Tipiṭaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Xqbot (bicara | kontrib)
k Bot: Memperbaiki pengalihan ganda ke Tripitaka Pali
Tag: Perubahan target pengalihan
 
(7 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH [[Tripitaka Pali]]
{{tentang|berbagai versi Tipiṭaka secara umum|Tipiṭaka versi [[Theravāda]]|Kanon Pāli}}
{{Buddhist term
|title=Tripiṭaka
|id=Tiga Keranjang
|pi=Tipiṭaka
|my = ပိဋကတ် သုံးပုံ
|si=[[:si:ත්‍රිපිටකය|ත්‍රිපිටකය]]
|sa=त्रिपिटक
|zh=三藏
|zh-Latn=sānzàng
|ja=三蔵
|ja-Latn=sanzō
|ko=삼장
|ko-Latn=samjang
|th=พระไตรปิฎก
|vi=Tam tạng
|en=Three Baskets
|sa-Latn=Tripiṭaka|my-Latn=pḭdəɡaʔ θóʊɴbòʊɴ{{!}}}}'''{{IAST|Tipiṭaka}}''' ([[bahasa Pali|bahasa Pāli]]; [[bahasa Sanskerta]]: "Tripiṭaka''"'') merupakan istilah yang digunakan oleh [[agama Buddha]] untuk menggambarkan kumpulan teks kanonis sebagai [[kitab suci]] [[agama Buddha]].<ref>"Buddhist Books and Texts: Canon and Canonization." Lewis Lancaster, ''Encyclopedia of Religion, 2nd edition'', pg 1252</ref> Tipiṭaka berarti "Tiga Keranjang" atau "Tiga Kelompok" yang menunjukkan pembagian kelompok kitab sucinya.
 
* [[Sutta Piṭaka|'''Sutta Piṭaka''']] (Pāli; Sanskerta: {{IAST|[[Sutra Pitaka|Sūtra Piṭaka]]}}) artinya "Keranjang Diskursus", berisi diskursus yang disampaikan oleh [[Buddha]] atau murid-Nya berupa percakapan, khotbah, dan cerita.
* [[Vinaya Piṭaka|'''Vinaya Piṭaka''']] artinya "Keranjang Disiplin", berisi peraturan untuk umat yang menjalani kehidupan monastik ([[Saṅgha]]), yaitu [[bhikkhu]] dan [[Bhikkhunī|bhikkuṇī]].
* [[Abhidhamma Piṭaka|'''Abhidhamma Piṭaka''']] (Pāli; Sanskerta: {{IAST|[[Abhidharma|Abhidharma Piṭaka]]}}) artinya "Keranjang Dhamma Luhur", berisi penjelasan [[Dhamma]] secara kebenaran luhur/hakiki yang lebih tinggi dari kebenaran konvensional atau konsep.
 
Meskipun pengelompokkan menjadi tiga kelompok ini hanya bertahan pada Tipiṭaka versi [[Kanon Pāli]] yang diakui aliran [[Theravāda]], versi Tipiṭaka ("Tripiṭaka") lainnya seperti [[Tripitaka Koreana|Tripiṭaka Koreana]] dan [[Tripiṭaka Taishō]] tetap dinamakan "Tripiṭaka" meskipun tidak secara eksplisit disusun dalam tiga kelompok. Dalam aliran [[Theravāda]], Tipiṭaka yang dimaksud hanya merujuk kepada teks berbahasa Pāli sebagaimana terekam dalam [[Kanon Pāli]] sebagai teks tertua [[Agama Buddha|Buddhisme]]. Aliran [[Theravāda]] tidak mengakui keabsahan kanon versi lain selain [[Kanon Pāli]]. Buddhisme aliran [[Mahāyāna]] umumnya mengakui [[Kanon Buddhis Tiongkok]] dan sebagian isi [[Kanon Pāli]].
{{Buddhisme}}
 
== Versi ==
 
* [[Kanon Pāli]], diakui oleh aliran [[Theravāda]]; beberapa bagiannya juga diakui oleh aliran lainnya; ditulis dalam [[Bahasa Pali|bahasa Pāli]].
* [[Kanon Buddhis Tiongkok]], diakui oleh aliran [[Mahayana|Mahāyāna]]; ditulis dalam [[bahasa Tionghoa Klasik]].
** [[Tripitaka Koreana|Tripiṭaka Koreana]]
** Tripitaka Chenlong
** [[Tripiṭaka Taishō|Tripitaka Taishō]]
** Tripitaka Jiaxing
** Tripitaka Sinica
* [[Kanon Buddhis Tibet]], diakui oleh aliran [[Wajrayana|Vajrayāna]]; ditulis dalam [[bahasa Tibet]].
 
