Prasasti Kota Kapur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(11 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{refimprove}}
[[Berkas:Prasasti Kota Kapur.jpg|ka|jmpl|170px|Prasasti Kota Kapur]]
Baris 32 ⟶ 33:
# ''supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut''
# ''mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya''
# ''dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri
# ''kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar 32 cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak.
== Arti penting ==
Prasasti Kota Kapur adalah prasasti Śrīwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum [[Prasasti Kedukan Bukit]] yang baru ditemukan di [[Palembang]] pada tanggal 29 November 1920, dan [[Prasasti Talang Tuwo]] yang ditemukan beberapa hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 November 1920. Berdasarkan prasasti ini Sriwijaya diketahui telah menguasai bagian selatan Sumatra, [[Pulau Bangka]] dan [[Pulau Belitung|Belitung]] hingga [[Lampung]]. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum "Bhumi Jawa" yang tidak berbakti (tidak mau tunduk) kepada Sriwijaya. Peristiwa ini cukup bersamaan waktunya dengan perkiraan runtuhnya [[Kerajaan Tarumanagara|Tarumanagara]] di Jawa bagian barat. Ada kemungkinan hal tersebut akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di [[Selat Malaka]], [[Selat Sunda]], [[Laut Cina Selatan]], [[Laut Jawa]], dan [[Selat Karimata]].
Prasasti Kota Kapur ini, beserta penemuan-penemuan arkeologi lainnya di daerah tersebut, merupakan peninggalan masa [[Sriwijaya]] dan membuka wawasan baru tentang masa-masa [[Hindu]]-[[Budha]] pada masa itu. Prasasti ini juga membuka gambaran tentang corak masyarakat yang hidup pada [[abad ke-6]] dan [[abad ke-7]] dengan latar belakang agama Buddha.
|