Tumbuhan dan hewan terdomestikasi di Austronesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya) |
|||
(2 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 53:
Daluang (''[[Daluang|Broussonetia papyrifera]]''), atau dikenal sebagai "pohon kain tapa" di Pasifik, berasal dari daerah beriklim subtropis di Asia Daratan dan merupakan salah satu bukti terbaik untuk hipotesis "Keluar dari Taiwan" yang terpopuler mengenai ekspansi Austronesia. Berbagai penelitian genetik telah menelusuri asal-usul populasi daluang di wilayah Pasifik Jauh hingga ke [[Pulau Taiwan|Taiwan]] melalui Papua dan [[Sulawesi]]. Di Filipina, yang berada di tengah jalur ekspansi, daluang yang ada sebagian besar merupakan turunan dari introduksi modern pada tahun 1935. Diduga, daluang hasil introduksi kuno punah pada zaman prasejarah karena digantikan oleh kain tenunan tangan, mengingat daluang pada umumnya hanya bisa hidup melalui budi daya oleh manusia. Namun, ketiadaannya di Filipina semakin menegaskan asal-usulnya di Taiwan, dan bukan di Asia Tenggara Maritim. Selain itu, populasi daluang di Papua juga menunjukkan masuknya genetik dari ekspansi lain yang berasal dari Indochina dan [[Tiongkok Selatan]].<ref name="Chang2015"/><ref name="Seelenfreund2010">{{cite journal |last1=Seelenfreund |first1=Daniela |last2=Clarke |first2=Andrew C. |last3=Oyanedel-Giaverini |first3=Naria Factina |last4=Piña-Muñoz |first4=Ricardo |last5=Lobos |first5=Sergio |last6=Matisoo-Smith |first6=Lisa |last7=Seelenfreund |first7=A. |title=Paper mulberry (''Broussonetia papyrifera'') as a commensal model for human mobility in Oceania: Anthropological, botanical and genetic considerations |journal=New Zealand Journal of Botany |date=September 2010 |volume=48 |issue=3–4 |pages=231–247 |doi=10.1080/0028825X.2010.520323|hdl=10533/143279 |s2cid=83993320 }}</ref><ref name="González-Lorca">{{cite journal |last1=González-Lorca |first1=J. |last2=Rivera-Hutinel |first2=A. |last3=Moncada |first3=X. |last4=Lobos |first4=S. |last5=Seelenfreund |first5=D. |last6=Seelenfreund |first6=A. |title=Ancient and modern introduction of ''Broussonetia papyrifera'' ([L.] Vent.; Moraceae) into the Pacific: genetic, geographical and historical evidence |journal=New Zealand Journal of Botany |date=2 April 2015 |volume=53 |issue=2 |pages=75–89 |doi=10.1080/0028825X.2015.1010546|s2cid=54664583 }}</ref>
[[File:Broussonetia papyrifera fruits.jpg|thumb|left|Buah daluang]]
Daluang sendiri diyakini sebagai tanaman serat yang paling banyak diangkut pada zaman prasejarah bersamaan dengan perluasan wilayah Austronesia, dibandingkan banyak tanaman komensal lainnya di [[Oseania]]. Daluang terdapat di hampir setiap pulau atau gugusan pulau di Polinesia, termasuk [[Pulau Paskah|Rapa Nui]] dan [[Aotearoa]]. Beberapa populasi daluang punah baru-baru ini setelah berhenti dibudidayakan, seperti di [[Kepulauan Cook]] dan [[Mangareva]], meskipun catatan dan spesimen kain kulit kayu serta [[herbarium]] yang dikumpulkan bangsa Eropa selama Masa Kolonial masih tersimpan dan terawat di museum. Daluang diperbanyak oleh orang Polinesia melalui [[reproduksi vegetatif]] dengan stek dan tunas akar. Mereka jarang dibudidayakan dari biji karena kebanyakan telah dipanen sebelum memunculkan bunga, ketika diameter batangnya mencapai sekitar {{convert|1|in|cm|abbr=on}}, seperti yang dijelaskan oleh catatan Eropa pada abad ke-18. Juga tidak diketahui apakah tumbuhan liar berkembang biak secara seksual karena tumbuhan tersebut bersifat [[
