First Media: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(44 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 8:
|predecessor = PT Aditirta Indonusa
|owner =
|foundation = 13 Januari 1994
|founder = [[James Riady]]<br />[[Datakom Asia]]
|location =
|key_people = [[Harianda Noerlan]] (Direktur Utama)<br />Teguh Pudjowigoro (Komisaris Utama)
|industry = [[Media]] dan konten
|products =
| num_employees = 476 (2022)<ref name=lapkeu/>
|owner = PT Reksa Puspita Karya (33,76%)<br>PT [[Ciptadana Capital]] (19,76%)<ref name=
|parent = [[Lippo Group]]
|homepage = {{URL|http://www.firstmedia.co.id/}}
}}
'''PT First Media Tbk''' adalah [[perusahaan]] [[perusahaan publik|publik]] [[Indonesia]] yang terdaftar di [[Bursa Efek Indonesia]]. Saat ini bisnis utamanya adalah dalam industri [[media massa]] dan pembuatan konten, baik informasi, hiburan dan lainnya melalui sejumlah [[anak usaha]].<ref name=lapkeu>[http://www.firstmedia.co.id/pdf/79/33/37/Annual_Report_KBLV_2022.pdf LapTahunan KBLV 2022]</ref>
Sebelumnya, perusahaan ini juga menyediakan jasa layanan
== Sejarah ==
=== Operator televisi berlangganan dan internet ===
PT First Media Tbk awalnya didirikan pada 6 Januari 1994 dengan nama PT Safira Ananda. Pada 1995, namanya menjadi PT Tanjung Bangun Semesta, dan mulai beroperasi sebagai perusahaan [[internet]] kecil di [[Kota Surabaya|Surabaya]].<ref>[https://upperline.id/profile/profile_detail/first-media First Media]{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?id=AdUbAQAAMAAJ&q=tanjung+bangun+semesta&dq=tanjung+bangun+semesta&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-i9_M3vruAhXiH7cAHeiMAucQ6AEwBHoECAUQAg |title=Country Commerce: Spain |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230721221750/https://books.google.co.id/books?id=AdUbAQAAMAAJ&q=tanjung+bangun+semesta&dq=tanjung+bangun+semesta&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-i9_M3vruAhXiH7cAHeiMAucQ6AEwBHoECAUQAg |dead-url=no }}</ref> Pada tahun 1998, PT Tanjung Bangun mengakuisisi 78% saham PT Aditirta Indonusa, yang memegang lisensi [[televisi berlangganan]] sejak 1996 dengan menggunakan sistem [[televisi kabel|TV kabel]] (
Bisnis TV kabel (dan kemudian ditambah layanan [[penyedia jasa internet|jasa internet]] sejak 2001)<ref>{{Cite web |url=http://www.firstmedia.com/uploads/02-TentangKami.pdf |title=pendahuluan |access-date=2021-02-22 |archive-date=2023-06-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230606111551/https://www.firstmedia.com/uploads/02-TentangKami.pdf |dead-url=no }}</ref> tersebut kemudian diluncurkan pada 1 Maret 1999 dengan merek
Pada 27 Januari 2000 PT Tanjung Bangun Semesta resmi mencatatkan sahamnya (''go public'') di [[Bursa Efek Surabaya]] dengan harga [[IPO]] Rp 500/saham. Beberapa waktu kemudian, pada 28 April 2000 namanya diubah kembali menjadi PT Broadband Multimedia Tbk.