Kesultanan Mataram: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Amangkubumi (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(40 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{about|kesultanan bersejarah di [[Pulau Jawa|Jawa]]|kegunaan lain|Mataram (disambiguasi)}}
{{Infobox country
| conventional_long_name =
| common_name = Mataram Islam
| native_name = {{nobold|{{jav|
| religion = [[Islam]] (resmi)
| p1
| s1
| flag_s1
| s2
| flag_s2
| s3
| flag_s3
| year_start = 1586{{ref|est|1}}
| year_end = 1755
| sovereignty_type =
| sovereignty_note =
| date_start =
| date_end = 13 Februari
| event_start = Pendirian
| event_end = [[Perjanjian Giyanti]],
| image_flag = Flag of the Mataram Sultanate.svg
| image_coat =
| symbol_type =
| national_motto =
| image_map = {{switcher|[[Berkas:Mataram Sultanate in Sultan Agung Reign id.svg|upright=1.24|frameless]]|Menampilkan peta 1613|[[Berkas:Jawa Setelah Perjanjian Giyanti.png|upright=1.21|frameless]]|Menampilkan peta 1757|default=1}}
| map_caption = Peta wilayah Kesultanan Mataram
| capital
| admin_center =
| admin_center_type =
| languages_type = [[Bahasa resmi]]
| languages = [[bahasa Jawa|Jawa]]
| languages_sub = yes
| languages2_type = Bahasa yang diakui
| languages2 = [[bahasa Bagongan|Bagongan]]
| demonym
| government_type = Monarki
| title_leader = [[Raja]]
| leader1
| year_leader1 = 1586 - 1601
| leader2
| year_leader2 =
| leader3
| year_leader3 =
| leader4
| year_leader4 =
| leader5
| year_leader5 =
| leader6
| year_leader6 =
| currency
| footnotes = {{note|est|1}} (1513 J/1586 M) ''Panembahan Senapati jumeneng ratu ing Nagari Mataram'' (Panembahan Senapati dinobatkan menjadi raja di Negara Mataram)<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/603911675|title=Awal kebangkitan Mataram : masa pemerintahan Senapati|last=Graaf|first=Hermanus Johannes de|date=2001|publisher=Grafiti|isbn=9789794440117|edition=Cet. 3|location=Jakarta|oclc=603911675}}</ref>
| today
| event1
| date_event1 = 1628
| event2
| date_event2 = 1629
| event3
| date_event3 = 1674-1680
| event4
| date_event4 = 1742-1743
|
|
|
|
| year_leader7 = 1704 - 1719
| year_leader8 = 1719 - 1726
| year_leader9 = 1726 - 1742
| year_leader10 = 1742 - 1743
| p2 = Kesultanan Cirebon
| p3 = Kerajaan Sumedang Larang
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''
Sepanjang abad ke-16, tepatnya pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sunan [[Sultan Agung dari Mataram|Anyakrakusuma]], Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, kesultanan yang menyatukan sebagian besar pulau [[Jawa]], yakni [[Jawa Tengah]], [[DI Yogyakarta]], sebagian besar [[Jawa Barat]] dan [[Jawa Timur]] kecuali [[Provinsi Banten|Banten]], selain itu juga menguasai daerah [[pulau Madura|Madura]], dan [[Kerajaan Tanjungpura|Sukadana]] ([[Kalimantan Barat]]), [[Makasar]], serta [[Pulau Sumatra]] ([[Palembang]] dan [[Jambi]]). Kesultanan ini terdiri dari beberapa wilayah inti mulai dari: ''kutagara'', ''nagaragung'', ''[[Mancanegara|mancanagara]]'', ''[[Pesisir|pasisiran]]'' dan sejumlah ''[[kerajaan]] [[vasal]]'', beberapa di antaranya dianeksasi ke dalam teritori kesultanan, sedangkan sisanya diberikan beragam tingkat [[otonomi]].<ref>M.C. Ricklest. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 1200-2004.</ref>
Kesultanan ini secara kenyataannya adalah [[negara]] [[merdeka]] yang menjalin hubungan [[perdagangan]] dengan [[Kerajaan Belanda]] ditandai dengan kedua pihak saling mengirim [[duta besar]]. Menjelang keruntuhannya, Kesultanan Mataram menjadi negara [[protektorat]] [[Kerajaan Belanda]], dengan status ''[[swapraja
[[Perjanjian Giyanti]] yang ditandatangani oleh [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]] dengan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] membuahkan kesepakatan bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam dua kekuasaan, yaitu [[Kasunanan Surakarta|Nagari Kasunanan Surakarta]] dan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Nagari Kasultanan Ngayogyakarta]]. Perjanjian yang ditandatangani dan [[Ratifikasi|diratifikasi]] pada tanggal 13 Februari 1755 di [[Jantiharjo, Karanganyar, Karanganyar|Giyanti]] ini secara ''[[hukum]]'' menandai berakhirnya [[Mataram (disambiguasi)|Mataram]].<ref name=Brown63>{{harvnb|Brown|2003|loc=p. 63: "On February 13, 1755, the Treaty of Giyanti was signed, dividing what was left of the kingdom of Mataram into two parts. One part, with its capital in the city of Solo, was headed by Pakubuwana II's son, Pakubuwana III. The other part, with its capital 60 kilometres to the west of Yogyakarta, was ruled by Pakubuwana II's half-brother Mangkubumi, who took the title Sultan Hamengkubuwono I. The treaty was not immediately accepted by all parties to the dispute: fighting went on for another two years. In 1757, though, an uneasy peace settled on Java when Pakubuwana III's territory was divided, with a portion going to his cousin Mas Said, who took the title Mangkunegara I."}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.britannica.com/event/Gianti-Agreement|title=Gianti Agreement {{!}} Indonesia [1755]|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2020-01-08}}</ref>
== Etimologi ==
Nama [[Mataram]] secara historis adalah nama kerajaan pra-Islam yang mengacu pada [[Medang|Kerajaan Mataram]] [[abad ke-8]]. Praktik umum di Jawa adalah menyebut kerajaan mereka dengan [[metonimia]] dan bervariasi dalam berbagai bahasa. Ada keragaman bahkan dalam bahasa. Dalam [[bahasa Sanskerta]], Mataram berarti ibu, sedangkan istilah "Matawis" digunakan sebagai bentuk [[demonim]] dan [[kata sifat]].