== Sejarah ==
Beberapa minggu setelah Sang [[Siddharta Gautama|Buddha]] wafat (483 SM) seorang Bhikkhu tua yang tidak disiplin bernama [[Subhaddha]] berkata : "''Janganlah bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita terbebas dari Pertapa Agung yang tidak akan lagi memberitahu kita apa yang sesuai untuk dilakukan dan apa yang tidak, yang membuat hidup kita menderita, tetapi sekarang kita dapat berbuat apa pun yang kita senangi dan tidak berbuat apa yang tidak kita senangi''" ([[Vinaya Pitaka|Vinaya Piṭaka]] II,284). Maha [[Kassapa Thera]] setelah mendengar kata-kata itu memutuskan untuk mengadakan Pesamuhan Agung (Konsili) di [[Rajagaha]].
 
Dengan bantuan Raja [[Ajatasattu]] dari [[Magadha]], 500 orang [[Arahat]] berkumpul di Gua [[Sattapanni]] dekat [[Rajagaha]] untuk mengumpulkan ajaran Sang Buddha yang telah dibabarkan selama ini dan menyusunnya secara sistematis. Yang Ariya [[Ananda]], siswa terdekat [[Sang Buddha]], mendapat kehormatan untuk mengulang kembali khotbah-khotbah Sang Buddha dan Yang Ariya [[Upali]] mengulang [[Vinaya]] (peraturan-peraturan). Dalam Pesamuhan Agung Pertama inilah dikumpulkan seluruh ajaran yang kini dikenal sebagai Kitab Suci [[Tripiṭaka]] (Pali). Mereka yang mengikuti ajaran Sang Buddha seperti tersebut dalam Kitab Suci Tripiṭaka (Pali) disebut Pemeliharaan Kemurnian Ajaran sebagaimana sabda Sang Buddha yang terakhir: "''Jadikanlah [[Dhamma]] dan [[Vinaya]] sebagai pelita dan pelindung bagi dirimu''".
 
Pada mulanya Tripiṭaka (Pali) ini diwariskan secara lisan dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Satu abad kemudian terdapat sekelompok Bhikkhu yang berniat hendak mengubah [[Vinaya]]. Menghadapi usaha ini, para Bhikkhu yang ingin mempertahankan [[Dhamma]] - [[Vinaya]] sebagaimana diwariskan oleh Sang Buddha Gotama menyelenggarakan Pesamuhan Agung Kedua dengan bantuan Raja [[Kalasoka]] di [[Vesali]], di mana isi Kitab Suci Tripiṭaka (Pali) diucapkan ulang oleh 700 orang [[Arahat]]. Kelompok Bhikkhu yang memegang teguh kemurnian [[Dhamma]] - [[Vinaya]] ini menamakan diri [[Sthaviravada]], yang kelak disebut [[Theravada|Theravãda]]. Sedangkan kelompok [[Bhikkhu]] yang ingin mengubah [[Vinaya]] menamakan diri [[Mahasanghika]], yang kelak berkembang menjadi aliran [[Mahayana]]. Jadi, seabad setelah Sang Buddha Gotama wafat, Agama Buddha terbagi menjadi 2 aliran besar [[Theravada|Theravãda]] dan [[Mahayana]].
 
Pesamuhan Agung Ketiga diadakan di [[Pataliputra]] (Patna) pada abad ketiga sesudah Sang Buddha wafat ([[249 SM]]) dengan pemerintahan di bawah Kaisar [[Asoka Wardhana]]. Kaisar ini memeluk [[Agama Buddha]] dan dengan pengaruhnya banyak membantu penyebarkan [[Dhamma]] ke suluruh wilayah kerajaan. Pada masa itu, ribuan gadungan (penyelundup ajaran gelap) masuk ke dalam [[Sangha]] dangan maksud meyebarkan ajaran-ajaran mereka sendiri untuk meyesatkan umat. Untuk mengakhiri keadaan ini, Kaisar menyelenggarakan Pesamuhan Agung dan membersihkan tubuh Sangha dari penyelundup-penyelundup serta merencanakan pengiriman para Duta Dhamma ke negeri-negeri lain.
 
Dalam Pesamuhan Agung Ketiga ini 100 orang [[Arahat]] mengulang kembali pembacaan Kitab Suci Tripiṭaka (Pali) selama sembilan bulan. Dari titik tolak Pesamuhan inilah [[Agama Buddha]] dapat tersebar ke suluruh penjuru dunia dan terhindar lenyap dari bumi asalnya.
 
