Raden Asnawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Daeng Hanif (bicara) ke revisi terakhir oleh Manshoer
Tag: Pengembalian
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Referensi sebelum tanda baca)
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 135:
'''Asy-Syaikh al-'Allamah Shahibul-fadhilah Haji Raden Muhammad Asnawi bin Abdullah Husnin al-Qudsi''' atau '''Raden Asnawi Kudus''' adalah seorang ulama kharismatik pendiri dan penggerak [[Nahdlatul 'Ulama]]{{sfn|Amin (2009)|p=95}} dari [[Kudus]], [[Jawa Tengah]].<ref name=":0">{{Cite news|url=http://qudsiyyah.com/2013/04/kh-raden-asnawi/|title=KH Raden Asnawi|last=Amin|first=Syaifullah|date=2013-04-15|work=|newspaper=Website Resmi Qudsiyyah|language=id-ID|access-date=2017-09-13|via=}}</ref> Dalam aktivitas kesehariannya, Kiai Asnawi selalu istikamah dalam mengembangkan dakwah dan penanaman rasa nasionalisme yang tinggi.<ref>{{Cite web|url=https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/posting/read/1758-Belajar-Bela-Negara-dari-KH-Raden-Asnawi-Kudus|title=Belajar Bela Negara dari KH Raden Asnawi Kudus|last=Administrator|first=|date=2017-06-08|website=balitbangdiklat.kemenag.go.id|publisher=Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI|language=en|access-date=2017-09-13|archive-date=2017-09-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20170913135755/https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/posting/read/1758-Belajar-Bela-Negara-dari-KH-Raden-Asnawi-Kudus|dead-url=yes}}</ref>
 
Jika dirunut silsilahnya, Kiai Asnawi masih merupakan keturunan ke-14 [[Sunan Kudus]] ([[Sayyid]] Ja'far Shadiq [[Azmatkhan]]) dan keturunan ke-5 Kiai Ahmad Mutamakkin, [[Kajen, Margoyoso, Pati|Kajen, Pati]].<ref name=":1">{{Cite web|url=http://www.nu.or.id/post/read/20491/berjalan-kaki-18-km-ke-gunung-muria-untuk-mengajar|title=Berjalan Kaki 18 Km. ke Gunung Muria untuk Mengajar|last=Amin|first=Syaifullah|date=2009-12-12|website=nu.or.id|publisher=NU Online|language=en-GB|access-date=2017-09-13}}</ref>
 
== Biografi ==
Baris 145:
 
=== Pendidikan ===
Sejak kecil, Raden Asnawi sudah terlihat kegemaran dalam belajar dan melakukan perjalanan keilmuan. Pendidikan keagamaan perdana seperti [[Tajwid|ilmu tajwid]] dan penguasaan bacaan [[al-Qur’an]] diperoleh dari ayahnya. Ketika keluarganya pindah ke [[Tulungagung]], Asnawi kemudian melanjutkan pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Mangunsari.<ref>{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/siapa-dia/kiai-haji-raden-asnawi-kudus-dan-beragam-karomahnya.htm|title=Kiai Haji Raden Asnawi Kudus dan Beragam Karomahnya|last=Islamindonesia.id|first=|date=2017-03-25|website=Islam Indonesia: Satu Islam untuk Semua|publisher=|access-date=2017-09-13}}</ref> Sebelum menunaikan [[Haji|ibadah Haji]], ia kemudian berguru kepada Kiai Haji Irsyad Naib di kawasan [[Mayong, Jepara|Mayong]], [[Jepara]]. Pada usia 25 tahun dia menunaikan ibadah haji yang pertama, dan berguru kepada ulama-ulama [[nusantara]] di [[Mekkah]] saat itu seperti [[Nawawi al-Bantani|Syekh Nawawi al-Bantani]],{{sfn|Amin (2009)|p=95}}, [[Sholeh Darat as-Samarani|Syekh Sholeh Darat as-Samarani]] ([[Semarang]]), [[Muhammad Mahfudz at-Tarmasi|Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi]] ([[Tremas, Arjosari, Pacitan|Tremas, Pacitan]]), dan [[Sayyid Umar Syatha]].<ref>{{Cite news|url=https://daerah.sindonews.com/read/1186976/29/karomah-kiai-haji-raden-asnawi-1489090661|title=Karomah Kiai Haji Raden Asnawi|last=Said|first=SM|date=2017-03-10|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2017-09-13|via=}}</ref>
 
=== Pergi haji ===
Baris 153:
 
=== Keluarga ===
Raden Asnawi menikah dengan Nyai Hj. Hamdanah (janda [[Nawawi al-Bantani|Syekh Nawawi al-Bantani]]{{sfn|Dematra (2011)|p=120}}) di [[Mekkah]] dan dikaruniai 9 orang putra-putri.{{sfn|Amin (2008)|p=190}}.
 