{{multiple image
| align = left
Baris 126:
=== ''Cordia subcordata'' (jati emas) ===
[[File:Cordia subcordata (4822100731).jpg|thumb|Tanaman [[jati emas]] yang sedang berbunga di [[Oahu]]]]
Jati emas (''[[Jati emas|Cordia subcordata]]'') merupakan pohon kayu yang penting dengan sifat kayu yang ringan, bertekstur halus, dan agak lunak yang ideal untuk diukir. Kayunya paling sering digunakan untuk membuat aneka perkakas seperti cangkir, mangkuk, dan wadah lainnya; serta hiasan berukir dan alat musik di seluruh Austronesia. Kayunya mudah terbakar dan biasa digunakan di Papua Nugini sebagai kayu bakar. Dalam beberapa budaya, kayunya juga dapat digunakan untuk membuat dayung dan lunas perahu.<ref name="FridayOkano2006"/><ref name="Ono2013">{{cite book|first1=Rintaro|last1=Ono|first2=David J.|last2=Addison|editor1-first=Rintaro|editor1-last=Ono|editor2-first=Alex|editor2-last=Morrison|editor3-first=David J.|editor3-last=Addison|title =Prehistoric Marine Resource Use in the Indo-Pacific Regions|chapter =Historical Ecology and 600 Years of Fish Use on Atafu Atoll, Tokelau|publisher =ANU E Press|series =terra australis|volume=39|year =2013|isbn =9781925021264|chapter-url =http://press-files.anu.edu.au/downloads/press/p260281/html/ch03.xhtml?referer=368&page=6#toc_marker-7}}</ref> Bijinya juga bisa dimakan, meski hanya sebagai alternatif saat kekurangan pangan. Bagian lainnya juga dapat digunakan untuk pengobatan tradisional dan untuk membuat pewarna. Seperti ''Calophyllum inophyllum'', jati emas umumnya ditanam di situs suci seperti ''marae''. Mereka memiliki makna budaya dan agama di beberapa budaya seperti di [[Kiribati]] dan [[Kepulauan Karimunjawa|Karimunjawa]] di [[Indonesia]]. Di Hawaii, sudah menjadi tradisi untuk menanam jati emas di pekarangan rumah dan menggunakan bunga jingga cerahnya sebagai ''[[Lei (Hawaii)|lei]]''.<ref name="FridayOkano2006"/><ref name="Sudarmin2015">{{cite journal |last1=Sudarmin |first1=M.Si |last2=Pujiastuti |first2=Sri Endang |title=Scientific Knowledge Based Culture and Local Wisdom in Karimunjawa for Growing Soft Skills Conservation |journal=International Journal of Science and Research |date=2015 |volume=4 |issue=9 |pages=598–604 |url=https://www.ijsr.net/archive/v4i10/SUB158567.pdf}}</ref><ref name="Boerger2009">{{cite book|first1=Brenda H.|last1=Boerger|title =Proceedings of the Seventeenth Annual Symposium About Language and Society, Austin|chapter =Trees of Santa Cruz Island and their Metaphors|series =Texas Linguistic Forum|volume=53|year =2009|pages=100–109|chapter-url =http://salsa.ling.utexas.edu/proceedings/2009/11_TLS53_Boerger.pdf}}</ref><ref name="KahnCoil2006">{{cite journal |last1=Kahn |first1=Jennifer G. |last2=Coil |first2=James H. |title=What House Posts Tell Us about Status Difference in Prehistoric Society: An Interpretation of Charcoal Analysis, Sacred Woods and Inter-site Variability |journal=The Journal of the Polynesian Society |date=2006 |volume=115 |issue=4 |pages=319–352 |url=http://www.jps.auckland.ac.nz/docs/Volume115/Volume%20115,%20No.%204/3%20What%20house%20posts.pdf}}</ref>
