Global South: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kanzcech (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 25042683 oleh Ariandi Lie (bicara)
Tag: Pembatalan
Kanzcech (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 5:
 
== Sejarah dan Definisi ==
Penyebutan istilah Global South sendiri merupakan pengembangan dari istilah '''"''[[Third-Worldisme|Third World"]]''' serta '''"Periphery"''' yang menunjukkan wilayah di luar kawasan Eropa dan Amerika Utara, yang sebagian besar berpenghasilan rendah dan seringkali terpinggirkan baik secara politik, budaya, dan ekonomi. <ref name=":0">{{Cite journal|last=Dados|first=Nur|last2=Connel|date=2012|title=The Global South|journal=American Sociological Association|volume=11|issue=1|pages=12-13|doi=10.1177/1536504212436479}}</ref> Secara historis pasca terjadinya Perang Dunia II (1950-1960), Alfred Sauvy memperkenalkan istilah '''Third World''' untuk menggolongkan negara neokolonialisasi yang tidak termasuk pada blok Barat (negara [[Dunia Pertama]]) dan blok Timur (negara [[Dunia Kedua]]) saat Perang Dingin, sehingga istilah '''Third World''' ini merepresentasikan negara-negara yang tidak berpihak pada blok manapun dan merasa tidak puas dengan adanya tatanan politik dunia saat itu.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Dirlik|first=Arif|date=Winter, 2007|title=Global South: Predicament and Promise|url=https://www.jstor.org/stable/40339225|journal=Indiana University Press|volume=1|issue=1|pages=12-23}}</ref> Hingga kemudian pada tahun 1970-an akhir, istilah ini mulai berubah menjadi negara-[[negara berkembang atau '''Developing Countries''']] yang merujuk pada fase "berkembang" atau "pembangunan". Penggunaan istilah ini kemudian memunculkan beberapa klasifikasi seperti LDC (''Least Developed Countries'' (LDC), LLDC (''Land Locked Developing Countries'' (LLDC), dan SIDS (''Small Island Developing States'' (SIDS). Namun, dengan adanya pengklasifikasian ini telah menyebabkan suatu kesenjangan semakin tercipta akibat dari pengelompokan-pengelompokan ini sehingga ''gap'' yang terjadi antara negara maju, negara berkembang, dan negara yang tidka berkembang semakin jauh.
 
Berakhirnya Perang Dingin serta terjadinya globalisasi kemudian menuntut pemaknaan baru atas istilah dari '''Third World''' dan juganegara '''Developing Counties'''berkembang karena istilah ini justru semakin menciptakan pembeda antara Utara dengan Selatan dan bahkan memicu permasalahan-permasalahan lainnya. Akhirnya padaPada tahun 2003, [[UNDP]] melaksanakan sebuah proyek yang berjudul "Forging a Global South" sebagai bentuk paradigma baru pembangunan.<ref name=":2" /> Proyek ini bertujuan agar negara-negara Selatan dapat mengatur alur dan berupaya secara mandiri dalam mewujudkan masa depan negara mereka sehingga tidak hanya berpangku dan menunggu bantuan dari negara-negara Utara. Usaha yang dimaksud dalam hal ini adalah bekerja sama satu sama lain dalam mendorong pembangunan Selatan secara keseluruhan atau "Kerja Sama Selatan-Selatan". Oleh karena itu, penggunaan istilah '''Global South''' menandai adanya pergeseran dari fokus utama pada oembangunan atau perbedaan budaya pada arah penekanan hubungan kekuasaan geopolitik.<ref name=":0" />
 
Penggunaan istilah '''Global South''' ini dianggap lebih bersifat netral dan menunjukkan pada kesamaan posisi serta ideologi. Mengutip pendapat dari Alden et al., istilah Selatan dalam Global South merujuk pada kawasan yang memiliki kesamaan sejarah, politik, sosial, serta ekonomi yang berakar dari ketimpangan akibat kolonialisme serta imperalisme yang terjadi terhadap negara negara mereka.<ref name=":3">{{Cite book|last=Alden|first=Chris|last2=Morphet|first2=Sally|last3=Vieira|first3=Marco Antonio|date=2010|title=The South in World Politics|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=978-1-349-51648-3|url-status=live}}</ref> Dengan adanya kesamaan sejarah serta perasaan senasib ini yang didukung dengan semangat kemerdekaan menjadi sebuah motivasi serta strategi bagi mereka untuk mengkritik sisteminternasional saat itu.<ref name=":3" /> Dimana ketidakadilan serta ketimpangan, eksploitasi sumber daya alam, serta kekuasaan yang terpusat menjadi bentuk kritik dari negara-negara Selatan terhadap tata kelola dunia internasional.