Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Update data populasi Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(30 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
|image_caption = Topografi Pulau Jawa
|image_map = Java_Locator.svg
|native_name =<br><span style="font-weight:normal;">{{java|ꦗꦮ}}</span> ([[Aksara Jawa|Jawa]])<br><span style="font-weight:normal;">{{sund|ᮏᮝ}}</span> ([[Aksara Sunda|Sunda]])
|native_name_link =
|location = [[Asia Tenggara]]
|coordinates = {{Coord|7|29|30|S|110|00|16|E|type:isle_region:ID_scale:5000000|display=inline,title}}
|archipelago = [[Kepulauan Sunda Besar]]
|area_km2=
|rank= ke-13
|highest_mount = [[Gunung Semeru]]
Baris 15:
|country = {{flagcountry|Indonesia}}
|country_admin_divisions_title = Provinsi
|country_admin_divisions = {{
|country_largest_city = {{coat of arms|Jakarta}}
|country_largest_city_population =
|population =
|population_as_of =
|density_km2=
|ethnic_groups = [[Suku Jawa|Jawa]]
}}
[[Berkas:Gunung Merapi 2006-05-14, MODIS.jpg|jmpl|Pulau Jawa dalam citra satelit]]
'''Jawa'''
▲'''Jawa''' ({{lang-jv|ꦗꦮ|Jåwå}}) adalah sebuah [[pulau]] di [[Indonesia]] yang terletak di [[kepulauan Sunda Besar]] dan merupakan [[Daftar pulau menurut luas wilayah|pulau terluas ke-13]] di [[dunia]]. Jumlah penduduk di Pulau Jawa sekitar 150 juta. Pulau Jawa dihuni oleh 60% total populasi Indonesia. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 1905 yang mencapai 80,6% dari seluruh penduduk Indonesia. Penurunan penduduk di Pulau Jawa secara persentase diakibatkan perpindahan penduduk ([[transmigrasi]]) dari pulau Jawa ke daerah lain di Indonesia. [[Ibu kota]] Indonesia adalah [[Jakarta]] dan terletak di Jawa bagian barat laut (tepatnya di ujung paling barat Jalur [[Pantura]]).
Jawa adalah pulau yang sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik. Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari timur hingga barat pulau ini, dengan dataran endapan aluvial sungai di bagian utara. Pulau Jawa dipisahkan oleh selat dengan beberapa pulau utama, yakni Pulau [[Sumatra]] di barat laut, Pulau [[Kalimantan]] di utara, Pulau [[Madura]] di timur laut, dan Pulau [[Bali]] di sebelah timur. Sementara itu di sebelah selatan pulau Jawa terbentang [[Samudra Hindia]].
Baris 37 ⟶ 36:
== Etimologi ==
[[Berkas:Relief on Prambanan - Hanuman meeting Sita, Pentas Ramajana, p33.jpg|jmpl|ka|250px|Relief pertemuan [[Hanoman]] dengan [[Sita]] di candi [[Prambanan]].]]
Asal mula nama "Jawa" dapat dilacak dari kronik {{ber|bahasa Sanskerta}} yang menyebut adanya pulau bernama ''yavadvip(a)'' (''dvipa'' berarti "pulau", dan ''yava'' berarti "jelai" atau juga "biji-bijian").<ref name="Raffles, Thomas E. 1965. Page 3">Raffles, Thomas E.: "The History of Java". Oxford University Press, 1965 . Page 3</ref><ref>{{Cite web|url=http://veda.wikidot.com/malay-words-sanskrit-origin|title=Malay Words of Sanskrit Origin - वेद Veda|website=veda.wikidot.com|access-date=2014-11-25|archive-date=2023-01-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230106074907/http://veda.wikidot.com/malay-words-sanskrit-origin|dead-url=no}}</ref> Apakah biji-bijian ini merupakan [[jawawut]] (''Setaria italica'') atau [[padi]], keduanya telah banyak ditemukan di pulau ini pada masa sebelum masuknya pengaruh India.<ref>Raffles, Thomas E.: " The History of Java". Oxford University Press, 1965. Page 2</ref> Boleh jadi, pulau ini memiliki banyak nama sebelumnya, termasuk kemungkinan berasal dari kata ''jaú'' yang berarti "jauh".<ref name="Raffles, Thomas E. 1965. Page 3" /> ''Yavadvipa'' disebut dalam [[epik]] asal [[India]], [[Ramayana]]. [[Sugriwa]], panglima ''wanara'' (manusia kera) dari pasukan [[Rama|Sri Rama]], mengirimkan utusannya ke Yavadvipa (Pulau Jawa) untuk mencari [[Sita|Dewi Sita]].<ref>{{Cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=9ic4BjWFmNIC&pg=PA465&lpg=PA465&dq=Yawadvipa+is+mentioned+in+India%27s+earliest+epic,+the+Ramayana&source=bl&ots=WxBOr6BCNJ&sig=jc4B_jT3nZ4WQS3Ldu_I1Pl-WmA&hl=id&ei=QR0wTbLrL86HrAfOp4GOCQ&sa=X&oi=book_result&ct=result|title=History Of Ancient India (portraits Of A Nation), 1/e|date=18 Apr 2010|publisher=Sterling Publishers Pvt. Ltd|via=Google Books}}</ref> Kemudian berdasarkan kesusastraan India terutama pustaka Tamil, disebut nama Sanskerta ''yāvaka dvīpa'' (''dvīpa'' = pulau).
