Bahasa Melayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pembaharuan informasi logat. Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(15 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{About|bahasa yang menjadi akar dari bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia|bentuk
{{Infobox bahasa
|name=Bahasa Melayu
|altname=
|nativename=''Bahasa Melayu''<br/>{{lang|ms-Arab|بهاس ملايو}}{{*}}{{Script|Rjng|ꤷꥁꤼ ꤸꥍꤾꤿꥈ}}
|states= [[Brunei]], [[Indonesia]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Thailand Selatan]], [[Pulau Natal]], dan [[Kepulauan Cocos]]
|ethnicity=[[Suku Melayu|Melayu]]<br> [[Kelompok etnis di Indonesia|Berbagai etnis di Indonesia]] (sebagai bahasa indonesia)
|region=[[Asia Tenggara Maritim]]
|speakers = Jumlah gabungan penutur bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu lain:<br />{{penutur|1}} {{sigfig|77|2}} juta
|date = 2007
|ref = ne2007
|speakers2 = {{penutur|1}} dan {{penutur|2}}: 200–290 juta (2009)<ref>{{cite web|last=Uli|first=Kozok|title=How many people speak Indonesian|url=http://ipll.manoa.hawaii.edu/indonesian/2012/03/10/how-many-people-speak-indonesian/|publisher=University of Hawaii at Manoa|access-date=30 Agustus 2022|date=30 Agustus 2022|quote=James T. Collins (''Bahasa Sanskerta dan Bahasa Melayu'', Jakarta: KPG 2009) gives a conservative estimate of approximately 200 million, and a maximum estimate of 250 million speakers of Malay (Collins 2009, p. 17).|archive-date=2018-12-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20181226044452/http://ipll.manoa.hawaii.edu/indonesian/2012/03/10/how-many-people-speak-indonesian/|dead-url=no}}</ref>
|rank=
|familycolor=Austronesia
Baris 19:
[[Aksara Thai]] (di Thailand)<br/>[[Aksara Rencong]]<br/>[[Braille|Braille Bahasa Melayu]]
Menurut sejarah, [[aksara Pallawa]], [[aksara Kawi]], [[aksara Rencong]]
|nation={{flag|Indonesia}} (Bahasa Melayu merupakan bahasa daerah, sedangkan [[bahasa Indonesia]] merupakan bahasa kebangsaan dan resmi
{{endplainlist}}
|agency= '''Tingkat kebangsaan''' (nasional):<br />{{flagicon|Indonesia}} [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]]<ref>
| ancestor=[[Bahasa Proto-Melayik|Melayik Purba]]
| ancestor2=[[Bahasa Melayu Kuno|Melayu Kuno]]
| ancestor3=[[Bahasa Melayu Klasik|Melayu Klasik]]
| standards=* [[Bahasa Indonesia]]<br>(Indonesia)
| map=Malay language Spoken Area Map v1.png
|mapcaption=Daerah persebaran bahasa Melayu: {{legend3|#0000ff|Indonesia}}
Baris 36 ⟶ 34:
{{legend3|#f7f36b|Thailand Selatan dan Kepulauan Cocos, tempat ragam bahasa Melayu lain dituturkan}}
| map2 = File:Malayophone world.svg
| mapcaption2 = Peta negara-negara
{{legend3|#000075|Sebagai bahasa resmi}}
{{legend3|#439dd4|Sebagai bahasa Minoritas ataupun bahasa yang dituturkan dalam lingkup tertentu}}
Baris 43 ⟶ 41:
{{flag|Indonesia}}<br/>(selain sebagai [[bahasa Indonesia]], bahasa Melayu tempatan atau kreol berstatus sebagai bahasa daerah, terutama di wilayah [[Sumatra]] dan [[Kalimantan]])|{{Flag|Timor Leste}} ([[bahasa Indonesia]] digunakan sebagai bahasa kerja dan bahasa perdagangan dengan [[Indonesia]])<ref name="easttimorgovernment.com">{{cite web|url=http://www.easttimorgovernment.com/languages.htm|title=East Timor Languages|website=www.easttimorgovernment.com|access-date=30 Juli 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20160304130633/http://easttimorgovernment.com/languages.htm|archive-date=4 Maret 2016|url-status=dead}}</ref>}}
{{flag|Thailand}} (sebagai [[Bahasa Melayu Kelantan-Pattani|bahasa Melayu Pattani]])<br/>
|iso3=msa<!--The rest of the codes under the [msa] macrolanguage are at [[Malayan languages]], [[Malay trade and creole languages]], [[Cocos Malay]] and [[Urak Lawoi' language]]-->|iso1=ms|iso2b=may|iso2t=msa|glotto=indo1326|glottoname=cocok sebagian|glottorefname=Kepulauan Nusantara|lc1=zlm|lc2=ind|lc3=zsm|lc4=btj|lc5=mfb|lc6=
|SK=NE
|contoh_teks=Semua manusia dilahirkan bebas dan sama rata dari segi maruah dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan.