Baris 82 ⟶ 87:
== Sejarah ==
=== Pembentukan dan perkembangan ===
==== Adeging nagari ====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Poort van de Sultansgraven in Pasar Gedé de oude begraafplaats nabij Djokjakarta. TMnr 60004745.jpg|
Pada seperempat [[Abad ke 16|abad ke-16]] [[Masehi]], wilayah Kesultanan Mataram merupakan bagian dari wilayah [[Kesultanan Pajang]]. Statusnya sebagai [[kadipaten]] dengan penguasanya yaitu [[Ki Ageng Pamanahan]]. Setelah [[Senapati dari Mataram|Panembahan Senapati]] berkuasa di [[Kadipaten Mataram]], ia memisahkan wilayahnya dari [[Kesultanan Pajang]] dan mendirikan Kesultanan Mataram.<ref>{{Cite journal|last=Munawar|first=Zaid|date=2020|title=Pengelolaan Pajak di Kerajaan Mataram Islam Masa Sultan Agung, 1613-1645 M|url=http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/7251/3576|journal=Jurnal Sejarah Peradaban Islam|volume=4|issue=1|pages=10}}</ref> Kesultanan Mataram didirikan olehnya pada tahun [[1586]]. Selanjutnya pada tahun [[1586]] wilayah [[Pajang]] sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Mataram diikuti [[Abdikasi|penyerahan
▲[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Poort van de Sultansgraven in Pasar Gedé de oude begraafplaats nabij Djokjakarta. TMnr 60004745.jpg|jmpl|[[Kutagede, Mataram|Kutagede]], bekas ibu kota Kesultanan Mataram, didirikan pada tahun 1582 oleh Panembahan Senapati.]]
▲Pada seperempat [[Abad ke 16|abad ke-16]] [[Masehi]], wilayah Kesultanan Mataram merupakan bagian dari wilayah [[Kesultanan Pajang]]. Statusnya sebagai [[kadipaten]] dengan penguasanya yaitu [[Ki Ageng Pamanahan]]. Setelah [[Senapati dari Mataram|Panembahan Senapati]] berkuasa di [[Kadipaten Mataram]], ia memisahkan wilayahnya dari [[Kesultanan Pajang]] dan mendirikan Kesultanan Mataram.<ref>{{Cite journal|last=Munawar|first=Zaid|date=2020|title=Pengelolaan Pajak di Kerajaan Mataram Islam Masa Sultan Agung, 1613-1645 M|url=http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/7251/3576|journal=Jurnal Sejarah Peradaban Islam|volume=4|issue=1|pages=10}}</ref> Kesultanan Mataram didirikan olehnya pada tahun [[1586]]. Selanjutnya pada tahun [[1586]] wilayah [[Pajang]] sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Mataram diikuti [[Abdikasi|penyerahan tahkta]] [[Pajang]] oleh [[Pangeran Benawa]] kepada [[Panembahan Senapati]]. Perkembangan Mataram begitu besar dan kuat sehingga sebagian besar sejarawan setuju bahwa itu telah didirikan selama beberapa generasi perintis Mataram.
Menurut catatan Jawa, raja-raja Mataram adalah keturunan dari [[Ki Ageng Sela]] (Sela adalah sebuah desa dekat [[Demak]] sekarang). Pada tahun [[1570-an]], salah satu keturunan [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Pamanahan|Kyai Gede Pamanahan]] dianugerahi kekuasaan atas tanah Mataram oleh raja [[Pajang]], [[Sultan Adiwijaya]], sebagai imbalan atas jasanya mengalahkan [[Arya Panangsang]], musuh [[Adiwijaya dari Pajang|Adiwijaya]].<ref name ="Soekmono55">{{cite book | author= Soekmono | title= Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 | publisher = Kanisius | page =55 }}</ref> Pajang terletak di [[kota Surakarta]] saat ini, dan Mataram awalnya adalah [[vasal]] dari Pajang.<ref name="Britannica">{{cite web | title = Mataram, Historical kingdom, Indonesia | publisher = Encyclopædia Britannica | url = http://www.britannica.com/EBchecked/topic/368940/Mataram | accessdate = 20 Agustus 2020}}</ref> Pamanahan sering disebut sebagai Kyai Gede Mataram. Seorang kyai adalah seorang ulama muslim yang berpendidikan tinggi dan cenderung disegani.