== Aktivitas ==
Baris 170:
=== Organisasi ===
==== Sarekat Islam ====
Pada masa sebelum kemerdekaan, Raden Asnawi pernah bergabung dengan pergerakan [[Sarekat Islam]] sebagai komisaris di [[Makkah]]. Raden Asnawi dekat dengan beberapa aktifis pergerakan, di antaranya [[Agus Salim]], [[Oemar Said Tjokroaminoto]], dan beberapa tokoh lainnya.{{sfn|Tholibin (2008)|p=3}}. Sepulang dari Makkah, Raden Asnawi dipercaya sebagai penasihat Sarekat Islam cabang Kudus pada 1918.<ref>{{cite web|last=Ektanabe|first=|url=http://www.ektanabe.id/spiritualitas-dan-mentalitas-gusjigang-dalam-sarekat-islam-refleksi-historis-gerakan-sarekat-islam-cabang-kudus-1912-1918/|date=2017-04-29|title=Spiritualitas dan Mentalitas Gusjigang dalam Sarekat Islam: Refleksi Historis Gerakan Sarekat Islam Cabang Kudus (1912-1918)|website=ektanabe.id|language=id|access-date=2017-09-19|archive-date=2017-09-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20170923053933/http://www.ektanabe.id/spiritualitas-dan-mentalitas-gusjigang-dalam-sarekat-islam-refleksi-historis-gerakan-sarekat-islam-cabang-kudus-1912-1918/|dead-url=yes}}</ref>
 
==== Nahdlatul Ulama ====
[[Berkas:The leader of the NU muktamar in 1958.jpg|jmpl|ka|Pimpinan Muktamar [[NU]] tahun 1958. Dari kiri ke kanan: [[Bisri Syansuri|KH. Bisri Syansuri]], [[Muhammad Dahlan|KH. Muhammad Dahlan]], [[Abdul Wahab Hasbullah|KH. Abdulwahab Hasbullah]], dan KH. Raden Asnawi.]]
Pada tahun 1924, Raden Asnawi ditemui oleh [[Abdul Wahab Hasbullah|Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah]] untuk bermusyawarah guna membentengi pertahanan akidah [[Sunni|Ahlussunah wal Jamaah]] dan menyetujui gagasan Kiai Wahab tersebut. Selanjutnya, bersama-sama dengan para Ulama yang hadir di [[Surabaya]] pada tanggal 16 [[Rajab]] 1344 [[Hijriyah]] atau bertepatan dengan [[31 Januari]] [[1926]] [[Masehi]] Raden Asnawi turut membidani lahirnya jamiyah Nahdlatul Ulama (NU). Raden Asnawi termasuk sebagai tokoh sentral pendirian [[Nahdlatul 'Ulama]] yang didirkan pada tahun 1926 tersebut.{{sfn|Tholibin (2008)|p=4}}.
 
== Pemikiran ==
Baris 180:
Raden Asnawi menulis mengenai akidah (tauhid) dalam kitabnya yang berjudul ''Jawab Sualipun Mu'taqad Seked Miwah Sakdalilipun Saha Ringkesipun Pindah Ngangge Dalil Ijmali 'Aqli Karanganipun Kiyahi Raden Asnawi Kampung Bendan Kudus'' atau yang lebih dikenal di kalangan santri dengan sebutan ''Mu'taqad seket''.<ref name=":kitab" />
 
Dengan merujuk pada pendapat [[Nawawi al-Bantani|Syekh Nawawi al-Bantani]], Raden Asnawi menyebutkan bahwa terdapat empat tanda orang yang memiliki agama: ''Pertama'', menjalankan ibadah dengan niat dan ikhlas. ''Kedua'', menjalankan perintah yang wajib (fardu). ''Ketiga'', menjauhi barang yang diharamkan, dan ''keempat'', percaya sepenuhnya dengan akidah [[Sunni|ahlussunnah wal jama'ah]] sesuai yang dijalankan oleh [[Abu al-Hasan al-Asy'ari|Imam Asy'ari]] dan [[Abu Mansur Al Maturidi|Imam Maturidi]].{{sfn|Amaruli (2012)|p=180}}.
Bagi Raden Asnawi, mempelajari ilmu tauhid bagi seorang Muslim hukumnya adalah [[Fardu Ain]], yakni kewajiban yang dibebankan kepada setiap individu. Lebih lanjut menurutnya, mengetahui dan mengenal (ma'rifat) Tuhan harus memakai dalil naqli (dasar-dasar yang berasal dari [[al-Qur'an]] dan [[Sunnah]]) dan dalil 'aqli (dari akal pikiran).{{sfn|Amaruli (2012)|p=180}}.
 
=== Fikih ===
Berkaitan dengan bidang fikih, Raden Asnawi menganut [[Mazhab Syafi'i]] dan kemudian menulis kitab Fashalatan. Kitab kecil tersebut memuat tuntutan praktis salat secara lengkap dengan bahasa Jawa dan aksara [[Pegon]].<ref name=":kitab" /> Bagi Raden Asnawi, masalah paling pokok dalam fikih ibadah adalah [[Salat]]. Ia dikenal luas sangat teguh dalam menegakkan prinsip-prinsip [[Islam]], terutama yang berkaitan dengan ibadah.
 