Baris 55 ⟶ 53:
}}
'''Bahasa Melayu''' ({{IPA-id|bahasa məlaju}}; [[abjad Jawi|Jawi]]: {{lang|ms-Arab|بهاس ملايو}}, [[aksara Rejang|Rejang]]: {{Script|Rjng|ꤷꥁꤼ ꤸꥍꤾꤿꥈ}}) merupakan sebuah bahasa dalam [[rumpun bahasa Austronesia]] yang dituturkan terutama di [[Asia Tenggara Maritim]]. Bahasa
Bahasa Melayu merupakan [[basantara|bahasa perantara]] dalam kegiatan perdagangan dan keagamaan di
Bahasa Melayu Klasik, secara spesifiknya [[bahasa istana]] (atau dikenal sebagai ''Court Malay'' dalam bahasa Inggris) adalah [[bahasa baku]] sastra yang bersusur galur dari [[Kesultanan Melaka]] dan [[Kesultanan Johor|Johor-Riau]] (sekarang Johor (Malaysia) dan
Bahasa Melayu mempunyai banyak [[dialek]] dan setiap dialek mempunyai perbedaan kentara dari segi pengucapan dan kosakata. Misalnya, bahasa Melayu Riau
== Definisi ==
Baris 70 ⟶ 67:
== Asal-usul ==
Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu ditemukan di pesisir tenggara [[Pulau Sumatra]], di wilayah yang sekarang dianggap sebagai pusat [[Kerajaan Sriwijaya]]. Istilah "Melayu" sendiri berasal dari Kerajaan [[Kerajaan Melayu|Kerajaan Malayu]] awal yang bertempat di
Ada tiga teori yang dikemukakan tentang asal-usul penutur bahasa Melayu (atau bentuk awalnya sebagai anggota [[Rumpun bahasa Melayik|bahasa-bahasa
Ahli sejarah bahasa Melayu umumnya setuju tentang tanah air asal dari bahasa Melayu
==Sejarah==
Baris 85 ⟶ 82:
[[Berkas:Lawah-Lawah Merah (1875).pdf|thumb|''Lawah-Lawah Merah'' (1875), terjemahan bahasa Melayu ''L'araignée rouge'' oleh {{ill|René de Pont-Jest|fr}} telah [[Identifikasi|dikenal pasti]] sebagai novel berbahasa Melayu yang pertama. Sebelum zaman itu, kesusastraan dan penceritaan bahasa Melayu sebagian besar ditulis dalam bentuk [[hikayat]].]]
Bahasa Melayu termasuk dalam [[Rumpun bahasa Austronesia#Penggolongan bahasa-bahasa Malayo-Polinesia|bahasa-bahasa Melayu Polinesia]] di bawah [[rumpun bahasa Austronesia]]. Menurut [[statistika|statistik]] penggunaan bahasa di [[Bumi|dunia]], penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih dari 290 juta jiwa yang merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi bahasa-bahasa di [[Bumi|dunia]] (jika jumlah penutur bahasa Indonesia dimasukkan).<ref>
Sejarah bahasa Melayu dapat dibagi menjadi beberapa zaman: [[Bahasa Proto-Melayu|bahasa Melayu Purba]], [[bahasa Melayu Kuno]], Zaman Peralihan, Zaman Melaka ([[Bahasa Melayu Klasik]]), bahasa Melayu Modern Akhir, dan [[bahasa Melayu Modern]]. Sejarah penggunaan yang panjang ini tentu saja mengakibatkan perbedaan versi bahasa yang digunakan. Bahasa Melayu Kuno diyakini sebagai leluhur sebenarnya bahasa Melayu Klasik.<ref>{{cite book|last1=Wurm|first1=Stephen|author-link1=Stephen Wurm|last2=Mühlhäusler|first2=Peter|author-link2=Peter Mühlhäusler|last3=Tryon|first3=Darrell T.|author-link3=Darrell T. Tryon|title=Atlas of Languages of Intercultural Communication in the Pacific, Asia, and the Americas: Vol I: Maps. Vol II: Texts|url=https://books.google.com/books?id=lFW1BwAAQBAJ&pg=RA1-PR19|year=1996|publisher=Walter de Gruyter|isbn=978-3-11-081972-4|page=677}}</ref> Walaupun demikian, tidak ada bukti bahwa bentuk-bentuk tersebut bahasa Melayu tersebut saling bersinambung. Selain itu, penggunaan yang meluas di berbagai tempat memunculkan berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena penyebaran penduduk dan keterasingan wilayah, maupun melalui [[kreolisasi|pengkreolan]].
Baris 93 ⟶ 90:
Bahasa Melayu Kuno dipengaruhi oleh [[bahasa Sanskerta]], bahasa kesusastraan India Klasik, dan bahasa peribadatan [[agama Hindu]] dan [[Agama Buddha|Buddha]]. Kata pinjaman [[bahasa Sanskerta]] dapat ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa Melayu Kuno. Prasasti yang paling awal diketahui dalam bahasa Melayu Kuno ditemukan di [[Sumatra]], yang berasal dari kira-kira abad ke-7 Masehi, tercantum pada beberapa prasasti peninggalan [[Kerajaan Sriwijaya]] di bagian selatan Sumatra dan [[wangsa Syailendra]] di beberapa tempat di [[Jawa Tengah]],<ref name="Ikram">[[Achadiati Ikram|Ikram, A.]] 2008. [http://melayuonline.com/article/?a=bW1tL3FMZVZBUkU4Ng%3D%3D=&l=bahasa-melayu-penyebar-budaya Bahasa Melayu penyebar budaya. Naskah-naskah sebagai saksi persebaran bahasa]{{Pranala mati|date=Februari 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}. Jurnal ATL Vol. 1. Diakses dari laman Melayu Online 6-5-2009.</ref> ditulis dalam [[Aksara Pallawa|ragam Pallawa]] dari [[aksara Grantha]],<ref>{{cite web |url=http://www.bahasa-malaysia-simple-fun.com/bahasa-melayu-kuno.html |title=Bahasa Melayu Kuno |publisher=Bahasa-malaysia-simple-fun.com |date=15 September 2007 |access-date=22 Desember 2010 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20101226183127/http://www.bahasa-malaysia-simple-fun.com/bahasa-melayu-kuno.html |archive-date=26 Desember 2010 |df=dmy-all }}</ref> dan bertarikh 1 Mei 683. Prasasti itu dikenal sebagai [[Prasasti Kedukan Bukit]] yang ditemukan oleh [[Bangsa Belanda|pria Belanda]], M. Batenburg, pada 29 November 1920 di Kedukan Bukit, [[Sumatera Selatan]], di tepi Tatang, anak [[Sungai Musi]]. Ini adalah batu kecil berukuran {{convert|45 by 80|cm}}.