<ref>{{Cite web |url=http://www.firstmedia.co.id/eng/corporate-governance/anggaran-dasar |title=ANGGARAN DASAR |access-date=2021-02-22 |archive-date=2023-05-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230528151529/http://www.firstmedia.co.id/eng/corporate-governance/anggaran-dasar |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.firstmedia.co.id/pdf/60/63/86/Lap_Keu_KBLV_30_Sep_2020.pdf |title=Laporan Keuangan First Media 2020 |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-05-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230528151530/http://www.firstmedia.co.id/pdf/60/63/86/Lap_Keu_KBLV_30_Sep_2020.pdf |dead-url=no }}</ref> Sahamnya pada saat itu dimiliki oleh [[Lippo Group]] (lewat AcrossAsia Multimedia Ltd.) sebesar 57,6% dan PT [[Datakom Asia]] (milik [[Peter F. Gontha]] dkk{{efn|Secara spesifik, struktur kepemilikan PT Datakom Asia terdiri dari:<br>PT Asriland ([[Bambang Trihatmodjo]]): 33,3%<br>PT Lembahsubur Adipertiwi ([[Anthony Salim]]): 28,57%<br>PT Persada Giri Abadi (Peter F. Gontha): 24,23%<br>PT Azbindo Nusantara ([[Aziz Mochdar]]): 6,88%<br>PT [[
Perkembangan bisnis KabelVision cukup baik, di tengah tumbuhnya ekonomi nasional pada awal 2000-an. Dari 13.712 pelanggan pada akhir 1999, beberapa bulan kemudian, pengguna KabelVision naik pesat menjadi 74.000,<ref name="books.google.co.id"/><ref name=asiakom2/> dan di tahun 2003 perusahaan berhasil mencatatkan ''landmark'' 100.000 pelanggan.<ref name=duabelas/> Perluasan juga terus dilakukan pada operasionalnya. Adapun di tahun 2001, jaringannya sudah mencapai 2.263 km, 193.000 rumah,<ref name=asiakom2>{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?id=bYGyAAAAIAAJ&q=kabelvision+Lippo&dq=kabelvision+Lippo&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjg6d_d5PruAhVn5nMBHZMqBKEQ6AEwBnoECAcQAg |title=AsiaCom Yearbook |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230721222818/https://books.google.co.id/books?id=bYGyAAAAIAAJ&q=kabelvision+Lippo&dq=kabelvision+Lippo&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjg6d_d5PruAhVn5nMBHZMqBKEQ6AEwBnoECAcQAg |dead-url=no }}</ref> dan pada tahun 2006 diharapkan bisa diperluas ke 5 kota lain dari sebelumya hanya di Jakarta, Bali dan Surabaya.<ref name=asiakom2/> Layanan di Bali sendiri awalnya dikelola oleh perusahaan khusus bernama PT Bali Interaktif.<ref>{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?hl=id&id=rHYvAAAAMAAJ&dq=kabelvision+Lippo&focus=searchwithinvolume&q=kabelvision |title=Panji masyarakat |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230721223323/https://books.google.co.id/books?hl=id&id=rHYvAAAAMAAJ&dq=kabelvision+Lippo&focus=searchwithinvolume&q=kabelvision |dead-url=no }}</ref> Pada periode berikutnya, produk baru bermerek MyNet (2004) dan [[Digital1]] (Agustus 2005) diluncurkan,<ref name=duabelas/><ref>{{Cite web |url=https://news.detik.com/suara-pembaca/d-565034/pelayanan-buruk-digital-1 |title=Pelayanan Buruk Digital 1 |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-04-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230417222101/https://news.detik.com/suara-pembaca/d-565034/pelayanan-buruk-digital-1 |dead-url=no }}</ref> yang merupakan hasil kerjasama dengan PT LinkNet. Selain untuk pelanggan, PT Broadband juga menyediakan layanan bagi pelanggan korporat, seperti untuk anak usaha Grup Lippo.<ref>{{Cite web |url=https://books.google.co.id/books?id=HgBbAAAAYAAJ&q=kabelvision+Lippo&dq=kabelvision+Lippo&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi0rL7r5vruAhXDAnIKHRaQCDs4ChDoATAAegQIBRAC |title=Asiamoney, Volume 11 |access-date=2021-02-21 |archive-date=2023-07-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230721223323/https://books.google.co.id/books?id=HgBbAAAAYAAJ&q=kabelvision+Lippo&dq=kabelvision+Lippo&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi0rL7r5vruAhXDAnIKHRaQCDs4ChDoATAAegQIBRAC |dead-url=no }}</ref>
