Dampak peternakan terhadap lingkungan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k RianHS memindahkan halaman Dampak lingkungan dari peternakan hewan ke Dampak peternakan terhadap lingkungan: Lebih pas |
|||
(44 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Dampak peternakan terhadap lingkungan''' menjadi sorotan publik saat ini. Kegiatan peternakan memiliki dampak yang sangat besar bagi lingkungan dan sekitanya, terutama bagi masyarakat sekitar, hal ini baik dalam konteks yang positif ataupun negatif. Dampak positif yang ditimbulkan dapat menguntungkan masyarakat, dan dampak negatif yang ditimbulkan dapat merugikan masyarakat.
== Latar Belakang ==▼
[[Berkas:Peluang-Usaha-Ternak-Sapi-dan-Analisa-Usahanya-tokomesin.webp|jmpl|contoh peternakan]]▼
Landasan [[ilmu]] peternakan adalah pengetahuan. Perkembangan ilmu peternakan ini dimulai oleh para pelopor dimasa yang lalu. Dari saat manusia untuk pertamakalinya berusaha menjinakan hewan liar hingga jaman sekarang. disaat marekan hidup dan pelihara, hewan ternak ini sering dimanfaatkan air susunya, wool, tenaga, bahkan hewaan ternak ini juga sering dimanfaatkan untuk alat transportasi, perlindungan, olahraga serta kesenangan. Apabila sudah dipotong, hewan ternak dapat menghasilkan daging serta produk lain mulai dari lem sampai obat, baju sampai pupuk. Tidak banyak [[produk]]-produk bahan lain yang memiliki keragaman penggunana demikian luas dibandingkan hewan ternak khususnya sapi, dan kambing.▼
▲== Latar Belakang ==
Menurut [[Undang-Undang]] no. 6/1967, [[ternak]] adalah “Hewan piaraan, atau [[hewan]] yang dipelihara oleh manusia yang hidupnya yakni mengenal tempatnya, makanannya dan perkembang-biakannya serta manfaatnya, diatur dan [[diawasi]] oleh [[manusia]], dipellihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan [[jasa-jasa]] yang berguna bagi kepentingan hidup manusia”.<ref>{{Cite web|title=UU No. 6 Tahun 1967|url=http://peraturan.bpk.go.id/Details/49567/uu-no-6-tahun-1967|website=Database Peraturan {{!}} JDIH BPK|access-date=2023-12-21}}</ref> ▼
▲[[Berkas:Peluang-Usaha-Ternak-Sapi-dan-Analisa-Usahanya-tokomesin.webp|jmpl|
▲Landasan [[ilmu]] peternakan adalah pengetahuan. Perkembangan ilmu peternakan ini dimulai oleh para pelopor dimasa
▲Menurut [[Undang-Undang]] no. 6/1967, [[ternak]] adalah “Hewan piaraan, atau [[hewan]] yang
[[Sapi]] merupakan salah satu komoditas hewan [[animalia]] yang memiliki tubuh besar dan hidup di darat, sapi juga sering kali dijadikan oleh masyarakat sebagai hewan ternak, ini dikarenakan sapi merupakan hewan yang memiliki [[Nilai sosial|nilai]] jual yang tinggi. Oleh karena itu tidak sedikit [[masyarakat]] yang menjadikan sapi sebagai salah satu hewan ternak meraka ▼
▲[[Sapi]] merupakan salah satu komoditas hewan [[animalia]] yang memiliki tubuh besar dan hidup di darat, sapi juga sering kali
'''Dampak Negatif.''' Dampak dari peternakan hewan terhadap lingkungan dapat, bervariasi karena beragamnya kegiatan [[pertanian]] yang dilakukan di seluruh dunia. Meskipun demikian, semua kegiatan [[pertanian]] diketahui memiliki banyak sekali dampak terhadap lingkungan sampai batas tertentu. Peternakan, khususnya produksi daging, dapat menyebabkan polusi, emisi gas rumah kaca, berkurangnya keanekaragaman hayati, penyakit, konsumsi lahan, makanan, dan air secara signifikan. Daging dapat diperoleh melalui berbagai metode, termasuk [[pertanian]] organik, peternakan bebas, produksi ternak intensif, dan pertanian subsisten. Sektor peternakan juga mencakup produksi wol, telur dan susu.