Bukti lain adalah Undang-Undang Tanjung dalam huruf-huruf pasca-Pallawa.<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/undang-undang-tanjung-tanah-naskah-melayu-tertua-di-dunia/|title=Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu Tertua di Dunia|last=Surakhman|first=M. Ali|date=23 Oktober 2017|website=kemdikbud.go.id|language=id|access-date=2022-05-22|archive-date=2023-06-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230602143845/https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/undang-undang-tanjung-tanah-naskah-melayu-tertua-di-dunia/|dead-url=no}}</ref> Teks undang-undang pra-Islam abad ke-4 ini dihasilkan pada zaman [[Adityawarman]] (1345–1377) dari [[Dharmasraya]], kerajaan Hindu-Buddha yang muncul setelah kekuasaan [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] berakhir. Undang-Undang itu berlaku untuk [[orang Minangkabau]], yang saat ini masih tinggal di dataran tinggi [[Sumatra]], [[Indonesia]]. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
Selepas masa Sriwijaya, catatan tertulis tentang dan dalam bahasa Melayu baru muncul semenjak masa [[Kesultanan Malaka]] (abad ke-15). [[Prasasti Terengganu|Batu Prasasti Terengganu]] (Melayu: Batu Bersurat Terengganu; Jawi: باتو برسورت ترڠݢانو) adalah [[Stele|lempengan atau tiang batu]] tegak yang membawa prasasti dalam tulisan Jawi yang ditemukan di Terengganu, Malaysia merupakan bukti terawal prasasti bahasa Melayu Klasik. Prasasti itu bertarikh mungkin pada 702 H (berpadanan dengan 1303 M), merupakan salah satu bukti terawal tentang tulisan Jawi di dunia Melayu Asia Tenggara dan merupakan salah satu bukti tertua tentang kedatangan Islam sebagai agama negara di wilayah ini. Ini berisi [[Proklamasi|permakluman]] yang dikeluarkan oleh penguasa Terengganu yang dikenal sebagai Seri Paduka Tuan, yang mendesak rakyatnya untuk memperluas dan menegakkan Islam serta menyediakan 10 hukum dasar syariat sebagai pedoman mereka.
Baris 371 ⟶ 368:
Walau bagaimanapun, alfabet Latin yang paling umum digunakan di Brunei dan Malaysia, baik untuk tujuan resmi maupun tidak resmi.
Dari segi sejarah, bahasa Melayu telah ditulis dalam berbagai aksara. Sebelum abjad Arab diperkenalkan di wilayah Melayu, bahasa Melayu telah ditulis menggunakan [[aksara Pallawa]], [[Aksara Kawi|Kawi]], dan [[Aksara Rencong|Rencong]]. Ini masih digunakan sampai saat ini seperti [[Aksara Cham|aksara Cam]] digunakan oleh [[Suku Cham|orang Cam]] [[Vietnam]] dan [[Kamboja]]. Bahasa Melayu Kuno ditulis menggunakan aksara Pallawa dan Kawi, terbukti dari beberapa prasasti di wilayah Melayu. Mulai dari zaman kerajaan Pasai dan sepanjang zaman keemasan Kesultanan Melaka, "abjad Jawi" secara berangsur-angsur menggantikan aksara ini sebagai aksara yang paling umum digunakan di wilayah Melayu. Mulai dari abad ke-17, di bawah pengaruh [[Bahasa Belanda|Belanda]] dan Britania, abjad Jawi secara berangsur-angsur digantikan dengan [[Alfabet bahasa Melayu|abjad Rumi]].<ref>{{Cite web |url=http://www.omniglot.com/writing/malay.htm |title=Malay (Bahasa Melayu) |website=Omniglot |access-date=30 Agustus 2008 |archive-date=2019-06-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190626115200/http://www.omniglot.com/writing/malay.htm |dead-url=no }}</ref>
== Lingkup penggunaan ==
Baris 377 ⟶ 374:
[[Berkas:Malaysia Traffic-signs Warning-and-regulatory-signs-02.jpg|thumb|right|Rambu lalu lintas berbahasa Melayu di Malaysia.]]