Pesamuhan Agung keempat diadakan di [[Aluvihara]] ([[Srilanka]]) di bawah lindungan Raja [[Vattagamani Abhaya]] pada permulaan abad keenam sesudah Sang Buddha wafat ([[83 SM]]). Pada kesempatan itu Kitab Suci Tripiṭaka (Pali) dituliskan untuk pertama kalinya. Tujuan penulisan ini adalah agar semua orang mengetahui kemurnian Dhamma Vinaya.
 
Selanjutnya Pesamuhan Agung Kelima diadakan di [[Mandalay]] ([[Burma]]) pada permulaan [[abad 25]] sesudah Sang Buddha wafat ([[1871]]) dengan bantuan Raja [[Mindon]]. Kejadian penting pada waktu itu adalah Kitab Suci Titpiṭaka (Pali) diprasastikan pada 727 buah lempengan marmer (batu pualam) dan diletakkan di bukit [[Mandalay]].
 
Persamuan Agung keenam diadakan di [[Rangoon]] pada hari [[Visakha Puja]] tahun Buddhis [[2498]] dan berakhir pada tahun Buddhis 2500 (tahun Masehi [[1956]]). Sejak saat itu penterjemahan Kitab Suci Tripiṭaka (Pali) dilakukan ke dalam beberapa bahasa Barat.
 
Sebagai tambahan pengetahuan dapat dikemukakan bahwa pada abad pertama sesudah Masehi, Raja [[Kaniska]] dari [[Afganistan]] mengadakan Pesamuhan Agung yang tidak dihadiri oleh kelompok [[Theravada|Theravãda]]. Bertitik tolak pada Pesamuhan ini, Agama Buddha aliran [[Mahayana]] berkembang di [[India]] dan kemudian meyebar ke negeri [[Tibet]] dan [[Tiongkok]]. Pada Pasamuan ini disepakati adanya kitab-kitab suci Buddhis dalam [[Bahasa Sanskerta]] dengan banyak tambahan sutra-sutra baru yang tidak terdapat dalam Kitab Suci Tripiṭaka (Pali).
 
Dengan demikian, Agama Buddha aliran [[Theravada|Theravãda]] dalam pertumbuhannya sejak pertama sampai sekarang, termasuk di Indonesia, tetap mendasarkan penghayatan dan pembabaran [[Dhamma]] - [[Vinaya]] pada kemurnian Kitab suci Tripiṭaka (Pali) sehingga dengan demikian tidak ada perbedaan dalam hal ajaran antara Theravãda di Indonesia dengan Theravada di [[Thailand]], [[Srilanka]], [[Burma]] maupun di negara-negara lain.
 
Sampai abad ketiga setelah Sang Buddha wafat aliran Sthaviravada terpecah menjadi 18 subaliran, antara lain: [[Sarvastivada]], [[Kasyapiya]], [[Mahisasaka]], [[Theravada|Theravãda]] dan sebagainya. Pada dewasa ini 17 subaliran Sthaviravada itu telah lenyap. Yang masih berkembang sampai sekarang hanyalah aliran Theravãda (ajaran para sesepuh). Dengan demikian nama Sthaviravada tidak ada lagi. Aliran Theravãda inilah yang kini dianut oleh negara-negara Srilanka, Burma, Thailand, dan kemudian berkembang di Indonesia dan negara-negara lain.
 
=== Sidang Agung I (Konsili I) ===
''Sidang Agung I'' diadakan pada tahun [[543 SM]] (3 bulan setelah bulan Mei) dan berlangsung selama 2 bulan. Sidang ini dipimpin oleh YA. [[Maha Kassapa]] dan dihadiri oleh 500 orang [[Bhikkhu]] yang semuanya [[Arahat]]. Sidang diadakan di [[Goa Satapani]] di kota [[Rajagaha]]. Sponsor sidang agung ini adalah Raja [[Ajatasatu]].
 
Tujuan dari sidang pertama ini adalah untuk menghimpun ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan. Mengulang [[Dhamma]] dan [[Vinaya]] agar ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. [[Upali]] mengulang [[Vinaya]] dan Y.A. [[Ananda]] mengulang [[Dhamma]].
 
Kesimpulan dari sidang pertama ini adalah Sangha tidak akan menetapkan hal-hal mana yang perlu dihapus dan hal-hal mana yang harus dilaksanakan, juga tidak akan menambah apa-apa yang telah ada. Mengadili Y.A. [[Ananda]]. Mengucilkan [[Chana]]. Agama Buddha masih utuh.
 