Dugaan lain ialah bahwa kata "Jawa" berasal dari akar kata dalam [[bahasa Proto-Austronesia]] yang berarti "rumah".<ref>Hatley, R., Schiller, J., Lucas, A., Martin-Schiller, B., (1984). "Mapping cultural regions of Java" in: Other Javas away from the kraton. pp. 1–32.</ref>
Baris 43 ⟶ 42:
Pulau bernama Iabadiu atau Jabadiu disebutkan dalam karya [[Ptolemy]] bernama ''[[Geography (Ptolemy)|Geographia]]'' yang dibuat sekitar 150 masehi di [[Kekaisaran Romawi]]. ''Iabadiu'' dikatakan berarti "pulau jelai", juga kaya akan emas, dan mempunyai kota perak bernama Argyra di ujung barat. Nama ini mengindikasikan Jawa,<ref name="AncientGeo">{{cite book|title=History of Ancient Geography|author=J. Oliver Thomson|publisher=[[Cambridge University Press]]|year=2013|isbn=9781107689923|url =https://books.google.com/books?id=GpP0wKQ1lksC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|pages=316–317}}</ref> dan kelihatannya berasal dari nama Hindu Yavadvipa (Pulau Jawa).
{{See also|Kerajaan Sabak|Waqwaq}}Berita tahunan dari Songshu dan Liangshu menyebut Jawa sebagai She-po (abad ke-5 M), He-ling (tahun 640–818 M), lalu menyebutnya She-po lagi sampai masa [[Dinasti Yuan]] (1271–1368), di mana mereka mulai menyebut Zhao-Wa (爪哇).<ref name="Nusa Jawa">Lombard, Denys (2005)''. [https://archive.org/details/NJ2JA/mode/2up?q= Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia]''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.</ref>{{Rp|12}} Menurut catatan [[Ma Huan]] (yaitu [[Yingyai Shenglan|Yingya Shenlan]]), orang China menyebut Jawa sebagai Chao-Wa, dan dulunya pulau ini disebut 阇婆 (''She-pó'' atau ''She-bó'')''.''<ref>Mills, J.V.G. (1970). ''Ying-yai Sheng-lan: The Overall Survey of the Ocean Shores [1433]''. Cambridge: Cambridge University Press.</ref>{{Rp|86}} [[Sulaiman al-Tajir al-Sirafi]] menyebutkan dua pulau penting yang memisahkan Arab dan Cina: Yang pertama adalah Al-Rami dengan panjang 800 parasang, yang diidentifikasi sebagai Sumatera, dan yang lainnya adalah Zabaj (bahasa Arab: الزابج, Bahasa Indonesia: [[Kerajaan Sabak|Sabak]]), 400 parasang panjangnya, diidentifikasi sebagai Jawa.<ref name=":12">{{Cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|location=|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|isbn=978-602-9346-00-8}}</ref>{{Rp|30-31}} Saat John dari Marignolli (1338–1353) pulang dari China ke Avignon, ia singgah di [[Kerajaan Saba]], yang ia bilang memiliki banyak gajah dan dipimpin oleh ratu; nama Saba ini bisa jadi adalah interpretasinya untuk ''She-bó''.<ref>Yule, Sir Henry (1913). ''[https://archive.org/details/cathaywaythither03yule/page/n15/mode/2up?q=saba Cathay and the way thither: being a collection of medieval notices of China vol. III]''. London: The Hakluyt Society.</ref>{{Rp|page=xii, 192–194}} Afanasij Nikitin, seorang pedagang dari Tver (di Rusia), melakukan perjalanan ke India pada tahun 1466 dan mendeskripsikan tanah Jawa di buku hariannya, yang ia sebut шабайте (shabait/šabajte).<ref>Braginsky, Vladimir. 1998. [https://web.archive.org/web/20210520115142/https://www.academia.edu/21785432/Two_Eastern_Christian_Sources_on_Medieval_Nusantara Two Eastern Christian sources on medieval Nusantara]. ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde''. 154(3): 367–396.</ref><ref>{{Cite book|last=Zenkovsky|first=Serge A.|year=1974|url=https://archive.org/details/medievalrussiase00zenk/page/346/mode/2up?q=shabait|title=Medieval Russia's epics, chronicles, and tales|location=New York|publisher=Dutton|isbn=0525473637|pages=345-347}}</ref> Kata "Saba" sendiri berasal dari kata [[Bahasa Kawi|bahasa Jawa kawi]] yaitu ''Saba'' yang berarti "pertemuan" atau "rapat". Dengan demikian kata itu dapat diartikan sebagai "tempat bertemu".''<ref>{{Cite book|title=Kamus Jawa Kawi Indonesia|last=Maharsi|first=|publisher=Pura Pustaka|year=|isbn=|location=|pages=|url-status=live}}</ref>'' Menurut Fahmi Basya, kata tersebut berarti "tempat bertemu", "tempat berkumpul", atau "tempat berkumpulnya bangsa-bangsa".''<ref>{{Cite book|title=Indonesia Negeri Saba|last=Basya|first=Fahmi|publisher=Zahira|year=2014|isbn=978-602-1139-48-6|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>''{{Rp|162-172}}
== Aksara ==
[[Berkas:Sugeng Rawuh - Javanese Script.png|jmpl|250px|Contoh tulisan "''Sugeng Rawuh''" dalam bentuk aksara Jawa]]
'''[[Aksara Jawa]]''', dikenal juga sebagai ''
Berdasar tradisi lisan, aksara
[[Berkas:Wilujeng Sumping - Sundanese Script.png|jmpl|250px|Contoh tulisan "''Wilujeng Sumping''" dalam bentuk aksara Sunda]]
▲Berdasar tradisi lisan, aksara jawa diciptakan oleh Aji Saka, tokoh pendatang dari India, dari suku Shaka (Scythia). Legenda melambangkan kedatangan Dharma (ajaran dan peradaban Hindu-Buddha) ke pulau Jawa. Kini kata Saka masih digunakan dalam istilah dalam bahasa Jawa, ''saka'' atau ''soko,'' yang berarti penting, pangkal, atau asal-mula. Aji Saka bermakna "raja asal-mula" atau "raja pertama".