[[Berkas:Sukarno hatta airport - Terminal - Jakarta - Indonesia.jpg|thumb|right|Rambu jalan berbahasa Indonesia di [[Jakarta]], Indonesia. Rambu bertuliskan "Lajur Khusus Menurunkan Penumpang" dan rambu larangan parkir kecil di sebelah kiri bertuliskan "Sampai Rambu Berikutnya" dalam [[bahasa Indonesia]]]]
Bahasa Melayu dituturkan di [[Brunei]], [[Indonesia]], [[Malaysia]], [[Timor Leste]], [[Singapura]], bagian [[Thailand]]<ref>{{Cite web |title=Malay Can Be 'Language of ASEAN' |url=http://www.brudirect.com/index.php/2010102331853/Local-News/malay-can-be-language-of-asean.html |date=24 Oktober 2010 |publisher=brudirect.com |access-date=22 Desember 2010 |archive-date=2017-10-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20171011114610/http://www.brudirect.com/index.php/2010102331853/Local-News/malay-can-be-language-of-asean.html |dead-url=no }}</ref> dan [[Filipina]] selatan.{{cn}} Indonesia mengatur ragam normatif sendiri, sedangkan Malaysia dan Singapura menggunakan baku yang sama.<ref name="Introduction">{{Cite book
| last = Salleh
| first = Haji
Baris 387 ⟶ 384:
| pages = xvi
| url = https://books.google.com/books?id=QTKtgVCUZ48C
| isbn = 978-983-068-307-2
| isbn = 978-983-068-307-2}}</ref> Selain bahasa Melayu Baku, Brunei menggunakan [[Dialek tidak baku|dialek sehari-hari]] tersendiri yang dipanggil [[bahasa Melayu Brunei]]. Di [[Timor Leste]], yang pernah diperintah sebagai provinsi Indonesia dari tahun 1976 hingga 1999, bahasa Indonesia diakui oleh undang-undang dasar sebagai salah satu dari dua bahasa kerja (yang satu lagi adalah [[bahasa Inggris]]), di samping bahasa resmi [[Bahasa Tetun|Tetun]] dan [[Bahasa Portugis|Portugis]].<ref name="easttimorgovernment.com"/> Sejauh mana bahasa Melayu digunakan di negara-negara ini berbeda-beda bergantung kepada keadaan sejarah dan budaya. Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan di Malaysia berdasarkan [[Konstitusi Malaysia#Pasal 152|Pasal 152]] [[Konstitusi Malaysia|Undang-Undang Dasar Malaysia]], dan menjadi satu-satunya bahasa resmi di [[Malaysia Barat|Semenanjung Malaysia]] pada tahun 1968 dan di [[Malaysia Timur]] secara berangsur-angsur semenjak tahun 1974. Walau bagaimanapun, [[bahasa Inggris]] terus digunakan secara meluas dalam bidang profesional dan komersial dan pengadilan tinggi. Bahasa minoritas lain juga umum digunakan oleh etnik minoritas besar negara itu. Keadaan di Brunei sama dengan Malaysia. Di [[Filipina]], bahasa Melayu dituturkan oleh sejumlah kecil penduduk muslim yang mendiami [[Mindanao]] (khususnya [[Semenanjung Zamboanga]]) dan [[Kepulauan Sulu]]. Walau bagaimanapun, mereka kebanyakannya menuturkannya dalam bentuk [[Bahasa dagang dan kreol Melayu|kreol]] menyerupai [[bahasa Melayu Sabah]].{{cn}} Dari segi sejarah, bahasa itu adalah bahasa perdagangan utama kepulauan sebelum [[Hindia Timur Spanyol|pendudukan Spanyol]]. [[Bahasa Indonesia]] dituturkan oleh [[Komunitas|perguyuban]] perantauan Indonesia di [[Kota Davao]], dan frasa fungsian diajarkan kepada anggota Angkatan Bersenjata Filipina dan kepada pelajar.{{cn}}▼
| access-date = 2022-05-22
| archive-date = 2024-05-22
| archive-url = https://web.archive.org/web/20240522101733/https://books.google.com/books?id=QTKtgVCUZ48C
| dead-url = no
▲
Bahasa yang dituturkan [[Orang Peranakan|orang peranakan]] (Tionghoa selat, [[Hibrida|kacukan]] pemukim Tionghoa dari [[Dinasti Ming|wangsa Ming]] dengan bahasa Melayu setempat) adalah [[patois|dialek]] bahasa Melayu dan [[Bahasa Hokkien|Tionghoa Hokkien]], yang sebagian besar dituturkan di bekas [[Negeri-Negeri Selat|negeri-negeri selat]] di [[Pulau Pinang|Pinang]] dan [[Melaka]] di Malaysia dan Kepulauan Indonesia.
Baris 394 ⟶ 396:
Penggunaan bahasa Melayu sebagai [[Basantara|bahasa perantara]] di seluruh [[Kepulauan Melayu|Kepulauan Nusantara]] yang bertautan dengan kebangkitan kerajaan-kerajaan [[Islam]] dan penyebaran [[Islam]], yang merupakan akibat dari pertumbuhan perdagangan sekawasan. Bahasa kesusastraan telah dibentuk [[Kesultanan Melaka|Melaka]]. Setelah kejatuhan Melaka oleh Portugis pada tahun 1511, pusat kesusastraan beralih ke [[Kesultanan Lingga|Kesultanan Johor-Riau]]. Oleh sebab itu, bahasa itu sering dipanggil bahasa Melayu Johor-Riau walaupun ia adalah kesinambungan bahasa Melayu Melaka. Ketika kesultanan itu dibagi antara [[Malaya Britania]] ([[Johor]]) dan [[Hindia Belanda|Hindia Timur Belanda]] ([[Kepulauan Riau]]), bahasa itu telah diberikan status resmi di kedua wilayah.