Pada [[16 Juni]] [[2007]], PT Broadband Multimedia Tbk mengganti namanya menjadi PT First Media Tbk, sekaligus meluncurkan identitas dan merek baru sebagai penyedia layanan "Triple Play". Kabelvision dan Digital1 disatukan di bawah produk [[HomeCable]], sementara MyNet menjadi [[FastNet]]. Lalu, di akhir [[Agustus]] 2007, Lippo Group mengumumkan kucuran investasi sebesar $650 juta selama empat tahun ke depan kepada First Media. Kucuran dana tadi akan diinvestasikan ke berbagai layanan pengembangan konten dan belanja internet, TV kabel, HDTV, akses pita lebar, layanan nirkabel, fasilitas pentimpanan data, serta layanan telepon. Dalam kucuran dana tersebut, Lippo Group menggandeng perusahaan [[Shanghai Media Entertainment Group]] (melalui anak perusahaan STR), [[Cisco]], dan [[Motorola]] untuk pembangunan jaringan serta pembiayaan proyek tersebut.▼
▲Pada [[16 Juni]] [[2007]], PT Broadband Multimedia Tbk mengganti namanya menjadi PT First Media Tbk, sekaligus meluncurkan identitas dan merek baru sebagai penyedia layanan "Triple Play".<ref
First Media juga memegang penuh kepemilikan saham PT Ayunda Prima Mitra yang menguasai 49% saham PT Direct Vision, perusahaan yang mengoperasikan jasa televisi satelit [[Astro Nusantara]]. Astro Nusantara sendiri tidak beroperasi lagi sejak pada tanggal [[20 Oktober]] [[2008]]. Di tahun yang sama, First Media memiliki sekitar 180.000 pelanggan [[internet]] dan sekitar 130.000 pelanggan televisi. Jaringan serat optik First Media memiliki panjang 2.597 kilometer yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung. First Media menargetkan satu juta rumah akan terjangkau jaringan mereka sebelum awal [[2009]].▼
▲First Media juga memegang penuh kepemilikan saham PT Ayunda Prima Mitra yang menguasai 49% saham PT Direct Vision, perusahaan yang mengoperasikan jasa [[televisi satelit]] [[Astro Nusantara]]. Astro Nusantara
=== Reorganisasi usaha sebagai perusahaan induk===
Sejak awal 2000-an, selain memiliki PT First Media Tbk, Lippo Grup juga memiliki sebuah perusahaan lain yang bergerak di bidang [[penyedia jasa internet]] bernama PT [[LinkNet]], yang sudah berdiri sejak 1996. Perusahaan ini mulai beroperasi di tahun 2000 dengan nama produk
Pada tahun 2011 dilakukan reorganisasi bisnis<ref name=fdok/><ref name=thn>[https://idnfinancials.s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/financial-statements/KBLV/2011/FY_2011_KBLV_First+Media+Tbk.pdf Lapkeu 2011 KBLV]</ref> pada PT First Media Tbk, sehingga perusahaan ini kini menjadi [[perusahaan induk]]. Ditambah dengan akuisisi dan ekspansi
* Lini telekomunikasi
** PT LinkNet untuk layanan komunikasi kabel. Melalui sebuah perjanjian reorganisasi pada 21 Maret 2011, KBLV mengalihkan asetnya yang berkaitan dengan penyediaan jasa internet kepada anak usahanya tersebut. Adapun layanan internetnya untuk ritel diberi nama FastNet, sedangkan untuk korporasi diberi merek dagang DataComm (sejak 2017: First Media Business).<ref name=linkset>[https://www.linknet.co.id/files/document/report/annual/id/2022/AR%20LINK%202022%20-%20Empowering%20Nation%20to%20Lead%20Modern%20Community.pdf LapTahunan LINK 2022]</ref>