Sedangkan di Pajang, terjadi perebutan kekuasaan besar-besaran yang terjadi setelah [[Sultan Adiwijaya]] wafat pada tahun [[1582]]. Pewaris [[Adiwijaya dari Pajang|Adiwijaya]] adalah [[Pangeran Benawa]], digulingkan takhtanya oleh [[Arya Pangiri]] dari [[Demak]], dan disingkirkan ke [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]]. Putra [[Ki Ageng Pamanahan|Pamanahan]], [[Sutawijaya]] atau [[Panembahan Senapati]], menggantikan ayahnya sekitar tahun [[1584]], dan dia mulai melepaskan Mataram dari kekuasaan Pajang. Di bawah [[Sutawijaya]], Mataram tumbuh secara [[
==== Kebangkitan Mataram ====
[[Berkas:KITLV 3850 - Kassian Céphas - Graves of Senapati (1) Sultan Sepoeh (2), two consorts of Senapati (3, 4) and Panembahan Seda Krapjak in the tomb of Senapati and his Pasar Gede - 1896.tif|jmpl|[[Pasarean Mataram]], makam dari Panembahan Senapati dan Panembahan Seda ing Krapyak.]]
[[Senapati dari Mataram|Sutawijaya]] menjadi pemimpin [[monarki]] dengan menyandang gelar "[[Panembahan]]" (secara harfiah berarti "orang yang dijunjung"). Dia mengungkapkan sifat pemerintahannya yang ekspansif dan mulai memproyeksasi manuver politiknya sesuai ketentuan, layanan, dan fungsi [[administrasi]] ke timur di sepanjang [[Bengawan Solo]].<ref name ="Soekmono55"/> Pada [[1590]] menaklukkan [[Madiun]], dan berbelok ke timur dari [[Madiun]] untuk menaklukkan [[Kediri]] pada tahun [[1591]] dan [[Ponorogo, Ponorogo|Ponorogo]].<ref name ="Soekmono56">{{cite book | author= Soekmono | title= Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3 | publisher = Kanisius | page =56 }}</ref> Pada saat yang sama ia juga menaklukkan [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]] dan [[Jogorogo, Ngawi|Jagaraga]] (utara [[Magetan]] sekarang). Dia berhasil mencapai timur sejauh [[Pasuruan]]. Setelah berhasil menyatukan bekas wilayah Pajang, [[Panembahan Senapati]] mengalihkan perhatiannya ke Jawa bagian barat, dengan menjalin hubungan baik dengan [[Cirebon]]<ref>{{Cite book|last=Notosusanto|first=Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho|date=2008|url=https://books.google.com/books?id=J0RPEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA56&dq=%22Panembahan+Ratu%22+Benawa&hl=en|title=Sejarah Nasional Indonesia Jilid 3: Zaman Pertumbuhan & Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia|publisher=Balai Pustaka (Persero), PT|isbn=978-979-407-409-1|language=id}}</ref> dan menaklukkan [[Galuh]] pada tahun [[1595]].<ref name ="Soekmono56"/> Usahanya untuk menaklukkan [[Kesultanan Banten|Banten]] pada tahun [[1597]] gagal, dikarenakan kurangnya [[transportasi air]].<ref name ="Soekmono56"/> [[Panembahan Senapati]] wafat pada tahun [[1601]] dan dimakamkan di [[Kota Gede]], sebagai raja Jawa ia berhasil membangun fondasi negara baru yang kokoh. Penggantinya, [[Raden Mas Jolang]] atau yang kemudian bergelar sebagai [[Susuhunan]] [[Anyakrawati]].<ref name ="Soekmono56"/>
Kontak pertama antara Mataram dan [[VOC|Belanda]] ([[VOC]]) terjadi pada era [[Anyakrawati|Susuhunan Anyakrawati]]. Kegiatan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|Belanda]] pada saat itu hanya sebatas [[perdagangan]] dari [[Pemukiman|pemukiman pesisir]] utara Jawa, sehingga interaksi mereka dengan wilayah pedalaman Jawa dibatasi, meskipun dibelakang mereka membentuk [[siasat]] untuk melawan Mataram. [[Anyakrawati|Susuhunan Anyakrawati]] wafat karena kecelakaan sewaktu berburu rusa di hutan [[Krapyak]]. Dari peristiwa itu ia dikenal dengan gelar anumerta ''[[Panembahan Seda ing Krapyak]]'' (Panembahan yang wafat di Krapyak).