Selain aksara Jawa, '''[[Aksara Sunda]]''' (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ) merupakan salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis [[bahasa Sunda]] di wilayah bagian barat pulau Jawa{{Efn|meliputi Provinsi [[Jawa Barat]] dan [[Banten]]}}. Aksara ini juga menggantikan Aksara Jawa Modifikasi yang diperuntukkan penggunaan bahasa Sunda dengan nama ''[[Cacarakan]]'' (ꦕꦕꦫꦏꦤ꧀).
== Sejarah ==
{{utama|Sejarah Jawa}}
[[Berkas:Pithecanthropus-erectus.jpg|jmpl|kiri|Tiga fosil utama [[Manusia Jawa]] yang ditemukan pada tahun 1891–92: tengkorak, gigi geraham, dan tulang paha, masing-masing dilihat dari dua sudut berbeda.]]
Pulau Jawa merupakan bagian dari gugusan [[
cited in {{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309–312|id=}}; {{cite journal|last=Pope|first=G|authorlink=|coauthors=|title=Evidence on the Age of the Asian Hominidae|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|volume=80|issue=16|pages=4,988–4992|date=August 15, 1983|doi= 10.1073/pnas.80.16.4988|pmid=6410399|pmc=384173 }}
cited in
{{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309|id=}};
{{cite journal|last=de Vos|first=J.P.|coauthors=P.Y. Sondaar,|title=Dating hominid sites in Indonesia|journal=Science Magazine|volume=266|issue=16|pages=4,988–4992|date=9 December 1994|url=http://www.sciencemag.org/cgi/reprint/266/5191/1726.pdf|format=PDF|doi=10.1126/science.7992059|accessdate=|archive-date=2009-09-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20090929225215/http://www.sciencemag.org/cgi/reprint/266/5191/1726.pdf|dead-url=no}}
cited in {{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309 }}</ref> Situs [[Sangiran]] adalah situs prasejarah yang penting di Jawa. Beberapa struktur [[megalitik]] telah ditemukan di Pulau Jawa, misalnya [[menhir]], [[dolmen]], meja batu, dan piramida berundak yang lazim disebut [[Punden Berundak]]. Punden Berundak dan menhir ditemukan di situs megalitik di Paguyangan, Cisolok, dan Gunung Padang, [[Jawa Barat]]. Situs Megalitik Cipari yang juga ditemukan di Jawa Barat menunjukkan struktur monolit, teras batu, dan [[sarkofagus]].<ref>[
Pulau Jawa yang sangat subur dan bercurah hujan tinggi memungkinkan berkembangnya budidaya padi di lahan basah, sehingga mendorong terbentuknya tingkat kerjasama antar desa yang semakin kompleks. Dari aliansi-aliansi desa tersebut, berkembanglah kerajaan-kerajaan kecil. Jajaran pegunungan vulkanik dan dataran-dataran tinggi di sekitarnya yang membentang di sepanjang Pulau Jawa menyebabkan daerah-daerah interior pulau ini beserta masyarakatnya secara relatif terpisahkan dari pengaruh luar.<ref>Ricklefs (1991), pp. 16–17</ref> Pada masa sebelum berkembangnya negara-negara Islam serta kedatangan kolonialisme Eropa, sungai-sungai yang ada merupakan sarana perhubungan utama masyarakat, meskipun kebanyakan sungai di Jawa beraliran pendek. Hanya [[Sungai Brantas]] dan Bengawan Solo yang dapat menjadi sarana penghubung jarak jauh, sehingga pada lembah-lembah sungai tersebut terbentuklah pusat dari kerajaan-kerajaan yang besar.
Baris 97 ⟶ 100:
Hubungan Jawa dengan kekuatan-kekuatan kolonial Eropa dimulai pada tahun 1522, dengan diadakannya [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|perjanjian]] antara [[Kerajaan Sunda]] dan Portugis di [[Malaka]]. Setelah kegagalan perjanjian tersebut, [[Bangsa Portugis di Indonesia|kehadiran Portugis]] selanjutnya hanya terbatas di Malaka dan di pulau-pulau sebelah timur nusantara saja. Sebuah ekspedisi di bawah pimpinan [[Cornelis de Houtman]] yang terdiri dari empat buah kapal pada tahun 1596, menjadi awal dari hubungan antara Belanda dan Indonesia.<ref>{{cite book|title=The Globe Encompassed: The Age of European Discovery, 1500-1700|url=https://archive.org/details/globeencompassed0000ames|author=Ames, Glenn J.|year=2008|page=[https://archive.org/details/globeencompassed0000ames/page/99 99]}}</ref> Pada akhir abad ke-18, Belanda telah berhasil memperluas pengaruh mereka terhadap kesultanan-kesultanan di pedalaman Pulau Jawa (lihat [[Perusahaan Hindia Timur Belanda di Indonesia]]). Meskipun orang-orang Jawa adalah pejuang yang pemberani, konflik internal telah menghalangi mereka membentuk aliansi yang efektif dalam melawan Belanda. Sisa-sisa Mataram bertahan sebagai [[Kasunanan Surakarta]] dan [[Kasultanan Yogyakarta]]. Para raja Jawa mengklaim berkuasa atas kehendak Tuhan, dan Belanda mendukung sisa-sisa aristokrasi Jawa tersebut dengan cara mengukuhkan kedudukan mereka sebagai penguasa wilayah atau bupati dalam lingkup administrasi kolonial.
