Dampak peternakan terhadap lingkungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HILAHAPA (bicara | kontrib)
RianHS (bicara | kontrib)
 
(82 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
 
{{copy edit}}
'''Dampak peternakan terhadap lingkungan''' menjadi sorotan publik saat ini. Kegiatan peternakan memiliki dampak yang sangat besar bagi lingkungan dan sekitanya, terutama bagi masyarakat sekitar, hal ini baik dalam konteks yang positif ataupun negatif. Dampak positif yang ditimbulkan dapat menguntungkan masyarakat, dan dampak negatif yang ditimbulkan dapat merugikan masyarakat.
'''Dampak peternakan terhadap lingkungan merupakan''' isu yang menjadit treding sorotan publik saat ini, karena banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan [[Peternakan di Indonesia|peternakan]] dalam konteks negatif maupun positif di lingkungan masyarakat, sehingganya kegiatan peternakan ini bisa menjadi salah satu masalah terhadap masyarakat ketika dampak yang ditimbulkan itu bersifat negatif dan bisa menjadi salah satu keuntungan bagi [[Masyarakat Hukum Adat Rongi|masyarakat]] ketika hal yang ditimbulkan itu bersifat positif.<ref>{{Cite web|last=Rebecca|date=2022-08-05|title=The Environmental Cost of Animal Agriculture|url=https://iapwa.org/the-environmental-cost-of-animal-agriculture/|website=IAPWA|language=en-GB|access-date=2023-12-18}}</ref>
 
== Latar Belakang ==
[[Berkas:Peluang-Usaha-Ternak-Sapi-dan-Analisa-Usahanya-tokomesin.webp|jmpl|Peternakan sapi yang di kelolah oleh mayarakat setempat.|al=peternakan|274x274px]]
Menurut [[Undang-Undang]] no. 6/1967, [[ternak]] adalah “Hewan piaraan, atau [[hewan]] yang dipelihara oleh manusia yang hidupnya yakni mengenal tempatnya, makanannya dan perkembang-biakannya serta manfaatnya, diatur dan [[diawasi]] oleh [[manusia]], dipellihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan [[jasa-jasa]] yang berguna bagi kepentingan hidup manusia”.<ref>{{Cite web|title=UU No. 6 Tahun 1967|url=http://peraturan.bpk.go.id/Details/49567/uu-no-6-tahun-1967|website=Database Peraturan {{!}} JDIH BPK|access-date=2023-12-21}}</ref>
Landasan [[ilmu]] peternakan adalah pengetahuan. Perkembangan ilmu peternakan ini dimulai oleh para pelopor dimasa lalu. Dari saat manusia untuk pertama kalinya berusaha menjinakkan hewan liar hingga zaman sekarang. Di saat marekan hidup dan di pelihara, hewan ternak ini sering di manfaatkan [[Susu sapi|air susu]], [[Wol|wool]], tenaga, bahkan hewan ternak ini juga sering di manfaatkan untuk alat transportasi, perlindungan, olahraga serta kesenangan. Apabila sudah dipotong, hewan ternak dapat menghasilkan [[Daging sapi|daging]] serta produk lain mulai dari lem sampai obat, baju sampai pupuk. Tidak banyak [[produk]]-produk bahan lain yang memiliki keragaman penggunana demikian luas di bandingkan hewan ternak khususnya sapi, dan kambing.
 
Menurut [[Undang-Undang]] no. 6/1967, [[ternak]] adalah “Hewan piaraan, atau [[hewan]] yang dipeliharadi pelihara oleh manusia yang hidupnya yakni mengenal tempatnya, makanannya dan perkembang-biakannya serta manfaatnya, diaturdi danatur, [[diawasi]]di awasi oleh [[manusia]], dipelliharadi pellihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan [[jasa-jasa]] yang berguna bagi kepentingan hidup manusia”.<ref>{{Cite web|title=UU No. 6 Tahun 1967|url=http://peraturan.bpk.go.id/Details/49567/uu-no-6-tahun-1967|website=Database Peraturan {{!}} JDIH BPK|access-date=2023-12-21}}</ref>
 
[[Sapi]] merupakan salah satu komoditas hewan [[animalia]] yang memiliki tubuh besar dan hidup di darat, sapi juga sering kali dijadikandi jadikan oleh masyarakat sebagai hewan ternak, ini dikarenakan sapi merupakan hewan yang memiliki [[Nilai sosial|nilai]] jual yang tinggi. Oleh karena itu tidak sedikit [[masyarakat]] yang menjadikan sapi sebagai salah satu hewan ternak meraka.
 
== Dampak yang ditimbulkan ==
'''Dampak Negatif.''' Dampak dari peternakan hewan terhadap lingkungan dapat, bervariasi karena beragamnya kegiatan [[pertanian]] yang dilakukan di seluruh dunia. Meskipun demikian, semua kegiatan [[pertanian]] diketahui memiliki banyak sekali dampak terhadap lingkungan sampai batas tertentu. Peternakan, khususnya produksi daging, dapat menyebabkan polusi, emisi gas rumah kaca, berkurangnya keanekaragaman hayati, penyakit, konsumsi lahan, makanan, dan air secara signifikan. Daging dapat diperoleh melalui berbagai metode, termasuk [[pertanian]] organik, peternakan bebas, produksi ternak intensif, dan pertanian subsisten. Sektor peternakan juga mencakup produksi wol, telur dan susu.
 