=== Masa kejayaan ===
[[Berkas:Koninklijk toernooi op Java, 1676, RP-P-OB-47.468 (cropped).jpg|jmpl|Turnamen bela diri antara dua penunggang kuda bertombak di kerajaan Mataram, diadakan di alun-alun depan keraton.]]▼
[[Anyakrawati]] digantikan oleh putranya, [[Pangeran Martapura]]. Namun [[Martapura (disambiguasi)|Martapura]], kesehatannya buruk dan dengan cepat digantikan oleh saudaranya, [[Raden mas rangsang|Raden Mas Rangsang]] pada tahun [[1613]], yang menyandang gelar ''[[Anyakrakusuma|Susuhunan Anyakrakusuma]]'', dan kemudian pada tahun [[1641]] mengambil gelar ''[[Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma|Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma]]'' ([[Sultan Agung]]).<ref name ="Soekmono56"/> Kesultanan Mataram di bawah pemerintahan [[Anyakrakusuma]] dikenang sebagai puncak kekuasaan Mataram, dan masa keemasan kekuasaan asli Jawa sebelum [[imperialisme]] [[Eropa]] pada abad berikutnya. Di bawah kepemimpinannya, [[Anyakrakusuma]] tidak mengizinkan [[VOC|Serikat Dagang Hindia Timur (VOC)]] untuk mendirikan [[Loji|loji-loji]] dagang di pantai utara. Hal ini ditolak lantaran ia tidak ingin [[ekonomi]] di pantai utara akan melemah jika dikuasai oleh [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]]. Penolakan ini membuat hubungan Mataram dengan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] merenggang.{{Butuh rujukan}}
Pada [[1641]], utusan Jawa yang dikirim [[Anyakrakusuma]] ke [[Jazirah Arab|Arab]] telah tiba setelah mendapat izin menyandang gelar "[[Sultan]]" dari [[Mekah]]. Nama dan gelar Islam yang diperolehnya dari [[Makkah|Mekah]] adalah "Sultan Abdul Muhammad Maulana Matarami".<ref name ="Soekmono63">{{cite book|author=Soekmono| title=Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3|publisher=Kanisius |page=63}}</ref>
Pada [[1645]] Sultan Agung mulai membangun [[Permakaman Imogiri|Imogiri]], sebagai tempat pemakaman, sekitar lima belas kilometer selatan [[Yogyakarta]]. [[Imogiri, Bantul|Imogiri]] tetap menjadi tempat peristirahatan sebagian besar keluarga [[Kesunanan Surakarta]] dan [[Kesultanan Yogyakarta]] hingga sekarang. Sultan Agung wafat pada musim semi tahun [[1646
=== Masa kemunduran ===
Sepeninggal Sultan Agung, tahta diambil alih oleh anaknya, [[Amangkurat I]]. Pusat pemerintahan dipindahkan ke [[Keraton Plered]] yang lokasinya tak jauh dari keraton sebelumnya. Di bawah kepemimpinannya, Mataram diwarnai dengan gejolak politik yang tidak stabil karena adanya tekanan dari [[VOC]], sehingga terjadi banyak pemberontakan dan perang saudara. Masa kepemimpinannya juga menjadi titik awal masa kemunduran Mataram.
==== Pemberontakan Raden Mas Alit dan Trunojoyo ====
▲[[Berkas:Koninklijk toernooi op Java, 1676, RP-P-OB-47.468 (cropped).jpg|jmpl|Turnamen bela diri antara dua penunggang kuda bertombak di kerajaan Mataram, diadakan di alun-alun depan keraton.]]
Sikap [[Amangkurat I]] yang cenderung lunak dan tunduk kepada [[Belanda]] memunculkan beberapa perlawanan. Salah satunya adalah pemberontakan Raden Mas Alit, adik dari [[Amangkurat I]] pada [[1678]] yang menelan ribuan korban jiwa. Raden Mas Alit pun tewas dalam pemberontakan ini.<ref name=tirto/>
Ada pula pemberontakan yang dipimpin oleh [[Raden Mas Rahmat]], anak [[Amangkurat I]] yang saat itu telah menjadi [[Adipati Anom|Pangeran Adipati Anom]] atau putra mahkota. Ia keberatan dengan pengalihan gelar yang ia sandang kepada saudaranya, yakni [[Singasari|Pangeran Singasari]]. Ia mengajak [[Trunojoyo]], putra penguasa [[Madura]], untuk melaksanakan misi tersebut pada [[1670]]. [[Trunojoyo]] menyanggupi karena ia ingin [[Madura (provinsi)|Madura]] merdeka dari penguasaan Kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan [[Amangkurat I
Disisi lain, Trunojoyo semakin kuat sehingga [[Pangeran Dipati Anom|Pangeran Adipati Anom]] terpaksa menjalin kerja sama dengan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] untuk menumpas [[Trunojoyo]] sekaligus merebut kembali takhta Mataram Islam. Kompeni bersedia membantu tapi dengan syarat. Akhirnya, Pangeran Adipati Anom diangkat menjadi penerus tahta dengan gelar [[Amangkurat II]]. Disini kembali terjadi pemindahan pusat pemerintahan, kali ini menuju ke [[Kartasura, Sukoharjo|Kartasura]] yang berada di bagian timur ibukota lama.<ref name=tirto>[https://tirto.id/sejarah-runtuhnya-kesultanan-mataram-islam-daftar-raja-raja-gabc Mengenal Sejarah Runtuhnya Kesultanan Mataram dan Daftar Raja-raja]</ref>
==== Perebutan Takhta Kekuasaan ====
[[Intervensi]] [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] dalam urusan kerajaan juga menimbulkan [[perang saudara]] antar kerabat keraton Mataram pada saat itu, dikarenakan masing-masing pihak saling mengklaim soal takhta yang sah. Dimulai pada [[Perang Takhta Jawa Pertama]] yang melibatkan [[Amangkurat III]] dan [[Pakubuwana I]], [[Perang Takhta Jawa Kedua]] yang melibatkan [[Amangkurat IV]] dan pangeran-pangeran yang memberontak.