Di awal masa kolonial, Jawa memegang peranan utama sebagai daerah penghasil [[beras]]. Pulau-pulau penghasil rempah-rempah, misalnya [[
|last = St. John
|first = Horace Stebbing Roscoe
Baris 128 ⟶ 131:
|jfm = }}</ref>
Penduduk Pulau Jawa kemungkinan sudah mencapai 10 juta orang pada tahun 1815.<ref>[https://web.archive.org/web/20150507133027/http://www.britannica.com/EBchecked/topic/301673/Java Java (island, Indonesia)]. Encyclopædia Britannica.</ref> Pada paruh kedua abad ke-18, mulai terjadi lonjakan jumlah penduduk di kadipaten-kadipaten sepanjang pantai utara Jawa bagian tengah, dan dalam abad ke-19 seluruh pulau mengalami pertumbuhan populasi yang cepat. Berbagai faktor penyebab pertumbuhan penduduk yang besar antara lain termasuk peranan pemerintahan kolonial Belanda, yaitu dalam menetapkan berakhirnya perang saudara di Jawa, meningkatkan luas area persawahan, serta mengenalkan tanaman pangan lainnya seperti [[singkong]] dan [[jagung]] yang dapat mendukung ketahanan pangan bagi populasi yang tidak mampu membeli beras.<ref>Taylor (2003), hlm. 253.</ref> Pendapat lainnya menyatakan bahwa meningkatnya beban pajak dan semakin meluasnya perekrutan kerja di bawah [[Cultuurstelsel|Sistem Tanam Paksa]] menyebabkan para pasangan berusaha memiliki lebih banyak anak dengan harapan dapat meningkatkan jumlah anggota keluarga yang dapat menolong membayar pajak dan mencari nafkah.<ref>Taylor (2003), hlm. 253-254.</ref> Pada tahun 1820, terjadi wabah [[kolera]] di Jawa dengan korban 100.000 jiwa.<ref>{{Cite book
|first = Joseph Patrick
|last = Byrne
Baris 137 ⟶ 140:
|page = 99
|isbn = 0313341028
}}</ref>
Kehadiran truk dan kereta api sebagai sarana transportasi bagi masyarakat yang sebelumnya hanya menggunakan kereta dan kerbau, penggunaan sistem telegraf, dan sistem distribusi yang lebih teratur di bawah pemerintahan kolonial; semuanya turut mendukung terhapusnya kelaparan di Jawa, yang pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan penduduk. Tidak terjadi bencana kelaparan yang berarti di Jawa semenjak tahun 1840-an hingga [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|masa pendudukan Jepang]] pada tahun 1940-an.<ref name="Taylor 2003, hlm. 254">Taylor (2003), hlm. 254.</ref> Selain itu, menurunnya usia awal pernikahan selama abad ke-19, menyebabkan bertambahnya jumlah tahun di mana seorang perempuan dapat mengurus anak.<ref name="Taylor 2003, hlm. 254"/>
=== Masa kemerdekaan ===
Nasionalisme Indonesia mulai tumbuh di Jawa pada awal abad ke-20 (lihat [[Kebangkitan Nasional Indonesia]]), dan [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan]] setelah Perang Dunia II juga berpusat di Jawa. [[Gerakan 30 September|Kudeta G 30 S PKI]] yang gagal dan [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|kekerasan anti-komunis selanjutnya]] pada tahun 1965-66 sebagian besar terjadi di pulau ini. Jawa saat ini mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia, yang berpotensi menjadi sumber kecemburuan sosial. Pada tahun 1998 terjadi [[Kerusuhan Mei 1998|kerusuhan besar]] yang menimpa etnis [[Tionghoa-Indonesia]], yang merupakan salah satu dari berbagai kerusuhan berdarah yang terjadi tidak berapa lama sebelum runtuhnya pemerintahan Presiden Soeharto yang telah berjalan selama 32 tahun.<ref>{{cite news|url=http://news.bbc.co.uk/1/hi/events/indonesia/special_report/118576.stm|work=BBC News|title=Ethnic Chinese tell of mass rapes|date=23 June 1998|accessdate=28 April 2010|archive-date=2020-02-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20200217150237/http://news.bbc.co.uk/1/hi/events/indonesia/special_report/118576.stm|dead-url=no}}</ref>
Pada tahun 2006, [[Gunung Merapi]] meletus dan diikuti oleh [[Gempa bumi Yogyakarta 2006|gempa bumi]] yang melanda [[Yogyakarta]]. Jawa juga sempat terkena sedikit dampak wabah [[H5N1|flu burung]], serta merupakan lokasi bencana [[Banjir lumpur panas Sidoarjo|semburan lumpur panas Sidoarjo]].
