Fonologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dwi Yenie (bicara | kontrib)
Menambahkan informasi
Dunia Bahasa (bicara | kontrib)
Fonologi dan kaitan dengan tata ejaan
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{linguistik}}
'''Fonologi''' atau '''ilmu bunyi kata''' adalah [[ilmu]] tentang perbendaharaan [[bunyi|bunyi-bunyi]] ([[fonem]]) [[bahasa]] dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia.<ref name="referensi1">{{cite book|author=Chaer, Abdul|title=Fonologi Bahasa Indonesia|year=2009|publisher=Rineka Cipta|place=Bandung|page=1}}</ref>. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata.<ref name="referensi1"/>
 
Baris 38 ⟶ 39:
Ada beberapa istilah lain yang berkaitan dengan fonologi, antara lain: ''fona'', ''fonem'', ''vokal'', dan ''konsonan''. Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral atau masih belum terbukti membedakan arti, sedangkan fonem adalah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti.
 
Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf, jadi fonem berbeda dengan huruf. Variasi ini terdiri dari: [[vokal]], konsonan, diftong (vokal rangkap), dan kluster (konsonan rangkap).
 
'''[[Vokal]]''' adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Dalam bahasa, khususnya bahasa Indonesia, terdapat huruf vokal. [[Huruf vokal]] merupakan huruf-huruf yang dapat berdiri tunggal dan menghasilkan bunyi sendiri. Huruf vokal terdiri atas: ''a'', ''i'', ''u'', ''e'', dan ''o''. Huruf vokal sering pula disebut huruf hidup.
 
'''[[Konsonan]]''' adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan rintangan adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator. Terdapat pula istilah [[Konsonan|huruf konsonan]], yaitu huruf-huruf yang tidak dapat berdiri tunggal dan membutuhkan keberadaan huruf vokal untuk menghasilkan bunyi. Huruf konsonan tersebut terdiri atas: ''b'', ''c'', ''d'', ''f'', ''g'', ''h'', ''j'', ''k'', ''l'', ''m'', ''n'', ''p'', ''q'', ''r'', ''s'', ''t'', ''v'', ''w'', ''x'', ''y'', dan ''z''. Huruf konsonan sering pula disebut sebagai huruf mati.
 
= Kegunaan Ilmu Fonologi pada Disiplin ilmu lain =
Fonologi memiliki beberapa kegunaan pada bidang disiplin ilmu lain. Pertama, Fonologi memiliki manfaat dalam bidang klinis (Muclish, 2008:4).[https://repository.unpam.ac.id/8977/1/SIN0072_FONOLOGI%20BAHASA%20INDONESIA-full.pdf] Hasil kajian fonologi (khususnya fonetik) dapat dimanfaatkan untuk menangani anak yang mengalami hambatan bicara dan mendengar. Adapun buku yang menjelaskan hubungan antara ilmu fonologi dan bidang klinis ini muncul pada awal tahun 2000-an, diantaranya methods in ''Clinical Phonetics, Phonetics for Speech Pathology, Instrumen Clinical phonetics.'' Ketiga buku karya Martin Ball dan Chris Code tersebut merupakan buku yang membahas manfaat kajian fonetik di bidang klinis, khususnya pada perkembangan bahasa pada anak yang memiliki hambatan bicara dan mendengar.
 
== FONOLOGI DAN KAITAN DENGAN TATA EJAAN ==
Harus ditegaskan pula di sini, bahwa pada awal mulanya, fimya penulisan dalam berbagai peranti seperti yang ditunjukkan di bagian sebelumrva, merupakan kontribusi konkret. dari studi fonologi dalam ilmu bahasa, yang sejak awal kelahirannya di belahan bumi Eropa, memang terus berkutat dengan masalahmasalah perubahan btnyi (sound change), sebagaimana yang pemah ditegaskan dalam Parker (1986). Bunyi ujar manusia itu diubah ke dalam wujud-wujud tulis dengan memerantikan tanda-tanda yang bisa melambanginya, yal\g secara ortografis lazim disebut sebagai grafem. Jadi, idealnya satu grafem dalam sebuah bahasa itu melambangi satu bunyi, yang di dalam studi fonemik disebut sebagai fonem. Akan tetapi pada faktanya, sangatlah sulit mencari bahasa - bahkan mungkin tidak ada-bahasa yang memiliki satu graJem sebagai penanda bunyi yang dapat merepresentasikan satu fonem' Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia, grafem dapat digunakan untuk melambangi foner.t le/ seperti pada'ember', dan /e/ sepetn pada'bersih', dan /e/ seperti pada'teras'. Demikian pula grafem yang terletak pada kata 'baPak', temyata memiliki rePresentasi berbeda dengan /k/ pada kata'kita'. Jadi jelas bahwa posisi final dan posisi awal sebuah grafem, memiliki rePresentasi pelafalan yang Lerbeda. Datam bahasa Inggns, fakta keberadaan grafem untuk melambangi bunyi bahasa itu iauh lebih kacau daripada bahasa lndonesia. Gra{em kadangkala digunakan untuk merePresentasikan bunyi [a] seperti pada kata'cut' dan'but'. Akan tetaPi, Sralem itu juga dapat berepresentasi sebagai [u] seperti pada kata dalam bahasa Inggris 'butcher' dan 'put'. Sekalipun terkesan rumit sePerti yang dicontohkan di bagian depan itu, tetap harus dipahami bahwa fonologi memang berkontribusi banyak pada pengembangan dan pembentukan ejaan lewat konvensi grafem dan fonem Dengan demikian daPat ditegaskarL bahwa fonologi berkontribusi pada pembenhrkan dan pengembangan ejaan lewat dimensi fonemiknya' bukan dari dimensi fonetiknya. Dalam studi fonologi, kontribusi tersebut bercifat ilmiah karena hasil-hasil kajian fonologi merupakan hasil dari cara keria dan cara pikir berhakikat ilmiah dalam mempelaiari bunyi uiar manusia.<ref>{{Cite book|title=|url-status=livehttps://people.usd.ac.id/~dosen/repository/kunjana/fonologi.pdf}}</ref>
 
== Lihat pula ==