==== Pemberontakan Sunan Kuning ====
[[Berkas:Lukisan Perang Jawa (1741-1743).jpg|jmpl|300px|Lukisan Jawa abad ke-19 menggambarkan salah satu episode Perang Jawa-Tionghoa melawan VOC (1741-1743).]]
Terjadinya peristiwa [[Geger Pacinan]] di [[Batavia]] berefek pada migrasi etnis [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] secara besar-besaran ke [[Jawa Tengah]]. Hal inilah yang kemudian mendorong pemberontakan bersama yakni [[etnis Jawa]] dan [[Tionghoa|etnis Tionghoa]] melawan para [[Kolonialisme|penjajah]] di tahun [[1740]]. Pemberontakan ini dipimpin oleh [[Amangkurat V|Sunan Kuning]] yang kelak diangkat oleh sebagian pengikutnya menjadi [[Amangkurat V
[[Pakubuwana II]] berhasil mempertahankan gelarnya dengan bantuan [[VOC]]. Namun, [[keraton Kartasura]] hancur lebur dalam penyerangan tersebut. [[VOC]] juga meminta imbalan untuk bantuan yang diberikan, dimana [[Pakubuwana II]] harus melepaskan [[Bangkalan|Madura Barat]], [[Surabaya]], [[Rembang]], [[Jepara]] dan [[Blambangan]]. Hal tersebut dituangkan dalam bentuk [[Perjanjian Mataram dan VOC tahun 1743|Perjanjian Panaraga]] pada tahun [[1743]].
Baris 142 ⟶ 134:
==== Terpecahnya Mataram ====
Situasi politik yang masih belum stabil setelah pemberontakan [[Sunan Kuning]], membuat [[Pakubuwana II]] mengumumkan sebuah sayembara untuk menumpas [[Raden Mas Said]] dan dijanjikan sebuah hadiah. Konon, saat itu [[Raden Mas Said]] adalah panglima perang yang tak terkalahkan, bahkan dijuluki [[Pangeran Sambernyawa]].
Baris 157 ⟶ 146:
[[Berkas:Mataram Baru 1830.png|jmpl||250px|Peta yang menggambarkan batas wilayah keempat monarki (dua kerajaan dan dua kadipaten) pecahan Nagari Mataram setelah [[Perang Diponegoro]] pada tahun 1830.]]
Di sisi lain, situasi perang yang kurang menguntungkan membuat [[VOC]] menawarkan perjanjian damai kepada [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]]. Maka ditandatanganilah [[Perjanjian Giyanti|Perjanjian Palihan Nagari]] yang dilakukan di [[Kerten, Laweyan, Surakarta|Dusun Kerten]], [[Jantiharjo, Karanganyar, Karanganyar|Desa Jantiharjo]], [[Kabupaten Karanganyar|Karanganyar]],
Sejak saat itu, [[Pakubuwana III]] berhak atas wilayah timur Nagari Mataram dan tetap mempertahankan kedudukannya atas raja [[Kasunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] dengan gelar [[Pakubuwana|Susuhunan Pakubuwana]]. Pakubuwana III juga mengizinkan [[Hamengkubuwana I|Mangkubumi]] untuk memerintah sebagian tanah Nagari Mataram sebelah barat alias di seberang [[Sungai Opak]] yang kelak menjadi [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]], dan bertakhta sebagai raja dengan gelar [[Hamengkubuwana|Sultan Hamengkubuwana]]. Perjanjian-perjanjian tersebut juga mengakhiri kejayaan Mataram Islam selama beberapa abad.<ref name=kompas>{{cite web|title= Hari Ini dalam Sejarah, Perjanjian Giyanti Memecah Wilayah Mataram Islam|author= Aswab Nanda Pratama|year= 2019|accessdate= 20 Januari 2021|website= Kompas.com|url= https://nasional.kompas.com/read/2019/02/13/13035281/hari-ini-dalam-sejarah-perjanjian-giyanti-memecah-wilayah-mataram-islam?page=all}}</ref>
Baris 166 ⟶ 155:
== Struktur pemerintahan ==
Mataram memiliki struktur pemerintahan yang dipimpin oleh seorang [[Sultan|susuhunan/sultan]]. Dalam konsep kenegaraan Jawa raja-raja Mataram disebutkan dengan konsep Keagungbinatharaan atau diungkapkan sebagai ''"gung binathara, bahu dhendha nyakrawati"'' (kekuasaan yang agung, memelihara hukum di muka bumi). Raja dikatakan ''"wenang wisesa ing sanagari"'' (memegang kuasa di negara). Dia harus ''"wicaksana"'' (bijaksana), bersifat ''"budi bawa leksana, ambeg adil para marta"'' (meluap budi luhur-mulia dan bersifat adil terhadap sesama), tugasnya ''"anjaga tata titi tentreming praja"'' (menjaga keteratutan dan ketenteraman negeri), agar tercipta suasana ''"karta tuwin raharja"'' (aman dan sejahtera).<ref name=Moedjanto87>{{cite book|author=Moedjanto, G|year=1987|title=Konsep Kekuasaan Jawa; Penerapannya Oleh Raja-raja Mataram|location=Yogyakarta|publisher=Kanisius}}</ref>