Baris 152 ⟶ 155:
Jawa bertetangga dengan [[Sumatra]] di sebelah barat, [[Bali]] di timur, [[Kalimantan]] di utara, dan [[Pulau Natal]] di selatan. Pulau Jawa merupakan [[Daftar pulau menurut luas wilayah|pulau ke-13 terbesar di dunia]]. Perairan yang mengelilingi pulau ini ialah [[Laut Jawa]] di utara, [[Selat Sunda]] di barat, [[Samudra Hindia]] di selatan, serta [[Selat Bali]] dan [[Selat Madura]] di timur.
Jawa memiliki luas sekitar 138.793,6 km<sup>2</sup>.<ref name="MONK_7">{{cite book|last=Monk,|first=K.A.|coauthors=Fretes, Y., Reksodiharjo-Lilley, G.|title=The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku|publisher=Periplus Editions Ltd.|year=1996|page=7|location=Hong Kong|isbn=962-593-076-0}}</ref> [[Sungai]] yang terpanjang ialah [[Bengawan Solo]], yaitu sepanjang 600 km.<ref>[
Hampir keseluruhan wilayah Jawa pernah memperoleh dampak dari aktivitas [[gunung berapi]]. Terdapat tiga puluh delapan [[gunung]] yang terbentang dari timur ke barat pulau ini, yang kesemuanya pada waktu tertentu pernah menjadi gunung berapi aktif. Gunung berapi tertinggi di Jawa adalah [[Gunung Semeru]] (3.676 m) dan gunung tertinggi kedua [[Gunung Slamet]] (3.432 m), sedangkan gunung berapi paling aktif di Jawa dan bahkan di Indonesia adalah [[Gunung Merapi]] (2.968 m) serta [[Gunung Kelud]] (1.731 m). Gunung-gunung dan dataran tinggi yang berjarak berjauhan membantu wilayah pedalaman terbagi menjadi beberapa daerah yang relatif terisolasi dan cocok untuk [[sawah|persawahan]] lahan basah. Lahan persawahan padi di Jawa adalah salah satu yang tersubur di dunia.<ref name="RICKLEFS_p15">{{cite book
Baris 158 ⟶ 161:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De weg van Buitenzorg naar de Preanger Regentschappen TMnr 3728-429c.jpg|jmpl|Dataran Tinggi [[Parahyangan]], dilihat dari [[Bogor]] (k. 1865-1872).]]
Suhu rata-rata sepanjang tahun adalah antara 22 °C sampai 29 °C, dengan kelembapan rata-rata 75%. Daerah pantai utara biasanya lebih panas, dengan rata-rata 34 °C pada siang hari di [[musim kemarau]]. Daerah pantai selatan umumnya lebih sejuk daripada pantai utara dengan, bahkan pada waktu tertentu yaitu [[musim bediding]] daerah tersebut akan mengalami penurunan suhu yang drastis, khususnya di daerah pantai selatan bagian tengah (''Tatar Banyumas-Kedu'') yang membentang dari [[Gunung Slamet]] sampai [[Dataran tinggi Dieng|Dataran Tinggi Dieng]] dan [[Pegunungan Selatan Jawa Barat|Dataran tinggi di selatan Jawa Barat]] yang merupakan titik berkumpulnya angin musim dingin dari [[Australia]] pada [[Juni]] sampai [[Agustus]].<ref>{{Cite web|title=Fenomena Bediding, Penyebab Suhu Dingin di Malam Hari pada Musim Kemarau|url=https://regional.kompas.com/read/2022/06/02/214448778/fenomena-bediding-penyebab-suhu-dingin-di-malam-hari-pada-musim-kemarau?page=all|website=https://regional.kompas.com|access-date=2023-03-18|archive-date=2023-03-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20230331153030/https://regional.kompas.com/read/2022/06/02/214448778/fenomena-bediding-penyebab-suhu-dingin-di-malam-hari-pada-musim-kemarau?page=all|dead-url=no}}</ref>
Titik terdingin (suhu rata-rata) di pulau Jawa berada di [[Gunung Slamet]], meski bukan merupakan titik tertinggi pulau ini. [[Musim hujan]] berawal pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan April, di mana hujan biasanya turun di sore hari, dan pada bulan-bulan selainnya hujan biasanya hanya turun sebentar-sebentar saja. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan-bulan bulan Januari dan Februari. Wilayah dengan curah hujan tertinggi berada di [[Ketenger, Baturaden, Banyumas|Ketenger, Banyumas]] yaitu 8.134,00 mm per tahun.<ref>{{Cite web|title=Curah Hujan Ketenger|url=https://banyumaskab.bps.go.id/indicator/151/92/1/curah-hujan.html|website=banyumaskab.bps.go.id|access-date=2022-10-18|archive-date=2022-10-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20221030083259/https://banyumaskab.bps.go.id/indicator/151/92/1/curah-hujan.html|dead-url=no}}</ref> Sedangkan curah hujan terendah berada di wilayah pantai utara Jawa Timur hanya 900 mm per tahun.
