Ahmad al-Muhajir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k menambahkan laqob di abad 3-9 H |
||
(77 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Short description|Muslim scholar and teacher during the Islamic Golden Age}}
{{lindungidarianon}}
{{Infobox person
| honorific_prefix = [[
| name =
| honorific_suffix =
| image =
| image_size = 200px
Baris 8 ⟶ 10:
| native_name = أحمد
| native_name_lang = ar
| birth_name =
| birth_date = 873 M
| birth_place = [[Basra]], Irak
| death_date = {{death year and age|956|873}}
| death_place = [[
| death_cause =
| resting_place =
|
|
| era = [[Zaman Keemasan Islam]] <br> ([[Kekhalifahan Abbasiyah|Pertengahan Abbasiyah]])
| other_names = ▼
| citizenship =
| education =
| alma_mater =
| occupation = [[Ulama]], [[guru]]
| years_active =
| employer =
| agent =
| known_for =
| notable_works =
| style =
| home_town = ▼
| height =
| television =
| title =
Baris 42 ⟶ 39:
| boards =
| spouse =
| children =
*Muhammad
*Ali
*Husain
*Ubaidillah (kontroversi)
}}
| awards =
| website =
|
|embed=yes
|ism=Aḥmad
|nasab=Aḥmad al-Muhājir bin ʿĪsā ar-Rūmī bin Muḥammad an-Naqīb bin [[Ali al-Uraidi|ʿAlī al-ʿUraiḍī]] bin [[Ja'far ash-Shadiq|Jaʿfar aṣ-Ṣādiq]] bin [[Muhammad al-Baqir|Muḥammad al-Bāqir]] bin [[Ali bin Husain|ʿAlī Zain al-ʿĀbidīn]] bin [[Husain bin Ali|al-Ḥusain]] bin [[Ali bin Abi Thalib|ʿAlī bin Abī Ṭālib]]
|kunya= ''Abu Muḥammad''
|laqab= al-Muhājir ({{lit|imigran}}),al Abah, an Nafat}}
}}
'''Ahmad al-Muhajir''' ({{lang-ar|أحمد المهاجر}}, ''{{transliteration|ar|DIN|Aḥmad al-Muhājir}}'', {{IPA-ar|ɑhmɑd ɑl muhɑːdʒiɽ}}; 260–345 [[Hijriyah|H]] atau {{circa|873–956}} [[Masehi|M]])<ref>{{cite book|title= Rihlah al-Asywaq al-Qawiyah|page=34|author =Abdullah bin Muḥammad Bakutsair}}</ref> juga dikenal sebagai '''al-Imām Aḥmad bin ʿĪsā''' adalah seorang [[Imam]], [[Mujtahid]], dan diklaim sebagai nenek moyang klan [[Ba 'Alwi]] dan al-Qabiji{{butuh verifikasi}} yang kemudian menyebar ke [[India]], [[Asia Tenggara]] dan [[Afrika Utara]]. Dia adalah salah satu keturunan [[Ali al-Uraidi]],<ref>{{cite web|url=http://www.sunnah.org/arabic/mawldhouse/past_desecrations.htm |title=A History of Wahabi Desecrations in the Holy Land of al-Hijaz |access-date=2008-09-20 |last=Morton |first=Shafiq |work=Notebooks from Makkah & Madinah: A modern journey to Islam's two Holy Cities | archive-url= https://web.archive.org/web/20080812021258/http://www.sunnah.org/arabic/mawldhouse/past_desecrations.htm| archive-date= 12 August 2008 <!--DASHBot-->| url-status=live}}</ref> yang merupakan anak keempat dari [[Ja'far ash-Shadiq]], generasi kelima keturunan [[Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], putri nabi Islam [[Muhammad]]. Dia juga dikenal sebagai teman baik [[Bisyr al-Hafi|Bisyr al-Ḥāfī]].