Baris 183 ⟶ 171:
=== Aparat birokrasi ===
Struktur birokrasi kesultanan Mataram berdasarkan pada jabatan-jabatan yang disusun secara hierarki mengikuti sistem pembagian wilayah, meliputi:
Baris 199 ⟶ 185:
=== Pembagian administratif ===
Struktur administratif Mataram menganut pola konsentris. Berdasarkan sudut pandang konsentris yang diterapkan dalam sistem ketatanegaraan di Mataram, wilayah dibedakan dalam beberapa pembagian sebagai berikut:<ref name=Suwarno89>{{cite book|author=Suwarno, P. J.|year=1989|title=Sejarah Birokrasi Pemerintahan Indonesia Dahulu dan Sekarang|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Atma Jaya}}</ref><ref>Serat Pustaka Rajapuwara, Koleksi Reksapustaka Mangkunegaran, Surakarta, No. MS 113.</ref><ref name=Moertono85>{{cite book|author=Moertono, S.|year=1985|title=Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lampau, Studi Tentang Masa Mataram II, Abad XVI Sampai XIX|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia}}</ref>
Baris 211 ⟶ 196:
# Daerah Pajang, dibagi menjadi ''Panumping'' yang meliputi daerah [[Kabupaten Sragen|Sukowati]] dan daerah ''Panekar'' yaitu daerah Pajang bagian timur.
* '''Mancagara''' (Manca Nagara) adalah wilayah di luar Nagaragung yang meliputi:
# Mancagara Wétan (Mancanegara Timur), dimulai dari Panaraga ke timur, yang meliputi Magetan, Madiun, Grobogan, Kaduwung, [[Jogorogo, Ngawi|Jagaraga]], Panaraga, Pacitan, Kediri, [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]], [[Mojoagung, Jombang|Wirasaba]], [[Kabupaten Blitar|Blitar]], [[Srengat, Blitar|Srengat]], [[Sutojayan, Blitar|Lodaya]], [[Pace, Nganjuk|Pace]], Nganjuk, [[Berbek, Nganjuk|Berbek]], Cakuwu, [[Wirosari, Grobogan|Wirasari]]
# Mancagara Kilèn (Mancanegara Barat), dimulai dari Banyumas ke barat, yang meliputi [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]], [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Kerajaan Galuh|Galuh]], [[Parahyangan|Priangan]].
* '''Pasisiran''' (Pesisir) adalah wilayah yang sebagian besar berada di pantai utara Jawa dan sebagian diantaranya diberikan otonomi tersendiri. Wilayah ini dibagi menjadi dua:
# Pasisiran Wétan (Pesisir Timur), dimulai dari Demak ke timur, yang meliputi [[Kabupaten Jepara|Jepara]], [[Kabupaten Kudus|Kudus]], [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Kabupaten Rembang|Rembang]], [[Lasem, Rembang|Lasem]], [[Kabupaten Tuban|Tuban]], [[Sidayu, Gresik|Sedayu]], [[Kabupaten Lamongan|Lamongan]], [[Kabupaten Gresik|Gresik]], Surabaya, Pasuruan, [[Tapal Kuda (kawasan)|Blambangan]]
# Pasisiran Kilèn (Pesisir Barat), dimulai dari Demak ke barat, yang meliputi Semarang, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, [[Kota Cirebon|Cirebon]], [[Kabupaten Indramayu|Indramayu]], [[Kabupaten Karawang|Karawang]]
Kedua wilayah, ''Mancagara Wétan'' dan ''Pasisiran Wétan'', biasanya disebut sebagai ''Brang Wétan''. Demikian pula untuk ''Mancagara Kilèn'' dan ''Pasisiran Kilèn'' disebut sebagai ''Brang Kilèn'' atau ''Brang Kulon''. Struktur wilayah Mataram memiliki susunan yang teratur dengan wilayah kabupaten dan jumlah cacahnya disebutkan di dalam Pustaka Rajapuwara. Di samping beberapa wilayah di atas, terdapat tanah seberang (tanah sabrang: tanah yang berada di seberang laut), seperti [[Jambi]], [[Palembang]], [[Kesultanan Banjar|Banjar]], [[Kerajaan Kotawaringin|Kotawaringin]] dan [[
=== Struktur pemerintahan ===
Baris 240 ⟶ 225:
== Budaya ==
Meskipun kerajaan Islam, Mataram tidak pernah mengadopsi budaya, sistem, dan institusi Islam secara menyeluruh. Sistem politiknya berakar dari peradaban Jawa asli yang digabungkan dengan unsur-unsur Islam. Kesultanan Mataram merupakan simbol berdirinya kekuatan sosial-politik Islam di Jawa yang menjadi titik peralihan sekaligus masa transisi dari masa Hindu-Buddha ke masa Kajawen (''Ka-jawi-an''). Mataram diakui mampu menyiarkan Islam secara kultural yang ditandai dengan perubahan besar pada masa Sultan Agung dalam mengadaptasikan agama dengan budaya lokal.
