A.A. Navis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
k koreksi tanda baca |
||
(5 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 7:
Selepas sekolah, Navis pernah bekerja sebagai seorang pegawai pada sebuah pabrik [[porselen]] di Padang Panjang, kota kelahirannya. Ia kemudian menjadi seorang pegawai negeri. Dari tahun 1952 hingga 1955, ia merupakan Kepala Bagian Kesenian pada Jawatan Kebudayaan [[Sumatra Tengah]], berkedudukan di [[Bukittinggi]].<ref name=Profil200/>
Pada awal karirnya, Navis aktif di dunia jurnalistik. Ia juga pernah memimpin harian ''Semangat'' sebagai pemimpin redaksi dari tahun 1971 hingga 1972.<ref name=Kemdikbud>[http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/A_A_Navis "A. A. Navis (
Selain itu, Navis aktif pula sebagai seorang pengajar dan akademisi. Ia tercatat pernah mengajar sebagai guru gambar di Sekolah Kepanduan Putri Bukittinggi (1955-58)<ref name=Profil200/> dan dosen luar biasa pada Akademi Seni Karawitan Indonesia (kini [[Institut Seni Indonesia Padang Panjang|Institut Seni Indonesia]]) Padang Panjang dan Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) [[Universitas Andalas]].<ref name=Profil200/><ref name=Kemdikbud/>
Dari tahun 1972 hingga 1982, Navis duduk di [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat]] sebagai wakil dari [[Golkar]]. Di partai ini, ia pernah duduk sebagai anggota Dewan Pertimbangan DPD Golkar Sumbar periode 1994 hingga 1999.<ref name=Profil200>
== Kepenulisan ==
Baris 18:
Buku terakhirnya, berjudul ''Jodoh'', diterbitkan oleh Grasindo atas kerjasama Yayasan Adikarya IKAPI dan The [[Ford Foundation]], sebagai kado ulang tahun pada saat usianya genap 75 tahun. ''Jodoh'' berisi sepuluh buah cerpen yang ditulisnya sendiri, yakni ''Jodoh'' (cerpen pemenang pertama sayembara Kincir Emas [[Radio Nederland Wereldomroep|Radio Nederland Wereldemroep]] pada 1975), ''Cerita 3 Malam'', ''Kisah Seorang Hero'', ''Cina Buta'', ''Perebutan'', ''Kawin'' (cerpen pemenang majalah ''[[Femina]]'' pada 1979), ''Kisah Seorang Pengantin'', ''Maria'', ''Nora'', dan ''Ibu''. Ada yang ditulis tahun 1990-an, dan ada yang ditulis tahun 1950-an.
A.A. Navis menjadikan menulis sebagai kebutuhan dalam hidup. Baginya, menulis
== Pandangan ==
A.A Navis pernah menyatakan keprihatannya
Sementara itu, membaca karya sastra dapat membantu orang berpikir kritis dan memahami konsep hidup. Ia mencontohkan, banyak karya sastra di Indonesia yang menceritakan tentang orang-orang munafik. Hal itu seharusnya diajarkan kepada anak-anak agar mereka dapat mengerti bahwa di tengah masyarakat banyak orang munafik. Tetapi, "pemerintah tampaknya tidak mengajarkan sastra supaya orang tidak melihat orang-orang yang munafik."
|