==Kehidupan awal==
Menurut riwayat lain, ia diperkirakan lahir pada tahun 241 [[Hijriah]] (854 M);<ref>{{cite book|title=al-Qirtas fi Manaqib al-Attas|author =Sayyid Ali bin Hasan al-Attas}}</ref> tapi ini sepertinya opini yang lebih lemah. Ada versi lain yang menyatakan bahwa Beliau pada 234 Hijriyah sudah lahir dan berada di [[Madinah]] <ref>{{Cite book|last=author|first=Syekh al-Thaifah|date=447 Hijriyah|title=Al Ghaibah|publisher=al Nukman|pages=199|url-status=live}}</ref>. Aḥmad tumbuh di bawah pengawasan orang tuanya dalam lingkungan yang dikelilingi oleh para ulama dan teladan hidup karakter kenabian. Ia hafal [[Al-Qur'an]] dan kemudian menguasai ilmu-ilmu hukum suci hingga mencapai derajat ''[[mujtahid]]''. Ia juga memiliki koleksi hadisnya sendiri ([[Terminologi hadis|musnad]], bukan [[Musnad Ahmad]]) dan sangat dihormati oleh Imam Sunni [[ath-Thabari]].
==Migrasi==
Sebagai tokoh abad 3 Hijriyah , kisah migrasi Beliau ke [[Hadramaut]] baru tercatat pada kitab abad 10 Hijriyah dan keatas. Ketiadaan rekam jejak peristiwa hijrah Beliau di kitab abad 3-9 Hijriyah menimbulkan pertanyaan terhadap eksistensi Beliau sebagai tokoh historis di [[Yaman]].<ref>{{Cite journal|last=Knysh|first=Alexander|date=1999|title=The Sāda in History: A critical essay on Ḥaḍramī historiography|url=https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-the-royal-asiatic-society/article/abs/sada-in-history-a-critical-essay-on-hadrami-historiography/5BDFB2680B74E9550C5B3B2C75770160|journal=Royal Asiatic Society|volume=9|issue=2}}</ref> Aḥmad bin Isa disebut ''al-Muhâjir'' (imigran) karena ia meninggalkan [[Basra]], [[Irak]] pada masa [[Kekhalifahan Abbasiyah]] yang beribukota di [[Baghdad]] di tahun 317H (929 M). Aḥmad bin Isa meninggalkan [[Basra]] bersama istrinya, putranya, Abdullah, (yang lebih dikenal sebagai Ubaidillah) dan cucunya dari Ubaidillah (dikenal sebagai Basri). Nama asli Basri adalah Ismail tetapi dikenal sebagai Basri karena ia lahir di Basra. Bersama mereka juga hadir nenek moyang Syarif Muḥammad bin Sulayman, kakek dari keluarga Ahdal dan Syarif Aḥmad al-Qudaimi, kakek dari keluarga Qudaimi, dan rombongan berjumlah 70 orang. Dia meninggalkan ketiga putranya yang lain, Muḥammad, Ali dan Husain di Irak untuk mengurus kekayaan dan harta benda mereka.
Pertama-tama beliau pergi ke [[Madinah]] dan [[Makkah]], kemudian dari Mekah ke [[Yaman]] pada sekitar tahun 319 H. Beliau hijrah pada saat terjadi banyak pertikaian internal, pertumpahan darah dan kekacauan di Irak, dimana sejumlah besar keturunan [[Muhammad]] dianiaya karena alasan politik oleh penguasa [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]] dan juga karena terjadi kekacauan akibat pemberontakan melawan pemerintahan Abbasiyah yang dilakukan oleh kaum [[Qaramitah]].<ref>{{cite web|url=http://www.coiradio.com/library/library/pro_ahl/imam03_husain/the_hidden_truth/43.htm|title=Persecution of the Shia by the Abbasid kings|access-date=January 12, 2014}}</ref><ref>{{cite book|title=Maqatil at-Talibiyyin|page=366|author = Abu'l-Faraj Ali ibn al-Husayn al-Isfahani|publisher=Dar al-Fajr|location=Lebanon|type = hardcover}}</ref>
Ahmad berangkat ke [[Yaman]] pada tahun 319 H bersama rombongannya dan akhirnya mencapai [[Hadhramaut]], sedangkan Aḥmad al-Qudaimi menetap di Yaman utara dan Syarif Muḥammad bin Sulaiman di Tihamah di pesisir Laut Merah. Dia pertama kali menetap di desa Jubail dan kemudian Hajrain. Selanjutnya ia melakukan perjalanan ke desa Qarat Bani Jusyair dan akhirnya menetap di al-Husayyisah dekat [[Seiyun]].