Penggunaan bahasa Melayu di negara-negara ini berbeda bergantung kepada [[sejarah]] dan [[budaya]]. Indonesia menyebut "bahasa Melayu Riau" (Melaka–Johor-Riau) sebagai akar bahasa Indonesia dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ketika memperoleh kemerdekaan. Sejak tahun 1928, kaum nasionalis dan muda di seluruh kepulauan Indonesia telah menyatakan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa resmi, sebagaimana [[Proklamasi|dipermaklumkan]] dalam [[Sumpah Pemuda]]. Dengan demikian, Indonesia menetapkan bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu itu sebagai bahasa resmi.<ref>{{Cite web |title=Languages of Indonesia (Sumatra) |url=http://www.ethnologue.com/show_country.asp?name=IDS |access-date=2022-05-22 |archive-date=2009-01-30 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090130134124/http://www.ethnologue.com/show_country.asp?name=IDS |dead-url=no }}</ref> Di [[Indonesia]], [[Kepulauan Riau|bahasa ini]] berkembang dan dibakukan menjadi [[bahasa Indonesia]]. Pada tahun 1953, setidaknya terdapat 23 ribu jumlah perbendaharaan kata dalam kamus bahasa indonesia yang sebagian besar diadopsi dari bahasa Melayu. Hingga sekarang jumlah kosakata dalam kamus bahasa Indonesia terus bertambah.<ref>{{Cite web |title=Penutur Bahasa Indonesia Capai 300 Juta Jiwa |url=https://ugm.ac.id/id/berita/22527-penutur-bahasa-indonesia-capai-300-juta-jiwa |access-date=2023-03-02 |archive-date=2023-03-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230326032239/https://ugm.ac.id/id/berita/22527-penutur-bahasa-indonesia-capai-300-juta-jiwa |dead-url=no }}</ref>
Di Malaysia, [[Konstitusi Malaysia#Pasal 152|Pasal 152]] Perserikatan Malaysia menerima pakai bahasa Melayu Melaka-Johor-Riau sebagai bahasa resmi (bahasa Malaysia) pada tahun 1957. Kata "Malaysia", baik dalam bahasa maupun negara, menekankan bahwa negara itu terdiri dari lebih dari sekadar [[Suku Melayu]]. Pemerintah Malaysia bermaksud untuk menamakan bahasa kebangsaan sebagai "[[bahasa Malaysia]]" sebagai bahasa yang diusulkan, yang berlawanan dengan bahasa Indonesia yang sebenarnya dianggap Malaysia sebagai bahasa baku Melayu yang dibakukan dan digunakan secara resmi sebagai bahasa kebangsaan di Indonesia, tetapi konsep itu bertentangan dengan keterangan bahasa kebangsaan yang termaktub dalam Pasal 152 [[Konstitusi Malaysia|Undang-Undang Dasar Perserikatan Malaysia]]. Jadi, di Malaysia, bahasa Melayu mengalami perubahan nama beberapa kali. Pada awal [[1970-an]], bahasa Melayu di Malaysia dinamakan "bahasa Malaysia" atas sebab politik, yang berlawanan dengan [[bahasa Indonesia]]. Kemudian, pada tahun 1986, nama resmi bahasa telah diubah menjadi bahasa Melayu. Mulai tahun 2007, bahasa kebangsaan Malaysia dinamakan kembali menjadi "bahasa Malaysia" sebagai simbol bahwa bahasa ini adalah bahasa untuk semua dan tidak memandang kaum (tanpa membedakan ras). Namun begitu, hal tersebut tidaklah dapat dibenarkan sebab menurut Pasal 152 [[Konstitusi Malaysia|Undang-Undang Dasar Perserikatan Malaysia]], menyebut bahwa: "Bahasa kebangsaan adalah "bahasa Melayu". Pada tahun 2007, diubah menjadi bahasa Malaysia, kemudian diubah menjadi bahasa Melayu. Nama "bahasa Melayu" digunakan kembali dalam masyarakat. Sampai saat ini, tidak ada perubahan nama bahasa Melayu ke bahasa Malaysia terjadi.<ref>{{Cite web |url=http://jpt.mohe.gov.my/RUJUKAN/akta/Perkara%20152.pdf |title=Teks PDF oleh Jabatan Pengajian Tinggi, Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia-Perkara 152. Bahasa kebangsaan. |access-date=2022-05-18 |archive-date=2012-11-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20121108012837/http://jpt.mohe.gov.my/RUJUKAN/akta/Perkara%20152.pdf |dead-url=yes }}</ref> Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi di Malaysia pada [[1968]], tetapi bahasa Inggris masih digunakan dengan luas terutama sekali dalam kalangan masyarakat [[Tionghoa]] dan [[India Malaysia|India]], sama seperti di Brunei. Di Brunei, bahasa Melayu diakui sebagai bahasa resmi Brunei dalam Undang-Undang Dasar Negara Brunei Tahun 1959. Bahasa ini juga berdasarkan baku Melaka-Johor-Riau, sedangkan [[bahasa Melayu Brunei]] digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Berbeda di Indonesia, [[bahasa Indonesia]] berhasil menjadi bahasa perantaraan utama atau ''lingua franca'' untuk rakyat yang berbilang kaum (multiras) karena usaha gigih pemerintah Indonesia dalam menggalakkan penggunaan bahasa Indonesia. Di [[Timor Leste]], meski telah terlepas dari Indonesia, bahasa Indonesia masih tetap dipertahankan sebagai bahasa resmi utamanya sebagai "bahasa kerja".