Pada akhir 1930-an, Raden Asnawi terpaksa dihadapkan ke depan pengadilan atas tuduhan menghina orang yang tidak melakukan salat dengan menganggapnya sebagai kafir atau orang gila.{{sfn|Amaruli (2012)|p=184}}. Oleh karena sang hakim merasa kasihan melihat Raden Asnawi yang sudah tua dan sangat berpengaruh dalam masyarakat Kudus, secara persuasif ia berusaha membujuknya agar mau mencabut kata-kata yang pernah dilontarkan dalam pidatonya. Akan tetapi, Raden Asnawi menolak dengan tegas bujukan hakim tersebut. Menurutnya, ia hanya sekadar menyampaikan apa yang ada dalam kitab fikih, yakni ''fala tajibu 'ala kafirin ashliyin wa shabiyin wa majnunin'' (shalat tidak wajib bagi orang kafir, kanak-kanak, dan orang gila). Dengan demikian, orang yang merasa tidak dibebani kewajiban salat berarti telah menyamakan dirinya sendiri dengan gila.<ref>{{cite web|url=http://historia.id/agama/sebut-kafir-kiai-diadili|title=Sebut Kafir, Kiai Diadili|last=Isnaeni|first=Hendri F.|date=2017-02-18|website=historia.id|publisher=|language=id|access-date=2017-09-20}}</ref> Ketika sang hakim akhirnya memutuskan bahwa Raden Asnawi dijatuhi hukuman denda 100 gulden, ia pun menolak karena ia merasa yakin bahwa ia tidak bersalah. Akhirnya, menghadapi sikap teguh pendirian dari Raden Asnawi, sang hakim kemudian merogoh uang dari kantongnya. Uang 100 gulden tersebut diserahkan kepada jaksa untuk diberikan kepada Raden Asnawi, selanjutnya dibayarkan sebagai denda yang telah diputuskan.{{sfn|Amaruli (2012)|p=185}}.
 
=== Tasawuf ===
Pemikiran tasawuf Raden Asnawi pada dasarnya juga merupakan bagian dari gagasan untuk mempertahankan hubungan harmonis antara syariat dan hakikat yang dirumuskan dengan istilah, akidah, fikih, dan tasawuf. Gagasan tasawuf Raden Asnawi pun tidak kemudian membentuk komunitas yang disebut [[tarekat]], tetapi hanya sebatas ajaran tentang pembinaan akhlak melalui pengisian diri dengan akhlak yang baik (''mahmudah'') dan peniadaan diri dari akhlak yang jelek (''madzmumah'') dalam rangka mencapai kedekatan pada Allah (''taqarrub dan ma'rifat'') yang dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus melalui tata cara sebagaimana lazim terjadi dalam dunia tarekat. Hasil penelusuran pada apa yang ditulis dan dialami oleh Raden Asnawi, tidak pernah ditemukan bahwa ia menganut tarekat tertentu.{{sfn|Amaruli (2012)|p=189}}.
 
Corak pemikiran tasawuf Raden Asnawi termasuk dalam kategori 'amali (akhlaki). Hal ini atas dasar pertimbangan bahwa isi ajaran tasawuf Raden Asnawi, baik yang tercantum dalam karya maupun yang terlihat dalam kebiasaan dan keseharian, memberlakukan aturan yang ketat terhadap aturan syariat (fikih). Di samping itu, ia juga menerapkan latihan-latihan rohani dalam bentuk wirid dan dzikir tertentu.{{sfn|Amaruli (2012)|p=189}}.
 
== Karya ==
Baris 207:
Raden Asnawi wafat pada tanggal 25 [[Jumadil Akhir|Jumadilakhir]] 1378 [[Hijriyah|Hijriah]], bertepatan dengan [[26 Desember]] 1959 [[Masehi]]. Raden Asnawi meninggal dunia dalam usia 98 tahun, dengan meninggalkan 3 orang istri, 5 orang putera, 23 cucu dan 18 cicit (buyut). Kabar wafatnya Raden Asnawi disiarkan di [[Radio Republik Indonesia]] [[Jakarta]] lewat berita pagi pukul 06.00 WIB. Penyiaran itu atas inisiataif Menteri Agama RI [[Abdul Wahab Hasbullah]].<ref name=":0" />
 
Sampai saat ini, wafatnya Raden Asnawi selalu diperingati pada tanggal 24 atau 25 [[Jumadil Akhir]] setiap tahunnya di Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin, Kudus, Jawa Tengah.<ref>{{cite web|last=Adib|first=Qomarul|url=http://www.nu.or.id/post/read/37958/haul-kh-r-asnawi-diperingati|date=2012-05-16|title=Haul KH R. Asnawi Diperingati|language=id|website=NU Online|access-date=2017-09-20}}</ref><ref>{{cite web|last=Sofiyanto|first=Aris|url=http://isknews.com/ulama-santri-kudus-gelar-tahlil-umum-peringati-haul-kh-raden-asnawi-ke-59/|date=2017-03-24|title=Ulama & Santri Gelar Tahlil Umum Peringati Haul Pendiri NU KH. Raden Asnawi Ke – 59|website=isknews.com|language=id|access-date=2017-09-20}}</ref>
 
== Referensi ==