==Kehidupan selanjutnya==
Ahmad tiba di Hadhramaut pada saat sebuah cabang dari sekte [[Khawarij]] yang disebut [[Ibadi|Ibadiyah]] memegang kekuasaan politik dan memiliki pengaruh luas di seluruh lembah. Dia bertahan dalam menyebarkan kebenaran Islam sampai dia hampir sendirian menyingkirkan sekte [[Ibadi]] dari Hadhramaut tanpa pernah mengangkat senjata melawan mereka.<ref>{{cite book|title=Imams of The Valley|author =Amin Buxton|publisher=Dar al-Turath al-Islami|location=Western Cape, South Africa|year=2012}}</ref>
Ahmad meninggal dunia pada tahun 345 H atau 956 M di [[al-Husaisah]], sebuah kota antara [[Tarim, Hadhramaut|Tarim]] dan [[Seiyun]], [[Hadhramaut]]. Kuilnya berdiri di atas bukit dan merupakan salah satu kuil pertama yang dikunjungi pengunjung Hadhramaut ketika mengunjungi daerah tersebut <ref>{{cite web|title=Ali al|url=https://www.scribd.com/doc/80093194/Ali-al|publisher=Habeebsab|access-date=6 August 2012}}</ref>. Makam Ahmad bin Isa belum ditemukan pada akhir abad 9 Hijriyah dan baru ditemukan berdasarkan petunjuk 'gaib' / kasyaf pada sekitar abad 10 Hijriyah <ref>{{Cite book|last=bin Abdurrahman Shohibul Hamro'|first=Umar|date=899 Hijriyah|title=Fathur Rohimir Rohman|pages=46-47|url-status=live}}</ref> . Hal ini menimbulkan kontroversi atas klaim hijrahnya Beliau ke Yaman.
==Aliran pemikiran==
Ada kontroversi tentang apa [[mazhab]] yang diikuti oleh Aḥmad bin ʻIsa. Kebanyakan [[ulama]] berpendapat bahwa dia adalah seorang imam [[Sunni]]. Beberapa ulama lainnya seperti ʻAbdurraḥman bin ʻUbaidillah as-Saqqāf, Ṣalih al-Ḥamid, dan Sayyid ʻAbdullah bin Ṭāhir al-Ḥaddād (saudara laki-laki [[Alwi bin Thahir al-Haddad]], [[Mufti]] dari [[Johor]]) dan beberapa lainnya berpendapat bahwa dia adalah seorang pengikut [[Syiah]] [[Zaidiyah]].<ref>{{cite book|title=Nasim Hajir fī Ta'kid Qawli 'an Madhhab al-Imam al-Muhājir|author =Abdurrahman bin Ubaidillah al-Saqof}}</ref><ref>{{cite book|author =Muḥammad bin Aḥmad As Shaṭiri|title=Adwar Tarikh Hadramaut|volume=1|page=/56}}</ref><ref>{{cite book|title=Tarikh Hadramaut|volume=1|pages=323–325|author =Shaleh al-Hamid}}</ref> Namun mayoritas keturunannya menganut Islam Sunni.