Baris 402 ⟶ 404:
Disebabkan hubungan terdahulu dengan [[Filipina]], perkataan Melayu—seperti ''dalam hati'' (simpati), ''luwalhati'' (kemuliaan), ''tengah hari'', ''sedap''—telah berkembang dan [[Integrasi|disepadukan]] ke dalam [[bahasa Tagalog]] dan [[Bahasa di Filipina|rumpun bahasa Filipina yang lain]].{{cn}}
Bahasa Melayu Piawai (disebut juga sebagai bahasa Melayu baku, bahasa baku Melayu, atau bahasa piawai Melayu) adalah [[Bahasa Melayu Riau|bahasa Melayu Johor-Riau]] yang berasal dari [[Johor]] (Malaysia) & [[Kepulauan Riau]] (Indonesia), seperti yang disepakati dan diakui oleh Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Bahasa Melayu Johor-Riau selanjutnya dikenal sebagai induk kelahiran bahasa Melayu yang dipakai sebagai bahasa resmi kebangsaan pada zaman modern. Istilah bahasa Melayu biasanya dikelirukan dengan [[bahasa Malaysia]] yang merupakan nama umum yang digunakan untuk bahasa Melayu yang dituturkan di Malaysia, yang berlawanan dengan [[bahasa Indonesia]]. Bahasa Melayu sebenarnya adalah bahasa makro yang mencakupi kedua bahasa itu (bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia). Tidak ada kata sepakat yang lengkap mengenai perbedaan ini karena badan bahasa di Malaysia, [[Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia)|Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia]], telah menyatakan bahwa kedua istilah tersebut dapat digunakan untuk bahasa Melayu yang dituturkan di Malaysia bergantung kepada konteks, yang menjadikan penutur di Malaysia dapat memilih untuk menggunakan istilah yang mereka sukai, baik menggunakan istilah "bahasa Melayu" maupun "bahasa Malaysia".<ref>{{Cite web|last=Fernandez|primary1=Kathleen|last2=Fernandez|primary2=Kathleen|url=https://www.expatgo.com/my/2016/06/01/-history-bahasa-melayu-malaysia/|title=The history of Bahasa Melayu / Malaysia: The language of the Malay(sian) people|data=2016-06-01|accessdate=2022-04-21|website=ExpatGo|language=en-US|archive-date=2023-06-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230608011407/https://www.expatgo.com/my/2016/06/01/-history-bahasa-melayu-malaysia|dead-url=no}}</ref>
[[Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia)|Dewan Bahasa dan Pustaka]] (Malaysia), [[MABBIM]], atau Perdana Menteri Malaysia pernah mengusulkan bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi [[ASEAN]] mengingat lebih dari separuh jumlah penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu (jika penutur bahasa Indonesia tergolong dalam sensus). Namun, usulan itu mendapat pertentangan dari sebagian pihak di Indonesia sebab lebih banyak penutur bahasa Indonesia dalam perhitungan dibandingkan dengan penutur bahasa Melayu, dan pada dasarnya bahasa Indonesia masih dapat dipahami oleh sebagian besar penutur bahasa Melayu terutama yang sudah terbiasa dengan bahasa Melayu Baku (juga disebut bahasa Melayu Piawai, bahasa standar Melayu, atau bahasa baku Melayu) yang sememangnya berasal dari bahasa Melayu Riau.<ref>Chairman’s Statement of the 12th ASEAN Plus Three Summit</ref><ref>ASEAN Regional Plan of Action</ref> Pada masa lampau, Indonesia pernah berencana keluar dari MABBIM, tetapi pihak Malaysia memohon agar Indonesia tetap menganggotai organisasi itu untuk meneruskan sinergi dan kerja sama untuk mewujudkan bahasa Melayu/Indonesia sebagai bahasa perantara di ASEAN.<ref>{{Cite web |url=https://www.freemalaysiatoday.com/category/opinion/2019/04/18/selamat-meninggalkan-kami-indonesia/. |title=freemalaysiatoday.com. |access-date=2022-05-18 |archive-date=2020-12-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201208142210/https://www.freemalaysiatoday.com/category/opinion/2019/04/18/selamat-meninggalkan-kami-indonesia/ |dead-url=yes }}</ref> Rencana ini belum pernah terwujud, tetapi ASEAN sekarang selalu membuat dokumen asli dalam [[bahasa Inggris]] dan diterjemahkan ke dalam bahasa resmi masing-masing negara anggotanya.
Baris 408 ⟶ 410:
==Tata bunyi==
{{main|Fonologi bahasa Melayu}}
Bahasa Melayu, seperti kebanyakan rumpun bahasa Austronesia, bukanlah [[Nada (linguistik)|bahasa bernada]] seperti [[bahasa Thailand]] dan [[bahasa Mandarin]].<ref>{{citeweb|url=https://ling-app.com/ms/malay-hard-to-learn/|title=Is Malay Hard to Learn?|date=2021|access-date=2022-05-24|archive-date=2023-06-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230605235403/https://ling-app.com/ms/malay-hard-to-learn/|dead-url=no}}</ref> Salah satu faktor utama yang menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa yang sangat mudah untuk dipelajari disebabkan oleh sistem [[fonologi]] yang amat mudah. Bisa dikatakan hampir setiap huruf Latin mewakili satu sebutan fonem.
===Konsonan===
Konsonan bahasa Malaysia<ref name="Clynes and Deterding 2011">{{Cite journal |last1=Clynes |first1=Adrian |last2=Deterding |first2=David |date=2011 |title=Standard Malay (Brunei) |journal=Journal of the International Phonetic Association |volume=41 |issue=2 |pages=259–268 |doi=10.1017/S002510031100017X |doi-access=free |df=dmy-all}}.</ref> dan juga bahasa Indonesia<ref>{{Cite journal |last1=Soderberg |first1=Craig D. |last2=Olson |first2=Kenneth S. |year=2008 |title=Indonesia |journal=Journal of the International Phonetic Association |language=en |volume=38 |issue=2 |pages=209–213 |doi=10.1017/S0025100308003320 |issn=1475-3502|doi-access=free }}</ref> ditunjukkan di bawah ini. Konsonan bukan asli yang hanya terdapat dalam kata pinjaman, terutama dari bahasa Arab dan Inggris ditunjukkan dalam tanda kurung.
