Paus Pius XII dan Tiongkok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Penindasan modern Gereja Katolik}} '''Paus Pius XII dan Gereja di Tiongkok''' melibatkan hubungan Takhta Suci dengan Tiongkok dari tahun 1939 hingga 1958. Vatikan mengakui Ritus Tiongkok pada tahun 1939, mengangkat kardinal Tiongkok pertama pada tahun 1946, dan mendirikan hierarki Tiongkok. Sebagai bagian dari dominasinya yang semakin besar terhadap masyarakat Tiongkok, pada awal tahun 1950-an, pemerintah menganiaya...'
 
 
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Penindasan modern Gereja Katolik}}
'''Paus Pius XII dan Gereja di Tiongkok''' melibatkan hubungan [[Takhta Suci]] dengan [[Tiongkok]] dari tahun 1939 hingga 1958. [[Takhta Suci|Vatikan]] mengakui [[kontroversi upacara adat Tionghoa|Ritus Tiongkok]] pada tahun 1939, mengangkat kardinal Tiongkok pertama pada tahun 1946, dan mendirikan hierarki Tiongkok.
 
Sebagai bagian dari dominasinya yang semakin besar terhadap masyarakat Tiongkok, pada awal tahun 1950-an, pemerintah [[Penganiayaan|menganiaya]] Gereja Katolik dan umatnya, dan hampir menghancurkannya, serta menekan kebebasan beragama masyarakatnya. Pada tahun 1957, mereka mendukung pendirian Gereja Tiongkok yang patriotik dan sosialis, yang independen dari Roma.
Baris 13:
Setelah Perang Dunia II, sekitar empat juta orang Tiongkok menganut agama Katolik. Jumlah ini kurang dari satu persen dari populasi namun jumlahnya meningkat pesat. Pada tahun 1949, terdapat 20 keuskupan agung, 39 prefektur apostolik, 3.080 misionaris asing, dan 2.557 imam Tiongkok.<ref>Giovannetti 230</ref>
 
Namun kemenangan kekuatan komunis pada tahun 1949 dan pembentukan pemerintahan mereka mengakhiri kemajuan awal ini. Kaum Nasionalis pergi ke pulau Taiwan. Pemerintah menolak hubungan dengan Roma dan mendorong penganiayaan terhadap ribuan pendetapastor dan umat di Tiongkok. Pemerintah membentuk Gereja Tiongkok yang "patriotik", mengangkat pendetapastor dan hierarki. Sejak saat itu, Gereja Katolik yang teraniaya hanya bertahan dengan jumlah yang kecil dibandingkan pertengahan abad ke-20 dan beroperasi secara diam-diam "di bawah tanah". Kerugiannya cukup besar. Misalnya, pada tahun 1948, Gereja Katolik mengoperasikan 254 panti asuhan dan 196 rumah sakit dengan 81.628 tempat tidur.<ref>Herder Korrespondenz 5, 201</ref>
 
 
==Lihat juga==