Mengenai Mazhab hukum apa yang dianutnya, ʻAbdurraḥman bin ʻUbaidillah as-Saqqāf menyatakan bahwa al-Muhajir tidak menganut paham [[fikih]] [[Syafi'i]]. As-Saqqāf menegaskan bahwa Aḥmad bin Isa adalah seorang ''[[mujtahid]]'', dia tidak perlu mengikuti madzhab apapun.<ref>{{cite book |author=Shaleh al-Hamid |title=Op.cit |volume=1 |page=325}}</ref>
Pada awalnya istilah "[[Alawi]]" diberikan kepada seluruh keturunan [[Ali bin Abi Thalib]], baik [[Hasan bin Ali|Hasan]] dan [[Husain bin Ali|Husain]]. Kemudian untuk membedakan keturunan Alawi bin Ubaidillah maka digunakanlah gelar ''Aal Bani Alawi'' atau [[Ba 'Alwi]].
Ada beberapa versi mengenai keturunan Ahmad al Muhajir .
Kitab Abna’ul Imam fi Mishro Wasyam (abad 5H) menulis anak Ahmad bin Isa ada empat ,yaitu Muhammad, Ali, Husein dan Abdullah (Ubaidillah) . Penggunaan kitab tersebut sebagai sumber primer (dalam ilmu sejarah) mendapat kritikan keras karena Yusuf Jamalullail (sebagai pentahqiq) telah memberikan pengakuan dalam mukaddimah, bahwa kitab ini sudah mendapat penambahan di sana-sini oleh para mualliq <ref>{{Cite web|last=Utsman al bantani|first=Imaduddin|date=2024-03-15|title=Menjawab Tujuh Pertanyaan Gus Rumail|url=https://rminubanten.or.id/menjawab-tujuh-pertanyaan-gus-rumail/|website=RMINU Banten|access-date=2024-08-12}}</ref>.
Kitab Syajarah Mubarakah (abad 6H) menyebutkan anak Ahmad bin Isa hanya tiga: Muhammad, Ali dan Husain, tidak ada Ubed (Ubaidillah) <ref>{{Cite web|last=Utsman al bantani|first=Imaduddin|title=Syaikh Yusuf An-Nabhani Mengitsbat Ba’Alwi Berbasis Subjektifitas Tanpa Data Dan Dalil|url=https://rminubanten.or.id/syaikh-yusuf-an-nabhani-mengitsbat-baalwi-berbasis-subjektifitas-tanpa-data-dan-dalil/|website=RMINU Banten|access-date=2024-08-12}}</ref>. Ubaidillah sebagai tokoh abad 4 H tidak tercatat dalam kitab-kitab sezaman atau yang mendekatinya sebagai anak Sayyid Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib (Ahmad al Muhajir) . Kitab-kitab nasab dan sejarah telah banyak ditulis pada abad ke 4-9 Hijriyah, namun satu pun tidak ada yang menyebutkan bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah <ref>{{Cite web|last=Utsman al Bantani|first=Imaduddin|title=Ini Surat Dan Pertanyaan Kiai Imaduddin Kepada RA Dan Ustadz Taufik Segaf|url=https://rminubanten.or.id/ini-surat-dan-pertanyaan-kiai-imaduddin-kepada-ra-dan-ustadz-taufik-segaf/|website=RMINU Banten|access-date=2024-08-12}}</ref>.
Banyak kitab nasab dan sejarah (mulai abad 9 H dan seterusnya) yang menulis Ubed (Ubaidillah) sebagai anak Ahmad bin Isa kesemuanya akan bermuara merujuk kepada kitab ''Al-Burqah'' karya Ali al Sakran dari klan Ba’alwi sendiri (abad 9 H). Di abad ke-9 dan ke-10 (dan seterusnya), klan Ba’alwi bukan hanya berhasil membangun kontruksi nasab mereka terkoneksi kepada Nabi Muhammad SAW (melalui Ubaidillah) , tetapi mereka juga telah berhasil membangun kesejarahan leluhur mereka dengan kesejarahan yang luar biasa <ref>{{Cite web|last=Utsman al Bantani|first=Imaduddin|title=Living Sunnah, Otoritas Keagamaan Dan Konstruksi Nasab Ba’Alwi|url=https://rminubanten.or.id/living-sunnah-otoritas-keagamaan-dan-konstruksi-nasab-baalwi/|website=RMINU Banten|access-date=2024-08-12}}</ref>.