Jati emas, seperti kebanyakan pohon yang disukai masyarakat Austronesia, tumbuh dengan baik di tanah berpasir, tanah liat, dan berbatu serta merupakan komponen umum di hutan pantai dan hutan bakau. Jati emas dulunya dianggap sebagai spesies pendatang, tetapi kini diketahui bahwa spesies ini merupakan spesies asli di sebagian besar pulau dan pesisir Indo-Pasifik, dan berkembang biak secara alami melalui bijinya yang ringan. Namun demikian, mereka masih menjadi spesies introduksi di beberapa pulau, dengan ditanam bersama tumbuh bersama pohon-pohon lainnya seperti di atol-atol di Mikronesia.<ref name="FridayOkano2006">{{cite book|first1=J.B.|last1=Friday|first2=Dana|last2=Okano|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title =Species Profiles for Pacific Island Agroforestry|chapter =''Cordia subcordata'' (kou)|publisher =Permanent Agriculture Resources (PAR)|year =2006|chapter-url =http://www.primitiveways.com/Cordia-kou.pdf}}</ref><ref name="Pebble2008">{{cite book|first1=Matthew|last1=Pebble|editor1-first=Geoffrey Richard|editor1-last=Clark|editor2-first=Sue|editor2-last=O'Connor|editor3-first=Bryan Foss|editor3-last=Leach|title =Islands of Inquiry: Colonisation, Seafaring and the Archaeology of Maritime Landscapes|chapter =No fruit on that beautiful shore: What plants were introduced to the subtropical Polynesian islands prior to European contact?|publisher =ANU E Press|series =terra australis|volume=29|year =2008|pages=227–251|isbn =9781921313905|chapter-url =http://press-files.anu.edu.au/downloads/press/p26551/pdf/ch153.pdf}}</ref><ref name="Millerstrom2008">{{cite journal |last1=Millerstrom |first1=Sidsel |last2=Coil |first2=James H. |title=Pre-Contact Arboriculture and Vegetation in the Marquesas Islands, French Polynesia: Charcoal Identification and Radiocarbon Dates from Hatiheu Valley, Nuku Hiva |journal=Asian Perspectives |date=2008 |volume=47 |issue=2 |pages=330–351 |url=https://core.ac.uk/download/pdf/5105563.pdf|doi=10.1353/asi.0.0005 |s2cid=161160463 }}</ref>
Baris 134:
Kumpulan kata serumpun lainnya dapat direkonstruksi menjadi ''*toRu'' dalam [[bahasa Proto-Oseanik]], dengan kata serumpun termasuk ''to-tor'' dalam bahasa Nehan; ''to-tol'' dalam bahasa Petats; ''tou'' dalam [[bahasa Fiji]], [[Bahasa Tonga|Tonga]], dan Rarotonga; dan ''kou'' dalam [[bahasa Hawaii]].<ref name="blusttrusell"/><ref name="Green2007">{{cite book|first1=Valerie J.|last1=Green|first2=Roger C.|last2=Green|editor1-first=Patrick V.|editor1-last=Kirch|editor2-first=Jean-Louis|editor2-last=Rallu|title =The Growth and Collapse of Pacific Island Societies: Archaeological and Demographic Perspectives|url=https://archive.org/details/growthcollapsepa00kirc|url-access=limited|chapter =An Accent on Atolls in Approaches to Population Histories of Remote Oceania|publisher =University of Hawai'i Press|year =2007|pages=[https://archive.org/details/growthcollapsepa00kirc/page/n248 232]–256|isbn =9780824831349}}</ref>
Istilah hasil reka ulang yang lebih tua adalah ''*qaNuNaŋ'' dalam [[bahasa Proto-Austronesia]], meski istilah ini tidak spesifik untuk jati emas dan dapat merujuk pada
=== ''Cordyline fruticosa'' (andong) ===
Baris 378:
Pusat domestikasi kedua adalah daratan Tiongkok bagian selatan dan Taiwan di mana ''S. sinense'' (meskipun penulis lain mengidentifikasinya sebagai S. spontaneum) merupakan salah satu tanaman utama asli masyarakat Austronesia setidaknya sejak 5.500 tahun yang lalu. Introduksi ''S. officinarum'' yang lebih manis mungkin secara bertahap menggantikannya di seluruh wilayah budi dayanya di Asia Tenggara Kepulauan.<ref name="Osmond1998"/><ref name="danielsmenzies1996">{{cite book|editor1-first=Joseph |editor1-last=Needham|first1= Christian|last1= Daniels|first2=Nicholas K. |last2=Menzies|title =Science and Civilisation in China: Volume 6, Biology and Biological Technology, Part 3, Agro-Industries and Forestry|publisher =Cambridge University Press|year =1996|pages=177–185|isbn =9780521419994|url =https://books.google.com/books?id=DzqPvHlFkV4C&pg=PR8}}</ref><ref name="Aljanabi">{{cite book|first1=Salah M.|last1=Aljanabi|editor1-first=M. Raafat|editor1-last=El-Gewely|title =Biotechnology Annual Review|volume=4|chapter =Genetics, phylogenetics, and comparative genetics of ''Saccharum'' L., a polysomic polyploid Poales: Andropogoneae|publisher =Elsevier Science B.V.|year =1998|pages=285–320|isbn =9780444829719|chapter-url =https://books.google.com/books?id=sXuUuIp18n0C&pg=PA285}}</ref><ref name="Baldick2013">{{cite book|first1=Julian|last1=Baldick|title =Ancient Religions of the Austronesian World: From Australasia to Taiwan|publisher =I.B.Tauris|year =2013|page=2|isbn =9780857733573|url =https://books.google.com/books?id=7U6oBAAAQBAJ&pg=PP6}}</ref> Dari Asia Tenggara Kepulauan, ''S. officinarum'' disebarluaskan ke arah timur ke [[Polinesia]] dan [[Mikronesia]] oleh pengelana Austronesia sebagai tanaman kano sekitar 3.500 tahun yang lalu. Spesies ini juga menyebar ke arah barat dan utara sekitar 3.000 tahun yang lalu ke [[Tiongkok]] dan [[India]] oleh para pengelana Austronesia, di mana ianya dihibridisasi dengan ''Saccharum sinense'' dan ''Saccharum barberi''. Dari sana, tebu menyebar lebih jauh ke barat [[Eurasia]] dan [[Cekungan Mediterania|Mediterania]].<ref name="Paterson2012"/><ref name="danielsmenzies1996"/>
Kata "tebu" yang direkonstruksi dalam [[bahasa Purwa-Austronesia]] adalah ''*CəbuS'' atau ''*təbuS'', yang berubah menjadi kata [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Purwa-Melayu-Polinesia]] ''*təbuh'', [[Bahasa Proto-Oseanik|Purwa-Oseanik]] ''*topu'', dan [[Bahasa Proto-Polinesia|Purwa-Polinesia]] ''*to''.<ref name="McLean2014"/><ref name="Blust1984">{{cite journal |last1=Blust |first1=Robert |title=The Austronesian Homeland: A Linguistic Perspective |journal=Asian Perspectives |date=1984–1985 |volume=26 |issue=1 |pages=44–67 |hdl=10125/16918 |url=https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/handle/10125/16918}}</ref><ref name="Spriggs2011">{{cite journal |last1=Spriggs |first1=Matthew |title=Archaeology and the Austronesian expansion: where are we now? |journal=Antiquity |date=2 Januari 2015 |volume=85 |issue=328 |pages=510–528 |doi=10.1017/S0003598X00067910 |s2cid=162491927 }}</ref> Kata serumpun modern termasuk ''sibus'' dalam bahasa Hoanya dan [[Bahasa Bunun|Bunun]]; ''cobosə'' atau ''tibóso'' dalam [[bahasa Rukai]]; ''tubó'' dalam [[bahasa Tagalog]]; ''tupu'' dalam [[bahasa Chamorro]]; ''tebu'' dalam [[bahasa Murik]] dan [[Bahasa Melayu|Melayu]]; ''teuwu'' dalam [[bahasa Sunda Kuno]]; ''tiwu'' dalam [[bahasa Sunda|bahasa Sunda Modern]]; ''tobu'' dalam [[bahasa Ansus]]; ''tov'' dalam bahasa Malmariv; ''dovu'' dalam [[bahasa Fiji]]; ''toro'' dalam bahasa Mele-Fila dan Takuu; ''tolo'' dalam [[bahasa Samoa]]; ''ro'' dalam bahasa Tagula; ''cheu'' dalam bahasa Pohnpei; ''to'' dalam [[bahasa Tahiti]]; ''tō''
=== ''Syzygium'' ===
|