=== Sidang Agung II (Konsili II) ===
''Sidang Agung II'' diadakan pada tahun [[443 SM]] (100 tahun sesudah yang I) dan berlangsung selama 4 bulan. Dipimpin oleh YA. [[Revata]] dan dibantu oleh YA. [[Yasa]] serta dihadiri oleh 700 Bhikkhu.
Sidang diadakan di [[Vesali]]. Sponsor sidang agung ini adalah Raja [[Kalasoka]].
 
Sidang kedua ini diadakan karena sekelompok [[Bhikkhu]] [[Sangha]] ([[Mahasanghika]]) menghendaki untuk memperlunak [[Vinaya]] yang sangat keras (tetapi gagal).
 
Dalam sidang kedua ini kesalahan-kesalahan Bhikkhu-Bhikkhu dari suku [[Vajjis]] yang melangggar [[pacittiya]] dibicarakan, diakui bahwa mereka telah melanggar Vinaya dan 700 Bhikkhu yang hadir menyatakan setuju. Pengulangan [[Vinaya]] dan [[Dhamma]], yang dikenal dengan nama "[[Satta Sati]]" atau "[[Yasathera Sanghiti]]" karena Bhikkhu [[Yasa]] dianggap berjasa dalam bidang pemurnian [[Vinaya]].
 
=== Sidang Agung III (Konsili III) ===
Diadakan pada tahun +/- [[313 SM]] (230 tahun setelah sidang I). Dipimpin oleh Y.A. [[Tissa Moggaliputta]]. Sidang diadakan di [[Pataliputta]]. Sponsor Sidang Agung ini adalah Raja [[Asoka]] dari Suku [[Mauriya]].
 
Tujuan sidang ini adalah untuk menertibkan perbedaan pendapat yang mengaktifkan perpecahan Sangha. Memeriksa dan menyempurnakan Kitab Suci Pali (memurnikan Ajaran Sang Buddha). Raja Asoka meminta agar para Bhikkhu mengadakan upacara [[Uposatha]] setiap bulan, agar Bhikkhu Sangha bersih dari oknum-oknum yang bermaksud tidak baik.
 
Sidang ini menghasilkan keputusan untuk menghukum Bhikkhu-Bhikkhu selebor. Ajaran [[Abhidhamma]] diulang tersendiri oleh Y.A. [[Maha Kassapa]], sehingga lengkaplah pengertian [[Tripiṭaka]] ([[Vinaya]], [[Sutta]], dan [[Abhidhamma]]). Jadi pengertian Tripiṭaka mulai lengkap (timbul) pada Konsili III. Y.A. [[Tissa]] memilih 10.000 orang Bhikkhu Sangha yang benar-benar telah memahami Ajaran Sang [[Siddharta Gautama|Buddha]] untuk menghimpun Ajaran tersebut menjadi Tripiṭaka dan perhimpunan tersebut berlangsung selama 9 bulan.
 
Pada saat itu Sangha sudah terpecah dua, yaitu : [[Theravada|Theravãda]] ([[Sthaviravada]]) dan [[Mahasanghika]]. Sementara itu ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa pada Konsili III ini bukan merupakan konsili umum, tetapi hanya merupakan suatu konsili yang diadakan oleh [[Sthaviravada]].
 
=== Sidang Agung IV (Konsili IV) ===
Diadakan pada masa pemerintahan Raja [[Vattagamani Abhaya]] (tahun [[101 SM|101]] - [[77 SM]]). Dipimpin oleh Y.A. [[Rakhita Mahathera]] dan dihadiri oleh +/- 500 Bhikkhu. Sidang diadakan di Alu Vihara (Aloka Vihara) di Desa [[Matale]].
 
Tujuan dari sidang keempat ini adalah mencari penyelesaian karena melihat terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang mengancam Ajaran-ajaran dan kebudayaan-kebudayaan Agama Buddha oleh pihak-pihak lain.
 
Keputusan sidang ini adalah supaya Tripiṭaka disempurnakan komentar dan penjelasannya serta menuliskan Tripiṭaka dan komentarnya di atas daun lontar.
 
Konsili ini diakui sebagai konsili yang ke IV oleh aliran [[Theravada|Theravãda]].
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
* [[Buddha]]
* [[Kitab Suci]]
{{Buddhisme-topik}}
{{Kitab suci}}
{{buddhisme-stub}}
{{DEFAULTSORT:Tripiṭaka}}
[[Kategori:Tripiṭaka|API]]
[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Kata dan frasa Sanskerta]]
[[Kategori:Kitab Suci Agama Buddha]]