Baris 248 ⟶ 232:
== Daftar penguasa Mataram ==
Para penguasa Mataram adalah keturunan dari [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Enis]] dan [[Ki Ageng Pamanahan]], perintis dan pendiri [[wangsa Mataram]] bersama tokoh dari Sela lainnya yaitu [[Ki Juru Martani]] dan [[Ki Panjawi]]. Pada dasarnya penguasa Mataram mulanya bergelar [[panembahan]] kemudian [[susuhunan]], gelar [[sultan]] baru resmi digunakan pada tahun 1641 pada masa kekuasaan [[Sultan Agung dari Mataram|Anyakrakusuma]]. Berikut adalah daftar penguasa Mataram:
Baris 258 ⟶ 241:
! style="background-color:#CCCCCC" width=10%|'''Keluarga'''
|-
|align="center"|<small>Danang Sutawijaya</small><br>'''[[Panembahan Senapati|Senapati]]'''
|align="center"|?–1601
|align="center"|1586
Baris 264 ⟶ 247:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Jolang</small><br>'''[[Anyakrawati
|align="center"|?–1613
|align="center"|1601
Baris 270 ⟶ 253:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Jatmika</small><br>'''[[
|align="center"|1593–1645
|align="center"|1613
Baris 276 ⟶ 259:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Sayyidin</small><br>'''[[
|align="center"|1618–13 Juli 1677
|align="center"|1646
Baris 282 ⟶ 265:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Rahmat</small><br>'''[[
|align="center"|?–1703
|align="center"|1677
Baris 288 ⟶ 271:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Sutikna</small><br>'''[[
|align="center"|?–1734
|align="center"|1703
Baris 294 ⟶ 277:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Darajat</small><br>'''[[
|align="center"|
|align="center"|1704
|align="center"|1719
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Suryaputra</small><br>'''[[
|align="center"|?–20 April 1726
|align="center"|1719
Baris 306 ⟶ 289:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Prabasuyasa</small><br>'''[[Pakubuwana II
|align="center"|8 Desember 1711–20 Desember 1749
|align="center"|1726
Baris 312 ⟶ 295:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Garendi</small><br>'''[[
|align="center"|1726–?
|align="center"|1742
Baris 318 ⟶ 301:
|align="center"|[[Wangsa Mataram]]
|-
|align="center"|<small>Raden Mas Prabasuyasa</small><br>'''[[
|align="center"|8 Desember 1711–20 Desember 1749
|align="center"|1745
Baris 329 ⟶ 312:
== Warisan ==
Mataram adalah kerajaan Islam terbesar terakhir di Jawa sebelum terbagi menjadi [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]], [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]], [[Kadipatèn Mangkunagaran|Mangkunagaran]] dan [[Kadipaten Pakualaman|Pakualaman]]. Setelah keruntuhan Mataram pada abad berikutnya pulau Jawa dalam kolonialisme Belanda. Bagi sebagian orang Jawa, Kesultanan Mataram, khususnya era [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]], dikenang sebagai kebanggaan masa lalu yang gemilang, karena Mataram menjadi kerajaan terakhir Islam terbesar di Jawa.<ref>{{cite book|title = A History of Modern Indonesia Since C. 1200 |author =Ricklefs, M. C.|date = 2008}}</ref>
Baris 339 ⟶ 319:
== Catur Sagotra ==
Catur Sagotra merupakan penyatuan empat entitas yang masih memiliki akar tunggal tali kekerabatan. Hal ini merujuk pada keluarga kerajaan-kerajaan penerus dinasti Mataram Islam. Kerajaan-kerajaan tersebut ialah [[Kesunanan Surakarta]], [[Kesultanan Yogyakarta]], [[Praja Mangkunegaran|Kadipaten Mangkunagaran]], dan [[Kadipaten Pakualaman]].
Baris 354 ⟶ 333:
== Galeri ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size:
▲{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights="
KITLV A642 - Poort van de begraafplaats te Kotagede bij Jogjakarta, KITLV 54354.tiff|Gapura Paduraksa sebagai pintu gerbang Masjid Gedhe Mataram.