** PT [[Internux]] untuk layanan komunikasi nirkabel [[BWA]] yang dijalankan dengan merek BOLT!.
** PT Prima Wira Utama yang bergerak di bidang pembangunan infrastruktur telekomunikasi.
** PT MSH Niaga Telecom Indonesia yang bergerak di jasa komunikasi telepon bagi korporasi.
Baris 49 ⟶ 52:
** PT First Media News yang menjalankan saluran televisi berita berlangganan bernama BeritaSatu.
** PT First Media Production sebagai [[rumah produksi]] [[acara televisi]], [[iklan televisi]], film, dll.
Reorganisasi ini diiringi dengan masuknya modal Rp 1,63 triliun (senilai 33,94% saham) dari lembaga investasi CVC Capital Partners ke
Kombinasi dan konsolidasi antara penyedia TV berlangganan dan penyedia jasa internet tersebut dilakukan seiring makin kuatnya bisnis berbasis ''triple play'' dibanding masing-masing produk secara individu. Adapun layanan HomeCable juga dipasarkan oleh PT LinkNet, di samping memasarkan produk sendiri (FastNet dan DataComm
Sayangnya, upaya reorganisasi dan ekspansi ke sektor-sektor baru tidaklah berefek positif bagi kinerja perusahaan. Di tahun 2014 saja, sekitar 80% pendapatan KBLV masih disumbang oleh LinkNet.<ref>[https://market.bisnis.com/read/20140502/192/223991/ipo-listing-2-juni-link-net-lepas-10-saham-milik-first-media IPO: Listing 2 Juni, Link Net Lepas 10% Saham Milik First Media]</ref> Ketika saham KBLV di LinkNet terus terdilusi (menjadi 27,42%) pasca-IPO di tahun 2014, maka kinerja perusahaan ini terus merosot.<ref name=tirto>[https://tirto.id/first-media-satu-lagi-bisnis-lippo-group-yang-berdarah-darah-dabp First Media, Satu Lagi Bisnis Lippo Group yang Berdarah-darah]</ref> Usaha lainnya di bidang media massa dan komunikasi nirkabel justru tidak membuahkan hasil yang positif. Baik merek [[WiMAX]] dan [[4G]] sebagai penerusnya yang dikembangkan lewat merek [[Sitra (WiMAX)|Sitra]]<ref name=duabelas>[https://live.firstmedia.com/uploads/FM_AR2012_small.pdf LapTahunan KBLV 2012]</ref> dan BOLT! hanya berusia pendek, bahkan BOLT! harus berakhir tragis karena dihentikan izin pengoperasiannya oleh pemerintah.<ref name=em/> Tutupnya BOLT! ikut memangkas pendapatan perusahaan, di saat 80% persen pendapatannya berasal dari sana.<ref>[https://industri.kontan.co.id/news/first-media-klbv-kami-belum-mau-mati-karena-rugi First Media (KLBV): Kami belum mau mati karena rugi]</ref> Sementara itu upaya terjun ke televisi berita premium lewat BeritaSatu juga tidak memuaskan, begitu juga dengan TV satelit BiG TV, sejalan dengan tidak positifnya kinerja lini bisnis media massa keluarga Riady lainnya. Putra mahkota penerus imperium bisnis Lippo, [[John Riady]] bahkan menyebut bisnis media
Memasuki pertengahan 2010-an, kinerja === Penjualan bisnis ke Axiata dan perubahan usaha ===
Kondisi perusahaan yang tidak menguntungkan membuat manajemennya merencanakan pelepasan usaha. Sejak 2016, LinkNet direncanakan akan dijual ke pihak lain.<ref name=oligarch/> Awalnya, yang berminat adalah PT [[MNC Vision Networks]] Tbk, lini penyiaran berlangganan milik [[MNC Group]]. Adapun rencana transaksinya diumumkan pada Desember 2019,<Ref>[https://teknologi.bisnis.com/read/20191202/282/1176840/mnc-vision-akuisisi-saham-first-media-di-link-net MNC Vision Akuisisi Saham First Media di Link Net]</ref> dan transaksi sekitar Rp 7,6 triliun ini ditargetkan akan selesai dalam waktu 6 bulan.