Baris 606 ⟶ 608:
Di dalam beberapa tempat, di [[Semenanjung Malaysia]], terutamanya di kawasan tengah dan selatan, kebanyakan perkatan yang berakhir dengan huruf ''a'' selalu diucapkan sebagai [{{IPA|ə}}] [[pepet]]. Lain halnya dengan [[bahasa Indonesia]], perkataan yang berakhir dengan huruf ''a'' selalu diucapkan ''a'' juga. Di Indonesia banyak dialek Melayu sehingga pengucapan huruf ''a'' di belakang berbeda-beda setiap daerah, contohnya di provinsi [[Riau]], Melayu Pontianak, Melayu Kayong, Melayu Langkat d Deli ,Melayu Singkawang Kalbar, /Melayu Sambas Kalbar huruf tersebut diucapkan sebagai [{{IPA|ə}}], di provinsi [[DKI Jakarta]], [[Musi Rawas]] dan Melayu Sambas, huruf tersebut diucapkan ''e'' (dalam kata ''e''nak), diucapkan "o" oleh Melayu Bengkulu, Melayu Asahan, Melayu Batubara, Kualuh, Bilah, Melayu Palembang, Melayu Jambi, Minangkabau, dan diucapkan "a" seperti bahasa Melayu Baku dalam bahasa Banjar, Kutai, Berau, Kedayan, Kanayatn, Salako, Melayu Ambon, Melayu Manado dan kawasan timur Indonesia.
Terdapat peraturan [[keselarasan vokal]]: vokal tidak luas {{IPA|/i, e, u, o/}} dalam perkataan bersuku kata dua harus sama tingginya, jadi "hidung" diperbolehkan, tetapi "hedung" tidak.<ref>{{Cite book |url=http://sealang.net/archives/pl/pdf/PL-C119.pdf |title=Proto Malayic: the reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology |last=Adelaar |first=K. A. |date=1992 |publisher=Pacific Linguistics |isbn=0858834081 |location=Canberra |doi=10.15144/pl-c119 |oclc=26845189 |access-date=2022-05-22 |archive-date=2023-02-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230210134622/http://sealang.net/archives/pl/pdf/PL-C119.pdf |dead-url=no }}</ref>
{| class="wikitable" style="margin:auto; text-align:center" align="center" width="50%"
Baris 656 ⟶ 658:
*** Islamisasi:Pengislaman
*** Klasifikasi: Pengelasan.
** [[1980]]: Satu ketetapan dicapai oleh Sidang [[MABBIM|Majelis Bahasa Malaysia-Indonesia]] di [[Bali]], [[Indonesia]] bahwa "'''de-'''" dalam istilah ilmiah digantikan dengan "'''nyah-'''" (kata asli) di Malaysia (misalnya "mendewarnakan" dijadikan "menyahwarnakan") dan "'''awa-'''" (serapan [[bahasa Sanskerta]]) di Indonesia (misalnya, "dehumidification" diterjemahkan menjadi "pengawalengasan", "decontamination" menjadi "pengawatularan", "dehydration" menjadi "pengawahidratan", dan "decolourization" menjadi "pengawawarnaan" walaupun pada akhirnya bentuk serapan langsung seperti "dehumidifikasi", "dekontaminasi", "dehidrasi", dan "dekolorisasi" lebih digemari di Indonesia. Bentuk terjemahan ini masih dapat ditemukan dalam Glosarium Pusat Bahasa. Malaysia lebih memilih untuk mempertahankan awalan '''nyah-''' (berarti hilang, buang, hapus) untuk menerjemahkan berbagai kata ilmiah seperti "decontamination" menjadi "penyahcemaran", "decolonization" menjadi "penyahjajahan", "denazification" menjadi "penyahnazian", "deplatforming" menjadi "penyahsaranaan", "decommunization" menjadi "penyahkomunisan", "demagnetization" menjadi "penyahmagnetan", "demonetization" menjadi "penyahwangan", "decalcification" menjadi "penyahkapuran" atau "penyahkalsiuman", "deactivation" menjadi "penyahaktifan", "delisting" menjadi "penyahsenaraian", "defeminization" menjadi "penyahpuanan" atau "penyahbetinaan", "demasculinization" menjadi "penyahjantanan", "dewesternization" menjadi "penyahbaratan", "dewatering" menjadi "penyahairan", "deodorant" menjadi "penyahbau", "desorption" menjadi "penyaherapan", dan sebagainya, bahkan digunakan untuk menerjemahkan awalan '''un-''' seperti "unfollow" menjadi "nyahikut", "uninstall" menjadi "nyahpasang", "unmute" menjadi "nyahsenyap" atau "nyahredam", "unsubscribe" menjadi "nyahlanggan", dan sebagainya dan awalan '''dis-''' seperti "discharge" menjadi "nyahcas", "disinfection" menjadi "penyahjangkitan", "disinfectant" menjadi "penyahjangkit", dan sebagainya).<ref name="sains">Asmah Haji Omar. Bahasa Malaysia Saintifik, Terbitan Kedua (2005), m.s. 26. Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 983-62-8164-9</ref><ref>
Hasil sidang lebih lanjut dapat dilihat dalam<br>[http://repositori.kemdikbud.go.id/2387/1/Sosok%20Pokok%20Tokoh%20Mabbim%20%281999%29.pdf Sosok Pokok MABBIM (pdf)]
*'''Tahun tidak diketahui'''