Luas kawasan hutan di Pulau Jawa mencapai 30.791,28 km² atau mencapai 24% dari luas Pulau Jawa sebesar 128.297 km². Dari 24% hutan atau dari 30.791,28 km² hutan yang ada di pulau Jawa, 19% di antaranya merupakan kawasan tutupan hutan dan 5% di antaranya merupakan kebun raya.<ref name=PR-20-JUL>{{cite news | first1 = Mochamad Iqbal | last1 = Maulud | title = Program Hutan Sosial Harus Terus Dikawal | work = [[Pikiran Rakyat]] | date = 20 Juli 2022 | pp = 1}}</ref> 400 ribu hektar lahan hutan tersebut berstatus sangat kritis dan 600 ribu lahan hutan di antaranya berstatus hampir kritis.<ref name = PR-20-JUL-PP10>{{cite news | first1 = Mochamad Iqbal | last1 = Maulud | title = Program Hutan Sosial Harus Terus Dikawal| work = [[Pikiran Rakyat]] | date = 20 Juli 2022 | pp = 10}}</ref>
Baris 178 ⟶ 181:
== Demografi ==
=== Pemerintahan ===
Secara administratif pulau Jawa terdiri atas enam pemerintahan dalam tingkat [[provinsi]] yaitu Banten, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.<ref>{{Cite book|last=Sosilawati, dkk.|date=2017|url=https://bpiw.pu.go.id/uploads/publication/attachment/Buku_1Jawa.pdf|title=Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020: Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Jawa|publisher=Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR|isbn=978-602-61190-5-6|editor-last=Handayani, A., dan Nababan, M. L.|pages=2|url-status=live|access-date=2023-06-04|archive-date=2023-07-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230702225949/https://bpiw.pu.go.id/uploads/publication/attachment/Buku_1Jawa.pdf|dead-url=no}}</ref> [[Ibu kota]] [[
=== Penduduk ===
Dengan populasi sebesar 150 juta jiwa<ref name="JKTPOS">{{Cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/23/population-growth-%E2%80%98good-papua%E2%80%99.html |title=Salinan arsip |access-date=2011-03-16 |archive-date=2010-08-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100824053746/http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/23/population-growth-%E2%80%98good-papua%E2%80%99.html |dead-url=yes }}</ref> Jawa adalah pulau yang menjadi tempat tinggal lebih dari 50% atau hampir 60% populasi Indonesia.<ref name="JKTPOS"/> Dengan kepadatan 1.317 jiwa/km²,<ref name="JKTPOS"/> pulau ini juga menjadi salah satu pulau di dunia yang paling dipadati penduduk. Sekitar 42% penduduk Indonesia berasal dari etnis Jawa.<ref>{{Cite web|url=https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html|title=East Asia/Southeast Asia :: Indonesia—The World Factbook - Central Intelligence Agency|website=www.cia.gov|access-date=2011-03-16|archive-date=2008-12-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20081210041527/https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html|dead-url=yes}}</ref> Walaupun demikian sepertiga bagian barat pulau ini (Jawa Barat, Banten, dan Jakarta) memiliki kepadatan penduduk lebih dari 1.500 jiwa/km<sup>2</sup>.<ref name="JKTPOS"/>
Baris 184 ⟶ 187:
Sejak tahun 1970-an hingga kejatuhan Presiden Soeharto pada tahun 1998, pemerintah Indonesia melakukan program [[transmigrasi]] untuk memindahkan sebagian penduduk Jawa ke pulau-pulau lain di Indonesia yang lebih luas. Program ini terkadang berhasil. Namun terkadang menghasilkan konflik antara transmigran pendatang dari Jawa dengan populasi penduduk setempat. Di Jawa Timur banyak pula terdapat penduduk dari etnis Madura dan Bali, karena kedekatan lokasi dan hubungan bersejarah antara Jawa dan pulau-pulau tersebut. Jakarta dan [[Jabodetabek|wilayah sekelilingnya]] sebagai daerah metropolitan yang dominan serta ibu kota negara, telah menjadi tempat berkumpulnya berbagai suku bangsa di Indonesia.
Penduduk Pulau Jawa perlahan-lahan semakin berciri urban, dan kota-kota besar serta kawasan industri menjadi pusat-pusat kepadatan tertinggi. Berikut adalah 10 kota besar di Jawa berdasarkan jumlah populasi tahun 2005.<ref>{{cite web|url=http://www.citypopulation.de/Indonesia-Mun.html|title=Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities|work=City Population|accessdate=2010-04-28|archive-date=2018-03-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20180313085022/http://www.citypopulation.de/Indonesia-Mun.html|dead-url=no}}</ref>
[[Berkas:Population density map of Java
[[Berkas:Java Transportation Network id.svg|jmpl|ka|450px|Jaringan Transportasi Jawa pada tahun [[2015]]]]
{|class="wikitable sortable"
|-
Baris 220 ⟶ 224:
=== Bahasa ===
[[Berkas:
Tiga bahasa utama yang dipertuturkan di Jawa adalah [[bahasa Jawa]], [[bahasa Sunda]], dan [[bahasa Madura]]. Bahasa-bahasa lain yang dipertuturkan meliputi [[bahasa Betawi]] (suatu dialek lokal dari rumpun [[bahasa Melayu]] di wilayah Jakarta), [[Bahasa Madura Bawean|Bahasa Bawean]] (erat hubungannya dengan bahasa Madura), dan [[bahasa Bali]].<ref>[https://web.archive.org/web/20121019025017/http://www.ethnologue.com/show_country.asp?name=Indonesia+(Java+and+Bali) Languages of Java and Bali]–Ethnologue. Terdapat sumber-sumber lain yang menyatakan beberapa dari bahasa-bahasa ini sebagai dialek.</ref> Sebagian besar besar penduduk mampu berbicara dalam [[bahasa Indonesia]], yang umumnya merupakan bahasa kedua mereka.