<Ref>[https://www.cnbcindonesia.com/market/20191204122818-17-120187/akuisisi-link-net-oleh-mnc-vision-kelar-dalam-6-bulan Akuisisi Link Net oleh MNC Vision Kelar dalam 6 Bulan]</ref> Namun, rencana itu batal dilakukan per Mei 2020 setelah ''term sheet'' antara KBLV dan MNC Vision Networks kadaluarsa.<Ref>[https://www.cnbcindonesia.com/market/20200505132906-17-156432/batal-dicaplok-mnc-link-net-guyur-dana-ekspansi-rp-2-t Batal Dicaplok MNC, Link Net Guyur Dana Ekspansi Rp 2 T]</ref>
Selepas itu, pada Agustus 2021, [[Axiata]] (pemilik [[XL Axiata]]) merencanakan akan mengakusisi lebih dari 60% saham LinkNet<ref>{{Cite news |title=XL Axiata Akuisisi 66 Persen Saham Link Net, Dampak ke Pelanggan First Media? |url=https://bisnis.tempo.co/read/1489574/xl-axiata-akuisisi-66-persen-saham-link-net-dampak-ke-pelanggan-first-media |work=[[Tempo.co]] |access-date=2021-08-10 |date=2021-08-01 |language=id |archive-date=2023-05-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230528160745/https://bisnis.tempo.co/read/1489574/xl-axiata-akuisisi-66-persen-saham-link-net-dampak-ke-pelanggan-first-media |dead-url=no }}</ref> dari First Media dan Asia Link Dewa Pte. Ltd. (lengan bisnis CVC Capital).<ref name=duit/> Akuisisi bernilai Rp 8,72 triliun ini tuntas dilakukan pada 27 Januari 2022, dengan kepemilikan saham berpindah ke [[Axiata]] 46% dan [[XL Axiata]] 20%.<ref>{{Cite web |url=https://investasi.kontan.co.id/news/hitungan-dan-rekomendasi-saham-link-net-link-pasca-dibeli-xl-axiata-excl |title=Hitungan dan Rekomendasi Saham Link Net (LINK) Pasca Dibeli XL Axiata (EXCL) |access-date=2022-04-30 |archive-date=2023-05-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230528192541/https://investasi.kontan.co.id/news/hitungan-dan-rekomendasi-saham-link-net-link-pasca-dibeli-xl-axiata-excl |dead-url=no }}</ref> Mulanya, saham PT First Media Tbk di perusahaan tersebut masih tersisa 29,04%,<ref>[https://www.cnbcindonesia.com/market/20220623101848-17-349579/tok-axiata-dan-xl--excl--resmi-caplok-link-net-dari-lippo Tok! Axiata dan XL (EXCL) Resmi Caplok Link Net dari Lippo]</ref> yang kemudian per 22 Juni 2022, efektif dilepas seluruhnya ke Axiata dalam transaksi senilai Rp 3,83 triliun.<ref name=lapkeu/><ref name=duit>[https://market.bisnis.com/read/20220622/192/1546816/grup-lippo-first-media-kblv-raup-rp383-triliun-dari-jual-link-net-duitnya-buat-apa Grup Lippo First Media (KBLV) Raup Rp3,83 Triliun dari Jual Link Net, Duitnya Buat Apa?]</ref> Pelepasan tersebut berarti mengakhiri kiprah Lippo Group dan First Media dalam bisnis penyediaan televisi berlangganan dan penyedia jasa internet. Meskipun kini LinkNet tidak lagi dimiliki perusahaan ini, layanan ''triple play''-nya tetap menggunakan nama dagang "First Media" dikarenakan adanya lisensi yang diberikan dalam reorganisasi bisnis KBLV di tahun 2011.<Ref
Meskipun menyatakan penjualan LinkNet dapat memengaruhi bisnisnya karena [[dividen]] perusahaan tersebut yang cukup
* Media massa, lewat [[B Universe]] yang diluncurkan pada Oktober 2022 sebagai pengganti merek BeritaSatu Media Holdings. Meliputi media daring dan cetak di bawah Beritasatu.com, ''Jakarta Globe'', ''Investor Daily'' dan majalah ''[[Investor (majalah)|Investor]]''.