[[Peternakan di Indonesia|Peternakan]] merupakan salah satu penghasil emisi gas rumah kaca yang cukup besar. Sapi, [[domba]], dan hewan ruminansia lainnya mencerna makanannya melalui [[fermentasi]] enterik, dan sendawa mereka merupakan sumber utama emisi metana dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan [[kehutanan]]. Bersama dengan metana dan dinitrogen oksida dari kotoran ternak, hal ini menjadikan peternakan sebagai sumber utama emisi gas rumah kaca dari kegiatan pertanian. Mengurangi konsumsi [[daging]] secara besar besaran sangat penting, karena cara ini dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim, terutama ketika [[populasi]] manusia diperkirakan meningkat sebesar 2,3 miliar pada pertengahan abad ini.<ref>{{Cite news|last=Carrington|first=Damian|last2=editor|first2=Damian Carrington Environment|date=2018-10-10|title=Huge reduction in meat-eating ‘essential’ to avoid climate breakdown|url=https://www.theguardian.com/environment/2018/oct/10/huge-reduction-in-meat-eating-essential-to-avoid-climate-breakdown|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2023-12-28}}</ref>
[[Sapi]] merupakan salah satu komoditas hewan [[animalia]] yang memiliki tubuh besar dan hidup di darat, sapi juga sering kali dijadikan oleh masyarakat sebagai hewan ternak, ini dikarenakan sapi merupakan hewan yang memiliki [[Nilai sosial|nilai]] jual yang tinggi. Oleh karena itu tidak sedikit [[masyarakat]] yang menjadikan sapi sebagai salah satu hewan ternak meraka
 
Penurunan permintaan pasokan daging dapat mempengaruhi jumlah produksi daging, sehingga secara langsung dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh produksi daging terhadap lingkungan. Diperkirakan bahwa konsumsi daging [[global]] akan berlipat ganda pada tahun 2000 hingga 2050, ini disebabkan oleh sebagian besar peningkatan populasi dunia, namun juga sebagian disebabkan oleh peningkatan konsumsi [[daging]] per kapita (sebagian besar peningkatan konsumsi per kapita terjadi di negara-negara berkembang) .<ref>{{Cite journal|date=2023-08-04|title=David Nibert|url=https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=David_Nibert&oldid=1168728647|journal=Wikipedia|language=en}}</ref>Populasi manusia diproyeksikan meningkat menjadi 9 miliar pada tahun 2050, dan produksi daging diperkirakan meningkat sebesar 40%. Produksi dan konsumsi daging [[unggas]] global akhir-akhir ini meningkat lebih dari 5% setiap tahunnya. Konsumsi daging biasanya meningkat seiring bertambahnya kekayaan<ref>{{Cite web|title=World agriculture: towards 2030/2050|url=https://www.fao.org/3/a0607e/a0607e00.htm|website=www.fao.org|access-date=2023-12-29}}</ref>
Dampak dari peternakan hewan terhadap lingkungan dapat, bervariasi karena beragamnya kegiatan [[pertanian]] yang dilakukan di seluruh dunia. Meskipun demikian, semua kegiatan pertanian diketahui memiliki banyak sekali dampak terhadap lingkungan sampai batas tertentu. Peternakan, khususnya produksi daging, dapat menyebabkan polusi, emisi gas rumah kaca, berkurangnya keanekaragaman hayati, penyakit, konsumsi lahan, makanan, dan air secara signifikan. Daging dapat diperoleh melalui berbagai metode, termasuk pertanian organik, peternakan bebas, produksi ternak intensif, dan pertanian subsisten. Sektor peternakan juga mencakup produksi wol, telur dan susu.
 