[[Sayyid]] dari keluarga [[Ba 'Alwi|Ba 'Alawi sada]] Yaman menelusuri keturunan mereka hingga Aḥmad al-Muhâjir melalui cucunya, Alawi "Sahib al-Sumal" bin Ubaidillah.<ref>{{cite book | last = Ho | first = Engseng | title = The Graves of Tarim: Genealogy and Mobility across the Indian Ocean | publisher = University of California Press | year = 2006 | url = http://www.al-bab.com/bys/books/ho06.htm | isbn = 0-520-24453-2 | access-date = 2008-09-21 | archive-url = https://web.archive.org/web/20080929191521/http://www.al-bab.com/bys/books/ho06.htm | archive-date = 2008-09-29 | url-status = dead }}</ref> Berdasar catatan pustaka dari [[Belanda]] , beberapa dari [[Wali Sanga]] di Indonesia dalam beberapa tradisi diklaim sebagai keturunannya juga dari jalur Azamatkhan.<ref>van den Berg, Lodewijk Willem Christiaan, 1886. <nowiki>''</nowiki>''Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'archipel Indien''. Impr. du gouvernement, Batavia.</ref> Akan tetapi ada sumber lain dari manuskrip nusantara yang mengatakan bahwa [[Wali Sanga]] bukanlah keturunan Ahmad al Muhajir.<ref>{{Cite book|last=Sunyoto|first=Agus|url=https://books.google.co.id/books/about/Atlas_Wali_Songo.html?id=bUifvwEACAAJ&source=kp_book_description&redir_esc=y|title=Atlas Walisongo|pages=80|url-status=live}}</ref> Ubaidillah, atau dikenal juga dengan sebutan ''Alawi al-Awwal'' (Alawi pertama) adalah keturunan pertama yang lahir di Yaman (satu versi mengatakan ia lahir di [[al-Husaisah]], versi lain mengatakan dia lahir di [[Sumal]]). Kata ''Bā'' dalam ''[[Ba 'Alwi|Ba 'Alawi sada]]'' adalah istilah khas Hadhrami yang berarti ''keturunan.''<ref>{{Cite web|url = http://familytreemaker.genealogy.com/users/a/s/y/Naqobatul-Asyrof-Jakarta/WEBSITE-0001/UHP-0014.html|title = ALWI-UBAIDILLAH-12|access-date = July 12, 2014}}</ref>
▲== Keturunan dan status ==
Saat ini keturunan Imam Ahmad melalui Alawi bin Ubaidillah tersebar paling banyak hingga Yaman, Afrika, terutama di Kenya (Lamu, Mombasa, Malindi) [[Tanzania]], [[Asia Tenggara]] ([[Indonesia]], [[Malaysia]], [[Brunei]], beberapa di [[Singapura]], [[Filipina]] Selatan dan beberapa di Thailand), dan [[Asia Selatan]] ([[Pakistan]] dan [[India]]). Beberapa keturunan terkemuka Imam Ahmad adalah [[Muhammad al-Faqih al-Muqaddam]] pada abad ke-13, Sayyid [[Abu Bakar al-Aydarus]] dari Tarim dan [[Azmatkhan]] di India, [[Sunan Ampel]] di Indonesia pada abad ke-15, Imam [[Abdullah bin Alawi al-Haddad]] pada abad ke-17, [[Raden Saleh|Raden Saleh bin Yahya]] (seorang bangsawan dan seniman) pada abad ke-19 [[Haidar Abu Bakr al-Attas]] (mantan perdana menteri Yaman), [[Umar bin Hafidz]] dari Tarim, [[Ali al-Jifri]] dari [[Jeddah]] di abad ke-21. Beberapa keturunannya di Indonesia antara lain diklaim sebagai [[Abdullah bin Syeikh al-Aydarus]], [[Ali bin Abdurrahman Alhabsyi|Habib Ali Kwitang]], [[Ali Alatas]], [[Alwi Shihab]], dan [[Hamid Algadri]].
==
{{reflist}}
|