* Pembuatan konten, meliputi:
** PT First Media News ([[BTV (Indonesia)|BTV]]) yang merupakan transformasi dari BeritaSatu News Channel. Fokusnya ada di program berita, hiburan dan olahraga yang menargetkan segmentasi pasar kelas B dan C dan masyarakat muda. Pada akhir 2022 melalui televisi digital BTV sudah dapat dinikmati di 81 kota di Indonesia.
** PT First Media Production, menjadi rumah produksi bagi kanal ''in-house'' First Media (LinkNet) di bawah bendera First Media Channels, maupun produk lain seperti film, iklan dan lainnya.
Baris 100 ⟶ 105:
** PT Infra Solusi Indonesia
** PT Link Net Global Solution Pte. Ltd.
== Kontroversi ==
Layaknya beberapa anggota kerajaan bisnis Lippo lainnya, PT First Media Tbk juga beberapa kali tersandung masalah hukum, seperti:
* Pada tahun 2008 seorang pimpinan perusahaan, Billy Sindoro, ditangkap [[Komisi Pemberantasan Korupsi]] setelah diduga akan menyuap M. Iqbal, anggota [[KPPU]] senilai Rp 500 juta. Hal ini terkait dengan putusan [[monopoli]] [[hak siar]] [[Liga Utama Inggris]] yang dilayangkan ke [[Astro Nusantara]], [[ESPN]] dan sejumlah pihak.<ref>[https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1007447/kpk-tangkap-anggota-kppu-dan-presdir-pt-first-media KPK Tangkap Anggota KPPU dan Presdir PT First Media]</ref>
* Pada tahun yang sama, PT First Media Tbk ikut tersandung dugaan pengemplangan pajak dan suap untuk memuluskannya, setelah [[Polda Jawa Barat]] dan [[PPATK]] mengungkap adanya aliran dana US$ 500.000 dari tiga orang ke rekening pegawai pajak.<ref>[https://datacenter.ortax.org/ortax/berita/show/2390 KPK Ambil Alih Korupsi Pajak PT First Media]</ref>
* Sengketa yang paling panjang adalah persaingan antara Lippo (First Media) dengan [[Astro Malaysia Holdings]], penyedia televisi berlangganan asal [[Malaysia]]. Pada mulanya di tahun 2004 Lippo menandatangani kerjasama dengan Astro untuk membangun layanan TV berlangganan dengan nama Astro Nusantara, yang mulai beroperasi di tahun 2006. Namun, di tahun yang sama, relasi keduanya kemudian memburuk setelah Lippo menunda perjanjian dimana Astro akan mendapatkan sahamnya di Astro Nusantara, ditambah mematok harga tinggi jika Astro ingin menguasai persentasenya. Awalnya Astro ditargetkan akan mendapat 51% saham, namun Lippo menggunakan alibi berupa [[Undang-Undang Penyiaran]] 2002 yang membatasi kepemilikan asing sebesar 20%. Tidak kunjung mendapatkan haknya membuat operasional Astro Nusantara berakhir akibat pemutusan siaran dan hak lisensi dari Astro pada pertengahan 2008.<ref>[https://www.viva.co.id/arsip/3855-kronologi-perselisihan-astro-dan-lippo-group Kronologi Perselisihan Astro dan Lippo Group]</ref> Pecahnya kongsi tersebut terkait dengan usaha perusahaan saudara Astro, [[Maxis Communications]] di Indonesia yang mengakuisisi bisnis Lippo lainnya di bidang [[operator seluler]] bernama NTS (kini [[AXIS]]). Ketika diakuisisi Maxis hanya mengeluarkan kocek US$ 224 juta, namun ketika NTS dijual kembali ke [[Saudi Telecom Company]], Maxis mendapatkan dana fantastis: US$ 3,05 miliar. Lippo disebutkan sangat kecewa dengan aksi Maxis tersebut.