Hasan Basry: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambah gambar
Wagino Bot (bicara | kontrib)
 
Baris 71:
Sekembalinya ke tanah air, pada tahun 1956, Hassan Basry di lantik sebagai Komandan Resimen Infanteri 21/Komandan Territorial VI Kalsel. Dua tahun kemudian, pada tanggal 17 Juli 1958 dia dilantik menjadi Panglima [[Komando Daerah Militer X/Lambung Mangkurat]]. Ia memegang jabatan tersebut hingga 24 September 1958. Ia kemudian menjalani pendidikan di [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat]] di [[Kota Bandung|Bandung]] dari September 1958 hingga September 1959. Sekembalinya dari Bandung, pada tanggal 28 September 1959 ia kembali menjabat sebagai Panglima [[Komando Daerah Militer X/Lambung Mangkurat]].<ref name="utama" />
 
Pada saat suasana politik memanas karena kegiatan PKI dan ormasnya, Hassan Basry mengeluarkan surat pembekuan kegiatan PKI beserta ormasnya pada tanggal 22 Agustus 1960. Keluarnya surat ini sempat ditegur oleh Presiden Sukarno, namun Hassan Basry sebagai kepala Penguasa Perang Daerah Kalsel tidak mentaati teguran presiden. Pembekuan PKI dan ormasnya diikuti oleh daerah [[Sulawesi Selatan]] dan [[Sumatera Selatan]], peristiwa ini dikenal dengan sebutan Tiga Selatan (Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan).
 
Hassan Basry mengakhiri masa jabatannya sebagai pangdam pada tanggal 5 September 1961.<ref name="utama" /> Dari 1961 hingga 1963, dia menjabat Deputi Wilayah Komando antar Daerah Kalimantan dengan pangkat Brigadir Jenderal. Pada tanggal 17 Mei 1961, bertepatan peringatan Proklamasi Kalimantan, sebanyak 11 organisasi politik dan militer menetapkan Hassan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan. Kesepakatan ini diikuti oleh ketetapan DPRGR Tingkat II Hulu Sungai Utara pada tanggal 20 Mei 1962, yaitu ketetapan Hassan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan.