Rumah Tradisional Patah Sembilan Rejang Pesisir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Gayamentari (bicara | kontrib) Sub Judul Format |
Algoritma23 (bicara | kontrib) Memperbaiki Paragraf dan menambahkan foto |
||
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
{{Copy edit}}
{{Kelayakan}}}}
[[Berkas:Rumah Tradisional Patah Sembilan Rejang Pesisir.png|jmpl|Miniatur Rumah Tradisional Patah Sembilan Rejang Pesisir]]
== Sejarah Rumah Patah Sembilan ==
Kabupaten Rejang Lebong dialiri oleh 2 sungai yaitu sungai
▲Kabupaten Rejang Lebong dialiri oleh 2 sungai yaitu sungai musi yang bersumber dan melintasi nuak musai dan sungai ketahun bersumber dan melintasi nuak Lebong. Meskipun Sungai ini mempunyai sumber mulanya berdekatan akan tetapi satu sungai musi mengalir ke pantai utara dan sungai ketahun mengalir kepantai selatan. kedua sungai ini merupakan sumber kesuburan tamah yang di lintasinya. Oleh karenanya mayoritas penduduk Rejang Lebong bermukim disekitar pesisir pantai atau sungai karena mata pencarian mereka sangat bergantung hasil alam. Dari banyaknya rumah adat yang ada di kabupaten Rejang Lebong. Kali ini kami membahas salah satu rumah adat yang berdiri di pesisir pantai lebong. Rumah Patah Sembilan Rejang Pesisir merupakan rumah masyarakat [[Suku Rejang|suku rejang]] zaman dahulu yang letaknya di [[pasisir]] pantai. Rumah tersebut di tempati oleh masyarakat biasa yang mayoritas penduduknya bergantung pada hasil bertani, berburu dan nelayan.<ref>{{Cite book|last=Achmad|first=Ramli|date=09 Agustus 2004|title=Miniatur Rumah Tradisional Suku bangsa Rejang Dan Melayu Bengkulu|location=Bengkulu|publisher=Museum Negeri Provinsi Bengkulu|pages=8-9|url-status=live}}</ref>
== Arsitektur ==
Bentuk dari pada bangunan tersebut di cirikan dengan atap bumbungan jembatan yang terbuat dari ijuk. Pada bagian depan pintu rumah memiliki Berendo dan memiliki ruang lain seperti ruang tengah, ruang halaman atau tempat berembuk yang memiliki bilik atau kamar yang memiliki dapur dan garang. Di topang oleh tiang kayu dengan jumlah sembilan buah terdapat, tangga di bagian depan dan belakang untuk yang digunakan untuk naik dan turun. untuk di bagian bawah atap dan di atas pelapon biasanya di pakai kaum anak perempuan dan juga ibu - ibu sebagai tempat menenun.
Adapun fungsi dari tiap- tiap ruangan,yang pertama Berendo berfungsi sebagai tempat bergunjing pada pagi dan sore dengan tamu mau pun tetangga akrab pada waktu senggang selain itu di gunakan sebagai tempat duduk memandang, menegur orang lewat dan tempat anak-anak bermain (fungsi sosial) .Fungsi ekonomis nya di pakai biasanya di pakai sebagai tempat menukang (tempat membuat alat transport, alat penangkap ikan dan lain nya) serta tempat menjemur pakaian. Fungsi umeak danea yaitu sering di gunakan tempat menerima tamu, musyawarah dan tempat duduk anak-anak bujang waktu bersyair dan tempat duduk anak gadis. Ruang pendukuan di gunakan sebagai tempat tidur, tempat beristirahat orang tua.
== Tradisi ==
Sebelum mendirikan bangunan terdapat beberapa upacara yang di dilakukan oleh masyarakat Rejang salah satunya yaitu mengambil dan mintak Tanah berdasarkan dongeng suku Rejang adalah wali empat yang khususnya menguasai atau mengurus masalah tanah " maksud janggut " beliau menyerahkan pula pengurusannya kepada " Tuan Melum Dudung Saktei " selaku pemegang pusat ( puting) bumi. Saat itu beliau dibantu oleh tujuh orang pembantu, yaitu: Sayak Alei kersei, sayak Alei gemalei, Sayak Alei mumet, Sayak Alei mumin, Sayak Alei almina, Sayak Alei almuna, Sayak Alei alkanan. masyarakat suku rejang mempercayai bahwa masing - masing dari
Upacara mengambil dan memintak tanah kepada wali dunia ( wali empat di atas ) adalah serangkaian upacara memintah izin restu pada mereka agar tanah yang di gunakan sebagai tempat berdirinya bangunan tersebut selalu aman, sehat dan berkat. Posesi tersebut berlangsung pada waktu pagi hari, untuk harinya di tentukan biasanya pada hari rabu bertempat di tanah perkarangan pada
== Referensi ==
|