Suku Kokoda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Tifa syawat: tradisi Kulintang |
|||
(25 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
|group = Kokoda<br><small>''Emeyode''</small>
|population = 6.528 ([[Sensus Penduduk Indonesia 2010|2010]])
|popplace = [[Papua Barat Daya]]
|langs = [[Bahasa Kokoda|Kokoda]]
|rels = [[Islam]] (mayoritas), [[Kristen]] (minoritas)
|related = [[Suku Imekko|Imekko]]
}}
'''
==Etimologi==
Nama ''Kokoda'' sebenarnya mengacu pada nama wilayah yang ditempati, dalam bahasa Kokoda (Yamueti) berarti "kawasan air yang berwarna hitam yang dikelilingi tanaman sagu".<ref name="Wekke">{{cite journal | last1=Wekke | first1=Ismail Suardi| last2=Sari| first2=Yuliana Ratna| title=Tifa Syawat dan Entitas Dakwah dalam Budaya Islam: Studi Suku Kokoda Sorong Papua Barat | journal=Thaqafiyyat | volume=13 | issue=1 | date=2012-06-01 | pages=163–186 | url=https://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/thaqafiyyat/article/view/42 | language=id | access-date=2024-05-17}}</ref> Sedangkan nama kelompok etniknya adalah Emeyode. Nama "Emeyode" berasal dari kata ''eme'' 'mari' dan ''yode'' 'kita jalan'. Dalam konteks ini nama tersebut dimaknai "mari berjalan bersama-sama".<ref name="Ronsumbre et al. 2023">{{citation | last1=Ronsumbre|first1=Adolof|last2=Ayorbaba|first2=Musa|last3=Lekitoo|first3=Paskhalis|last4=Bachri|first4=Samsul|last5=Raharjo|first5=Agus|last6=Nugroho|first6=Nur| title=Laporan Akhir Pemetaan Hak Ulayat Masyarakat Adat di Blok Kulupanda Kabupaten Sorong Selatan Provinsi Papua Barat | date=2023|url=https://web.archive.org/web/20240326020717/http://repository.unipa.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/2364/null%20%284%29.pdf?sequence=1 | publisher=UNIPA-PT Pertamina| access-date=2024-03-26}}</ref>
==Wilayah persebaran==
Suku Kokoda yang tinggal di [[Kota Sorong]] umumnya sudah mulai mengenal penggunaan [[teknologi modern]], mengingat lokasi perkampungan mereka juga bersebalahan dengan [[Bandar Udara Domine Eduard Osok]], [[Kota Sorong]]. Sementara itu, suku Kokoda yang tinggal di daerah
Secara geografis, mereka merasakan dua musim, yaitu [[musim panas]] dan [[musim hujan]]. Ketika musim panas tiba, masyarakat suku Kokoda akan mengalami kekurangan air. Namun demikian, mereka akan menggali sumur sedalam mungkin sampai kemudian menemukan sumber air. Hal itu telah berlangsung secara turun temurun.<ref name=":1">Normaningrum, Arumi (2011) ''Tradisi peminangan dengan 1500-2000 jenis barang di kalangan masyarakat muslim Kokoda: Kasus di kalangan masyarakat muslim Kokoda Distrik Manoi Sorong, Papua Barat Daya.'' Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Lihat melalui http://etheses.uin-malang.ac.id/1309/</ref>
===Persebaran marga===
Berikut adalah persebaran marga pemilik hak ulayat di Distrik Kokoda:<ref name="Ronsumbre et al. 2023"/>
*Kampung Tarof: Biawa, Totaragu, Tayo, dan Ugaya
*Kampung Negeri Besar: Ugaje
*Kampung Dauba: Jare, Beyete, Agia, Tameye, Nawari, Gogoba, Irewa, Damoi, Ugaje, dan Damar
*Kampung Topdan: Mudaye, Tobi, Maratar, Turai, dan Gogoba
*Kampung Migirito: Budori
== Kehidupan sosial ==
Secara garis besar, jumlah penduduk Kokoda yang bertempat di Kelurahan Klasabi berjumlah 6.528 jiwa pada tahun 2010. Mayoritas
Dalam hal keagamaan, suku Kokoda menganut dua agama besar, yaitu [[Islam]] dan [[Kristen Protestan]]. Islam masuk ke wilayah mereka pada tahun abad ke-15. Masuknya [[agama Islam]] ke wilayah tersebut tidak terlepas dari peran [[Sultan Tidore]]. Meskipun terdapat dua perbedaan agama besar, suku Kokoda hidup sangat rukun dan berdampingan satu sama lain. Hampir tidak pernah dijumpai konflik agama terjadi dalam kehidupan mereka. Sesuatu yang terlihat justru hubungan yang harmonis dan tolong menolong satu sama lain. Seperti misalnya, ketika umat [[Islam]] menggelar perayaan hari besar keagamaan seperti
Dalam hal pendidikan, suku Kokoda terhitung masih sedikit yang bersentuhan dengan dunia pendidikan. Banyak di antara mereka yang tidak menyelesaikan pendidikan [[
Pemberdayaan masyarakat suku Kokoda dilaksanakan pula oleh organisasi [[Muhammadiyah]]. Pengajaran bertani, beternak, dan menjadi nelayan juga dilaksanakan untuk pemberdayaan masyarakat. [[Warmon Kokoda, Mayamuk, Sorong|Kampung Warmon Kokoda]] di [[Kota Sorong]] bahkan disebut sebagai "Kampung Muhammadiyah" karena kedatangan organisasi tersebut membawa kemajuan.<ref name=kompas>Firdaus, Haris (18 Januari 2019). "Jejak Muhammadiyah di Papua Barat". ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]''. Hlm.19</ref>
Baris 28 ⟶ 39:
==Kebudayaan==
=== Tifa syawat ===
Tifa syawat merupakan [[alat musik]] tradisional [[tifa]] yang mirip seperti [[gendang]] yang cara memainkannya adalah dengan dipukul. Alat musik ini yang terbuat dari sebatang [[kayu]] atau [[rotan]] yang dikosongi bagian isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi dengan menggunakan kulit hewan yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Formatnya pun biasanya dibuat dengan ukiran yang memiliki ciri khas masing-masing. Tifa syawat sendiri telah berkembang di kalangan suku Kokoda yang oleh mereka disebut sebagai orkes musik tetabuhan (sejenis tradisi [[Kulintang]] dan Tatabuang) yang terdiri dari ''adrat'', ''tifa'', suling, dan gong kecil. Kesenian ini menjadi media dakwah penyebaran [[agama Islam]] yang dilakukan oleh para da'i di luar wilayah tempat tinggal suku Kokoda. Tifa gong sendiri merupakan alat musik asli
Namun demikian, kesenian Tifa syawat tersebut sebenarnya tidak murni berasal dari suku Kokoda. Sebelumnya, kesenian tersebut pertama kali berkembang di wilayah [[Kokas, Fakfak]], Papua. Meskipun begitu, suku Kokoda telah menguasai kesenian tersebut dengan sangat terampil. Hampir di beberapa acara besar keagamaan seperti Maulid Nabi dan kegiatan perayaan masyarakat seperti pernikahan dan khitanan tidak pernah lepas dari adanya kesenian tifa syawat.<ref name="
=== Tradisi peminangan ===
|