**Malaysia meminjam kata "Anda" (Rosihan Anwar), "santai" (Wartawan Tempo dan sastrawan, Bur Rusanto pada tahun 1972 sebagai padanan "relax", dari [[bahasa Komering]]), "gengsi" (Rosihan Anwar, dari [[bahasa Minangkabau]]), "heboh" (Pemimpin Redaksi Harian Abadi, H. Sidi Mohammad Sjaaf yang berarti "gaduh", "ribut", "huru-hara", dan sebagainya, sering digunakan di Sumatera Barat), "pemuda-pemudi", "saudara-saudari", "mahasiswa-mahasiswi" (wartawan, Raden Mas Soedardjo Tjokrosisworo dari Kongres Bahasa Indonesia 1938 bersama Soemanang), "mantan" (Budayawan asal Kab. Pagaralam, Sumatera Selatan, Ahmad Bastari Suan, berasal dari [[bahasa Basemah]], [[Bahasa Komering|Komering]], dan [[Bahasa Rejang|Rejang]] yang berarti "tidak berfungsi lagi". Di Indonesia, awalnya kata "mantan" mengacu pada jabatan, tetapi kini meluas terhadap kedudukan seperti "mantan pacar"), "wartawan" (wartawan, Raden Mas Soedardjo Tjokrosisworo dari Kongres Bahasa Indonesia I 1938 dan dipopulerkan oleh harian Soeara Oemoem Surabaya untuk menggantikan istilah "journalist" dalam [[bahasa Belanda]]), "prestasi" (dari bahasa Belanda. Indonesia menggunakannya untuk menerjemahkan kata "achievement", sedangkan Malaysia menggunakannya untuk menerjemahkan kata "performance" dan "achievement"), dan sebagainya dari Indonesia, sedangkan Indonesia meminjam kata "ceria", "tayang", dan sebagainya dari Malaysia. Bahkan, kata "cikgu" mulai meluas di Indonesia)<ref>
==Kata serapan==
Baris 672 ⟶ 674:
# Talang Tuwo, Palembang ([[684]] M)
# Kota Kapur, Pulau Bangka ([[686]] M)
# Karang
Selain itu sebagai faktor sampingan, faktor kemegahan juga menjadi faktor pendorong peminjaman bahasa dari bahasa Sanskerta. Peminjaman ini karena bahasa Sanskerta merupakan bahasa yang dianggap bahasa yang "tinggi-tinggi" pada zaman kuno. Penyerapan bahasa Sanskerta dalam bahasa sehari-hari dijadikan sarana untuk memperoleh kemegahan. Keadaan ini khususnya menyebabkan peminjaman perkataan yang sudah ada dalam bahasa Melayu asli, tetapi digantikan juga dengan bahasa Sanskerta karena barangkali dianggap lebih sesuai, lebih sedap bunyinya, ataupun semata-mata karena dianggap lebih "tinggi" mutunya karena bahasa Sanskerta merupakan bahasa cendekiawan.
Baris 705 ⟶ 707:
<tr><td align="center">samsara</td><td align="center">sengsara</td><td align="center">سڠسارا</td></tr>
<tr><td align="center">maharani</td><td align="center">maharani</td><td align="center">مهاراني</td></tr>
</table>
=== Pengaruh bahasa serumpun ===
Misalnya, bahasa Jawa. Bahasa Jawa dan bahasa Melayu merupakan bahasa serumpun. Kedua bahasa tersebut tergolong dalam rumpun bahasa Austronesia. Terdapat dua faktor utama dalam penyebaran pengaruh bahasa Jawa ke Bahasa Melayu, yaitu:
Baris 831 ⟶ 834:
Perilaku [[fonologi]] pinjaman kata [[Bahasa Cina|bahasa Tionghoa]] adalah bertentangan dengan sistem fonologi bahasa Melayu.
=== Pengaruh bahasa Portugis ===
Terdapat 131 perkataan yang berasal dari bahasa Portugis.<ref>
<br />
<table align="center" cellspacing="8">
Baris 938 ⟶ 941:
===== Kalimantan Barat =====
* Dialek '''Melayu Pontianak''': dituturkan di [[kabupaten Mempawah]], [[Kabupaten Kubu Raya]] dan [[Kota Pontianak]], [[Kalimantan Barat]]
* Dialek '''Melawi''' (MLW): [[kabupaten Melawi]] dan sekitarnya, [[Kalimantan Barat]]<ref>http://www.kborneo.com/read.cfm?THE_ID=508
* Dialek '''Landak''': kabupaten [[Landak]] dan sekitarnya, [[Kalimantan Barat]]<ref>http://journal.unwidha.ac.id/index.php/magistra/article/view/215/166
* Dialek '''Melayu Sambas''': dituturkan di kabupaten [[Sambas]], Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang dan sekitarnya, [[Kalimantan Barat]]
* Dialek '''Melayu Sanggau''': dituturkan di [[kabupaten Sanggau]]<ref>{{Cite web |url=http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1383 |title=Salinan arsip |access-date=2013-11-13 |archive-date=2022-04-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220420174248/https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1383 |dead-url=no }}</ref>
* Dialek '''Melayu Sintang''': dituturkan di [[kabupaten Sintang]]<ref>http://www.kborneo.com/read.cfm?THE_ID=212
* Dialek '''Ketapang''': dituturkan di kabupaten [[Kabupaten Ketapang|Ketapang]] dan sekitarnya, [[Kalimantan Barat]] terdiri 2 dialek kota Ketapang dan Balai Berkuak.<ref>{{Cite web |url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1144 |title=Salinan arsip |access-date=2013-11-13 |archive-date=2019-03-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190326183804/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1144 |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1160 |title=Salinan arsip |access-date=2013-11-13 |archive-date=2018-04-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180424071345/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1160 |dead-url=no }}</ref><ref>{{en}} {{cite book|last=Florey|first=Margaret|year=2009|url=http://books.google.co.id/books?id=eNF4FxSd-LgC&lpg=PA27&dq=maanyan&pg=PA26#v=onepage&q=maanyan&f=false|title=Endangered Languages of Austronesia - Oxford linguistics|publisher=Oxford University Press|isbn=0199544549|pages=26|access-date=2011-05-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20240522101821/https://books.google.co.id/books?id=eNF4FxSd-LgC&lpg=PA27&dq=maanyan&pg=PA26&hl=id#v=onepage&q=maanyan&f=false|archive-date=2024-05-22|dead-url=no}}ISBN 978-0-19-954454-7</ref>
===== Kalimantan Timur =====
|