=== Agama dan kepercayaan ===
Jawa adalah kancah pertemuan dari berbagai agama dan budaya. Pengaruh [[Asia Selatan|budaya India]] adalah yang datang pertama kali dengan agama [[agama Hindu|Hindu]]-[[Siwa]] dan [[agama Buddha|Buddha]], yang menembus secara mendalam dan menyatu dengan tradisi adat dan budaya masyarakat Jawa.<ref name="kroef1961">{{cite journal|first=Justus M.|last=van der Kroef|title=New Religious Sects in Java|url=https://archive.org/details/sim_far-eastern-survey_1961-02_30_2/page/18|journal=Far Eastern Survey|volume=30|issue=2|year=1961|pages=18-15|doi=10.1525/as.1961.30.2.01p1432u|jstor=3024260}}</ref> Para [[brahmana]] kerajaan dan [[pujangga]] istana mengesahkan kekuasaan raja-raja Jawa, serta mengaitkan [[kosmologi Hindu]] dengan susunan politik mereka.<ref name="kroef1961"/> Meskipun kemudian agama [[Islam]] menjadi agama mayoritas, kantong-kantong kecil pemeluk Hindu tersebar di seluruh pulau. Terdapat populasi Hindu yang signifikan di sepanjang pantai timur dekat Pulau [[Bali]], terutama di sekitar kota [[Banyuwangi]]. Sedangkan komunitas [[Budhisme|Buddha]] umumnya saat ini terdapat di kota-kota besar, terutama dari kalangan [[Tionghoa-Indonesia]].
Sekumpulan batu nisan Muslim yang berukiran halus dengan tulisan dalam bahasa Jawa Kuno dan bukan bahasa Arab ditemukan dengan penanggalan tahun sejak 1369 di Jawa Timur. [[Louis-Charles Damais|Damais]] menyimpulkan itu adalah makam orang-orang Jawa yang sangat terhormat, bahkan mungkin para bangsawan.<ref>Damais, Louis-Charles, 'Études javanaises, I: Les tombes musulmanes datées de Trålåjå.' ''BEFEO'', vol. 54 (1968), hlm. 567-604.</ref> [[Ricklefs|M.C. Ricklefs]] berpendapat bahwa para penyebar agama Islam yang berpaham [[Sufisme|sufi]]-mistis, yang mungkin dianggap berkekuatan gaib, adalah agen-agen yang menyebabkan perpindahan agama para elit istana Jawa, yang telah lama akrab dengan aspek mistis agama Hindu dan Buddha.<ref>Ricklefs, M.C. (1991). ''A History of Modern Indonesia since c.1300'', 2nd Edition. London: MacMillan. ISBN 0-333-57689-6.</ref> Sebuah batu nisan seorang Muslim bernama [[Maulana Malik Ibrahim]] yang bertahun 1419 (822 Hijriah) ditemukan di [[Gresik]], sebuah pelabuhan di pesisir Jawa Timur. Tradisi Jawa menyebutnya sebagai orang asing non-Jawa, dan dianggap salah satu dari sembilan penyebar agama Islam pertama di Jawa ([[Walisongo]]), meskipun tidak ada bukti tertulis yang mendukung tradisi lisan ini.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee Indonesië TMnr 10016740.jpg|jmpl|kiri|Masjid di Pati, Jawa Tengah, pada [[Hindia Belanda|masa kolonial]]. Masjid ini menggabungkan gaya tradisional Jawa (atap bertingkat) dengan arsitektur Eropa.]]