<ref>[https://inilah.com/news/1888262/lippo-vs-konglomerat-malaysia Lippo vs Konglomerat Malaysia]</ref><ref>[https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20086/konflik-astrolippo-kian-memanas/ Konflik Astro-Lippo Kian Memanas]</ref> Keduanya lalu saling menggugat di pengadilan lokal dan internasional (seperti Malaysia, [[Singapura]] dan [[Hong Kong]]) atau melaporkan ke pihak berwajib.<ref>[https://www.hukumonline.com/berita/a/astro-tuding-lippo-manfaatkan-polri-lt4f97fda746fea/ Astro Tuding Lippo 'Manfaatkan' Polri]</ref> Namun, kebanyakan Lippo kalah dalam putusan-putusan tersebut,<Ref>[https://theedgemalaysia.com/article/astro%E2%80%99s-indonesian-lesson Astro's Indonesian Lesson]</ref><Ref>[https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2071605/james-riady-vs-miliuner-malaysia-lippo-harus-bayar-ke-astro-us-250-juta James Riady Vs Miliuner Malaysia: Lippo Harus Bayar ke Astro US$ 250 Juta]</ref> terkecuali di Indonesia, dimana putusan Mahkamah Agung (MA) justru menyatakan putusan internasional tersebut tidak dapat dilaksanakan.<ref>[https://news.detik.com/berita/d-3194786/suap-panitera-pn-jakpus-terkait-gugatan-pk-lippo-group-vs-astro Suap Panitera PN Jakpus Terkait Gugatan PK Lippo Group Vs Astro]</ref> Ketika Astro berusaha mengajukan peninjauan kembali (PK) ke pengadilan, terungkap bahwa ada "uang pelicin" Rp 50 juta yang dialirkan Lippo (lewat Eddy Sindoro) kepada MA dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang mengalir masing-masing ke Nurhadi dan Edy Nasution untuk mementahkan PK tersebut. Akibatnya, ketiga orang tersebut harus duduk sebagai pesakitan karena terjerat kasus suap.<Ref>[https://www.gresnews.com/berita/topik_khusus/105751-ada-apa-antara-lippo-first-media-pn-jakarta-pusat-mahkamah-agung/ Ada Apa Antara Lippo-First Media, PN Jakarta Pusat, Mahkamah Agung?]</ref><ref>[https://www.hukumonline.com/berita/a/temuan-dokumen-lippo-di-rumah-nurhadi--minta-hakim-friendly-hingga-tolak-pk-lt5811dd11da192/#! Temuan Dokumen Lippo di Rumah Nurhadi: Minta Hakim "Friendly" Hingga Tolak PK]</ref>
* Adanya beberapa kali putusnya jaringan/layanan First Media yang dikeluhkan konsumen.<Ref>[https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200420105808-37-153038/internet-first-media-mati-pelanggan-teriak-di-medsos Internet First Media Mati, Pelanggan Teriak di Medsos]</ref><Ref>[https://rm.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/83610/layanan-first-media-sering-mati-pelanggan-dirugikan Layanan First Media Sering Mati, Pelanggan Dirugikan]</ref>
== Catatan kaki ==
Baris 109 ⟶ 121:
== Pranala luar ==
* [http://www.firstmedia.co.id/ Situs web resmi perusahaan PT First Media Tbk]
{{Lippo Group}}
[[Kategori:First Media| ]]
[[Kategori:Lippo Group| ]]
[[Kategori:Perusahaan media Indonesia]]
[[Kategori:Perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia]]
|