penduduk Kota Padang memeluk agama [[Islam]]. Kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah [[Kekristenan|Kristen]], [[Agama Buddha|Buddha]], dan [[Agama Khonghucu|Khonghucu]], yang kebanyakan dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau. Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh [[masjid]], [[gereja]] dan [[klenteng]] juga terdapat di Kota Padang.
Data [[Kementerian Dalam Negeri]] pertengahan tahun 2023 mencatat, 96,82% penduduk kota Padang menganut agama [[Islam]]. Selebihnya menganut agama [[Kristen]] sebanyak 2,85% dengan rincian [[Protestan]] sebanyak 1,53% dan [[Katolik]] sebanyak 1,32%. Penduduk yang menganut agama [[Agama Buddha|Buddha]] sebanyak 0,32%, dan selebihnya 0,01% termasuk agama [[Hindu]], [[Konghucu]], dan agama kepercayaan.<ref name="DUKCAPIL"/>
Baris 322 ⟶ 320:
=== Walikota ===
{{utama|Daftar Wali Kota Padang}}
{| class="wikitable"
|-
! colspan=2|Walikota
! Mulai menjabat
! Akhir menjabat
! colspan=2|Wakil Walikota
|-
|[[Berkas:Wali Kota Padang Hendri Septa 2023.jpg|100px]]
|<center>7 April 2021
|<center>''Petahana''
|[[Berkas:Wakil Wali Kota Padang Ekos Albar 2023.png|100px]]
|<center>[[Ekos Albar]]<br> (9 Mei 2023)
|}
=== Dewan Perwakilan ===
Baris 624 ⟶ 636:
[[Kategori:Kota di Sumatera Barat|Padang]]
[[Kategori:Kota di Indonesia|Padang]]
[[Kategori:Kota Pusaka di Indonesia]]
|