Baris 232 ⟶ 236:
Saat ini hampir 100% suku Madura, Betawi, Bawean, & Sunda, serta sekitar 95 persen suku Jawa menganut agama Islam. Agama Islam sangat kental memberi pengaruh pada suku Betawi, Banten, Cirebon dan Sunda. Muslim suku Jawa dapat dibagi menjadi ''[[abangan]]'' (lebih sinkretis) dan ''[[santri]]'' (lebih agamais). Dalam sebuah [[pesantren|pondok pesantren]] di Jawa, para [[kyai]] sebagai pemimpin agama melanjutkan peranan para resi pada masa Hindu. Para santri dan masyarakat di sekitar pondok umumnya turut membantu menyediakan kebutuhan-kebutuhannya.<ref name="kroef1961"/> Tradisi pra-Islam di Jawa juga telah membuat pemahaman Islam sebagian orang cenderung ke arah mistis. Terdapat masyarakat Jawa yang berkelompok dengan tidak terlalu terstruktur di bawah kepemimpinan tokoh keagamaan, yang menggabungkan pengetahuan dan praktik-praktik pra-Islam dengan ajaran Islam.<ref name="kroef1961"/>
Agama [[Katolik Roma]] tiba di Indonesia pada saat kedatangan Portugis dengan perdagangan rempah-rempah.<ref name="infocathuslib">cf. Bunge (1983), chapter [https://web.archive.org/web/20110805071154/http://countrystudies.us/indonesia/38.htm Christianity].</ref> Agama Katolik mulai menyebar di Jawa Tengah ketika [[Frans van Lith]], seorang imam dari Belanda, datang ke [[Muntilan, Magelang|Muntilan]], Jawa Tengah pada tahun 1896. [[Kristen Protestan]] tiba di Indonesia saat dimulainya kolonialisasi [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) pada abad ke-16. Kebijakan VOC yang melarang penyebaran agama Katolik secara signifikan meningkatkan persentase jumlah penganut Protestan di Indonesia.<ref name="rbhgoh">Goh, Robbie B.H.. ''Christianity in Southeast Asia''. Institute of Southeast Asian Studies. Hlm. 80. ISBN 981-230-297-2. OCLC 61478898.</ref> Komunitas Kristen terutama terdapat di kota-kota besar, meskipun di beberapa daerah di Jawa tengah bagian selatan terdapat pedesaan yang penduduknya memeluk Katolik. Terdapat kasus-kasus intoleransi bernuansa agama yang menimpa umat Katolik dan kelompok Kristen lainnya.<ref name="Christians refuse to cancel Christmas">{{cite journal|first=Konradus|last=Epa|title=Christians refuse to cancel Christmas
Tahun 1956, Kantor Departemen Agama di [[Yogyakarta]] melaporkan bahwa terdapat 63 sekte [[aliran kepercayaan]] di Jawa yang tidak termasuk dalam agama-agama resmi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 35 berada di [[Jawa Tengah]], 22 di [[Jawa Barat]] dan 6 di [[Jawa Timur]].<ref name="kroef1961"/> Berbagai aliran kepercayaan (juga disebut ''[[kejawen]]'' atau ''[[aliran kebatinan|kebatinan]]'') tersebut, di antaranya yang terkenal adalah [[Subud]], memiliki jumlah anggota yang sulit diperkirakan karena banyak pengikutnya mengidentifikasi diri dengan salah satu agama resmi pula.<ref name="Beatty">Beatty, Andrew, ''Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account'', Cambridge University Press 1999, ISBN 0-521-62473-8</ref>
Baris 238 ⟶ 242:
== Perekonomian ==
{{further|Mata pencaharian orang Jawa}}[[Berkas:Rice plantation in Java.jpg|jmpl|ka|Wanita Jawa menanam padi di persawahan dekat [[Prambanan]], [[Yogyakarta]].]]
Awalnya, perekonomian Jawa sangat
Selama masa penjajahan, Belanda memperkenalkan budidaya berbagai tanaman komersial seperti [[tebu]], [[kopi]], [[karet]], [[teh]], [[kina]], dan lain-lain. Di beberapa wilayah Jawa dibuka lahan perkebunan dalam skala besar dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Beberapa komoditas berhasil dikembangkan di Jawa salah satunya adalah Kopi. Kopi Jawa bahkan mendapatkan popularitas global di awal ke-19 dan abad ke-20, sehingga nama ''Java'' telah menjadi sinonim untuk kopi.
Pulau Jawa telah menjadi pulau paling berkembang di Indonesia sejak era Hindia Belanda hingga saat ini. Jaringan transportasi jalan yang telah ada sejak zaman kuno dipertautkan dan disempurnakan dengan dibangunnya [[Jalan Raya Pos|Jalan Raya Pos Jawa]] oleh [[Daendels]] di awal abad ke-19. Kebutuhan transportasi produk-produk komersial dari perkebunan di pedalaman menuju pelabuhan di pantai, telah memacu pembangunan jaringan kereta api di Jawa. Saat ini, industri, bisnis dan perdagangan, juga jasa berkembang di kota-kota besar di Jawa, seperti [[Jakarta]], [[Surabaya]], [[Semarang]], dan [[Bandung]], sedangkan kota-kota kesultanan tradisional seperti [[Yogyakarta]], [[Surakarta]], dan [[Cirebon]] menjaga warisan budaya keraton dan menjadi pusat seni, budaya dan pariwisata. Kawasan industri juga berkembang di kota-kota sepanjang pantai utara Jawa, terutama di sekitar [[Cilegon]], [[Tangerang]], [[Bekasi]], [[Karawang]], [[Gresik]], dan [[Sidoarjo]].
Jaringan [[jalan tol]] dibangun dan diperluas sejak masa pemerintahan [[Soeharto]] hingga sekarang, yang menghubungkan pusat-pusat kota dengan daerah sekitarnya, di berbagai kota-kota besar seperti [[Jakarta]], [[Bandung]], [[Cirebon]], [[Semarang]], [[Solo]] dan [[Surabaya]]. Selain jalan tol tersebut, di pulau ini juga terdapat 16 jalan raya nasional. Dari segi perkeretaapian, Pulau Jawa mempunyai jaringan jalur kereta api sejak abad ke–19 semenjak [[Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NIS) membangun jalur kereta api pertama di Indonesia, tepatnya di petak [[Stasiun Samarang]]–[[Stasiun Tanggung|Tanggoeng]] pada tanggal 17 Juni 1864 yang mendukung kelancaran perekonomian Pulau Jawa dari segi mobilitas maupun logistik.
* Jalur utara Jawa: Jakarta–Cirebon–Semarang–Surabaya
* Jalur tengah Jawa:
* Jalur selatan Jawa:
* Jalur kereta cepat Jakarta–Bandung: Jakarta–Bandung
== Lihat juga ==
*[[Kepulauan Nusantara]]
*[[Daftar pulau di Indonesia]]
== Catatan ==
{{Notelist}}
== Referensi ==
|