Selain membawa dampak yang negatif, peternakan juga menyimpan banyak dampak positif yang dapat diberikan kapada masyarakat, salah satunya adalah, bisa mambatu menambah pendapatan petani, ketersediaan sumber protein yang terdapat pada hewan, (susu dan daging) serta dapat menciptakan lapangan kerja.<ref>{{Cite web|title=Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaran » Blog Archive » Eksternalitas Positif Dan Negatif Dalam Pengembangan Peternakan Sapi Perah (Positive and Negative Externality in Developments Dairy Farmers)|url=https://pustaka.unpad.ac.id/archives/133435|language=en-US|access-date=2024-01-07}}</ref> Contoh peningkatan dampak positif yang dihasilkan oleh kegiata peternakan, terjadi di salah satu kota yang ada di jawa barat, tepatnya di darah pangalengan dapat dilihat pada tabel berikut<ref>{{Cite web|title=Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaran » Blog Archive » Eksternalitas Positif Dan Negatif Dalam Pengembangan Peternakan Sapi Perah (Positive and Negative Externality in Developments Dairy Farmers)|url=https://pustaka.unpad.ac.id/archives/133435|language=en-US|access-date=2024-01-07}}</ref>
== Dampak ==
{| class="wikitable sortable mw-collapsible mw-collapsed"
[[Peternakan di Indonesia|Peternakan]] merupakan salah satu penghasil emisi gas rumah kaca yang cukup besar. Sapi, [[domba]], dan hewan ruminansia lainnya mencerna makanannya melalui [[fermentasi]] enterik, dan sendawa mereka merupakan sumber utama emisi metana dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan. Bersama dengan metana dan dinitrogen oksida dari kotoran ternak, hal ini menjadikan peternakan sebagai sumber utama emisi gas rumah kaca dari kegiatan pertanian. Mengurangi konsumsi [[daging]] secara besar besaran sangat penting, karena cara ini dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim, terutama ketika populasi manusia diperkirakan meningkat sebesar 2,3 miliar pada pertengahan abad ini.<ref>{{Cite news|last=Carrington|first=Damian|last2=editor|first2=Damian Carrington Environment|date=2018-10-10|title=Huge reduction in meat-eating ‘essential’ to avoid climate breakdown|url=https://www.theguardian.com/environment/2018/oct/10/huge-reduction-in-meat-eating-essential-to-avoid-climate-breakdown|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2023-12-28}}</ref>
|+
!
!
!
!
|-
|'''No'''
|'''Eksternalitas positif'''
|'''Anggota KBPS'''
|'''Bukan anggota KBPS'''
|-
|1
|sarana jalan raya
|V
|V
|-
|2
|Kendaraan
|V
|V
|-
|3
|Komunikasi
|V
|V
|-
|4
|Air
|V
|V
|-
|5
|Fasilitas kesehatan
|V
|V
|-
|6
|Pariwisata
|V
|v
|-
|7
|Lapangan kerja
|v
|v
|}
'''Keterangan V= meningkat'''
 
== sejarah ternakKasus ==
Pada tahun 2006, [[Organisasi]] Pangan dan [[Pertanian]] Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menerbitkan sebuah [[penelitian]] berjudul “Bayangan Panjang Peternakan (Livestock’s Long Shadow),” yang mendapat perhatian luas secara global. Disebutkan bahwa ternak memberikan kontribusi kurang lebih sebesar 18% emisi gas rumah kaca dunia. [[FAO]] menarik kesimpulan yang mengejutkan:, Peternakan memberikan kontribusi yang lebih banyak dalam kerusakan [[lingkungan]] dibanding semua moda transportasi digabung. Hal itu mendorong setiap negara untuk memiliki kebijakan yang fokus pada masalah degradasi [[lahan]], perubahan iklim dan [[Pencemaran|polusi]] [[udara]], kekurangan [[air]] dan polusinya, serta berkurangnya [[biodiversitas]].<ref>{{Cite web|title=PB ISPI|url=https://pb-ispi.org/dampak-peternakan-sapi-bagi-lingkungan/}}</ref>
 
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa peningkatan konsumsi daging saat ini sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan populasi manusia, dan peningkatan pendapatan individu atau [[PDB]]. Oleh karena itu, dampak yang terjadi pada [[lingkungan]] dari hasil produksi dan konsumsi daging akan meningkat, hal ini dapat dicegah kecuali jika perilaku saat ini berubah.<ref>{{Cite journal|last=Parlasca|first=Martin C.|last2=Qaim|first2=Matin|date=2022-10-05|title=Meat Consumption and Sustainability|url=https://www.annualreviews.org/doi/10.1146/annurev-resource-111820-032340|journal=Annual Review of Resource Economics|language=en|volume=14|issue=1|pages=17–41|doi=10.1146/annurev-resource-111820-032340|issn=1941-1340}}</ref>
== Contoh kasus ==
Pada tahun 2006, Organisasi Pangan dan [[Pertanian]] Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menerbitkan sebuah [[penelitian]] berjudul “Bayangan Panjang Peternakan (Livestock’s Long Shadow),” yang mendapat perhatian luas secara global. Disebutkan bahwa ternak memberikan kontribusi kurang lebih sebesar 18% emisi gas rumah kaca dunia. FAO menarik kesimpulan yang mengejutkan: Peternakan memberikan kontribusi yang lebih banyak dalam kerusakan [[lingkungan]] dibanding semua moda transportasi digabung. Hal itu mendorong setiap negara untuk memiliki kebijakan yang fokus pada masalah degradasi lahan, perubahan iklim dan polusi udara, kekurangan air dan polusinya, serta berkurangnya biodiversitas.<ref>{{Cite web|title=PB ISPI|url=https://pb-ispi.org/dampak-peternakan-sapi-bagi-lingkungan/}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 21 ⟶ 76:
[[Kategori:Peternakan]]
[[Kategori:Dampak lingkungan dari pertanian]]
[[Kategori:Artikel WikiLatih Gorontalo 2023]]