COLLECTIE TROPENMUSEUM De ingang van het graf van Sultan Agung op de begraafplaats Imogiri TMnr 60004750.jpg|Pintu masuk makam Sultan Agung Hanyakrakusuma di Astana Pajimatan Girireja Imagiri.▼
KITLV 3847 - Kassian Céphas - Port for the second courtyard of the mosque at Pasar Gede - 1896.tif|Gerbang halaman kedua Masjid Gedhe Mataram.
KITLV 3846 - Kassian Céphas - First court of banyan trees at Pasar Gede - 1896.tif|Halaman di [[Pasarean Mataram]] kompleks pemakaman raja-raja Mataram.
Badplaats van de moskee te Kotagede, KITLV 40471.tiff|[[Masjid Gedhe Mataram]] adalah masjid yang awal dibangun pada masa [[Panembahan Senapati]].
Kartasura Fortress, Kartasura, Central Java 2015-07-31 01.jpg|Benteng Keraton Kartasura, sisa bangunan istana keempat Mataram setelah Kutagede.▼
COLLECTIE TROPENMUSEUM Imogiri nabij Yogyakarta de vorstelijke begraafplaats waar de familiegraven van de Midden Javaanse vorsten zijn. TMnr 60004749.jpg|[[Astana Pajimatan Himagiri]] kompleks pemakaman raja-raja Mataram.
▲COLLECTIE TROPENMUSEUM De ingang van het graf van Sultan Agung op de begraafplaats Imogiri TMnr 60004750.jpg|
Kondisi Situs Masjid Kauman Pleret.jpg|Kondisi situs [[Masjid Kauman Pleret]] yang dibangun pada masa [[Amangkurat I]].
▲Kartasura Fortress, Kartasura, Central Java 2015-07-31 01.jpg|
</gallery>
|}
Baris 378 ⟶ 355:
== Referensi ==
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
* Soekmono, Drs. R. ''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3''. 2nd edition. Penerbit Kanisius 1973. 5th reprint edition in 2003. Yogyakarta. {{ISBN|979-413-291-8}}. (in Indonesian)
* Anderson, BRO’G. The Idea of Power in Javanese Culture dalam Anderson, BRO’G. Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia. Cornell University Press. 1990.
Baris 394 ⟶ 369:
== Bacaan lanjut ==
=== Buku ===
==== Sejarah Mataram ====
* {{Cite book|last=Abimanyu|first=Soedjipto|date=2015|url=https://onesearch.id/Record/IOS2723.ai:slims-37161|title=Kitab Terlengkap Sejarah Mataram|location=Yogyakarta|publisher=Saufa|url-status=live}}
==== Kisah Trunajaya ====
* {{Cite book|last=Andaya|first=Leonard Y.|date=2004|url=https://www.goodreads.com/book/show/5090802-warisan-arung-palakka|title=Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17|location=Makassar|publisher=Ininnawa|author-link=Leonard Andaya|url-status=live}}
==== Kemaritiman Kesultanan Mataram ====
* {{Cite book|last=Reid|first=Anthony|date=2014|title=Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin|location=Jakarta|publisher=Obor|author-link=Anthony Reid (akademisi)|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Reid|first=Anthony|date=2015|title=Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid II: Jaringan Perdagangan Global|location=Jakarta|publisher=Obor|author-link=Anthony Reid (akademisi)|url-status=live}}
==== Budaya Kesultanan Mataram ====
* {{Cite book|last=Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI|date=2018|url=https://an-nur.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/BUKU-ENSIKLOPEDI-ISLAM-NUSANTARA-BUDAYA-FULL.pdf|title=Ensiklopedi Islam Nusantara: Edisi Budaya|location=Jakarta|publisher=Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam|url-status=live}}
=== Laporan Penelitian ===
* Harianti, V. Indah Sri Pinasti, dan Sudrajat. (2007). [https://docplayer.info/storage/60/44484451/1651378728/Mzng2j5W4cl9wDpjkr0mqQ/44484451.pdf "Perang Tanding Adipati Jayakusuma Melawan Panembahan Senopati dalam Babad Pati"]{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} ({{small|PDF}}). Yogyakarta: [[Universitas Negeri Yogyakarta]].
=== Majalah ===
* {{Cite magazine |last=Suandika |first=Tedi, dan Arafah Pramasto |date=2017, 21 Desember |title=Perang 1659 dan Pengaruh Mataram Islam dalam Kemiliteran Palembang |url=https://www.academia.edu/35493207/Perang_1659_dan_Pengaruh_Mataram_Islam_dalam_Kemiliteran_Palembang_Artikel_Dimuat_di_Pagaralam_Pos_21_Desember_2017.pdf |magazine=Pagaralam Post |page=Opini}}
=== Presentasi ===
* R. Rahmat Romadon, Nurazizah, dan Rachmi Yamini (2016). [https://edoc.site/download/paparan-oral-history-utarifixd-pdf-free.pdf "Nyimas Utari Sandijayaningsih dan Misi Pembunuhan JP Coen"]{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} ({{Small|PDF}}). [[Depok]]: [[Universitas Indonesia]].
== Pranala luar ==
* {{id}} [https://www.catursagotranusantara.com Situs web resmi Catur Sagotra]
|