[[Peternakan di Indonesia|Peternakan]] merupakan salah satu penghasil emisi gas rumah kaca yang cukup besar. Sapi, [[domba]], dan hewan ruminansia lainnya mencerna makanannya melalui [[fermentasi]] enterik, dan sendawa mereka merupakan sumber utama emisi metana dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan [[kehutanan]]. Bersama dengan metana dan dinitrogen oksida dari kotoran ternak, hal ini menjadikan peternakan sebagai sumber utama emisi gas rumah kaca dari kegiatan pertanian. Mengurangi konsumsi [[daging]] secara besar besaran sangat penting, karena cara ini dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim, terutama ketika [[populasi]] manusia diperkirakan meningkat sebesar 2,3 miliar pada pertengahan abad ini.<ref>{{Cite news|last=Carrington|first=Damian|last2=editor|first2=Damian Carrington Environment|date=2018-10-10|title=Huge reduction in meat-eating ‘essential’ to avoid climate breakdown|url=https://www.theguardian.com/environment/2018/oct/10/huge-reduction-in-meat-eating-essential-to-avoid-climate-breakdown|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2023-12-28}}</ref>
Penurunan permintaan pasokan daging dapat mempengaruhi jumlah produksi daging, sehingga secara langsung dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh produksi daging terhadap lingkungan. Diperkirakan bahwa konsumsi daging [[global]] akan berlipat ganda pada tahun 2000 hingga 2050, ini disebabkan oleh sebagian besar peningkatan populasi dunia, namun juga sebagian disebabkan oleh peningkatan konsumsi [[daging]] per kapita (sebagian besar peningkatan konsumsi per kapita terjadi di negara-negara berkembang) .
Selain membawa dampak yang negatif, peternakan juga menyimpan banyak dampak positif yang dapat diberikan kapada masyarakat, salah satunya adalah, bisa mambatu menambah pendapatan petani, ketersediaan sumber protein yang terdapat pada hewan, (susu dan daging) serta dapat menciptakan lapangan kerja.<ref>{{Cite web|title=Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaran » Blog Archive » Eksternalitas Positif Dan Negatif Dalam Pengembangan Peternakan Sapi Perah (Positive and Negative Externality in Developments Dairy Farmers)|url=https://pustaka.unpad.ac.id/archives/133435|language=en-US|access-date=2024-01-07}}</ref> Contoh peningkatan dampak positif yang dihasilkan oleh kegiata peternakan, terjadi di salah satu kota yang ada di jawa barat, tepatnya di darah pangalengan dapat dilihat pada tabel berikut<ref>{{Cite web|title=Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaran » Blog Archive » Eksternalitas Positif Dan Negatif Dalam Pengembangan Peternakan Sapi Perah (Positive and Negative Externality in Developments Dairy Farmers)|url=https://pustaka.unpad.ac.id/archives/133435|language=en-US|access-date=2024-01-07}}</ref>
{| class="wikitable sortable mw-collapsible mw-collapsed"
|+
!
!
!
!
|-
|'''No'''
|'''Eksternalitas positif'''
|'''Anggota KBPS'''
|'''Bukan anggota KBPS'''
|-
|1
|sarana jalan raya
|V
|V
|-
|2
|Kendaraan
|V
|V
|-
|3
|Komunikasi
|V
|V
|-
|4
|Air
|V
|V
|-
|5
|Fasilitas kesehatan
|V
|V
|-
|6
|Pariwisata
|V
|v
|-
|7
|Lapangan kerja
|v
|v
|}
'''Keterangan V= meningkat'''
== Kasus ==
Pada tahun 2006, [[Organisasi]] Pangan dan [[Pertanian]] Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menerbitkan sebuah [[penelitian]] berjudul “Bayangan Panjang Peternakan (Livestock’s Long Shadow),” yang mendapat perhatian luas secara global. Disebutkan bahwa ternak memberikan kontribusi kurang lebih sebesar 18% emisi gas rumah kaca dunia. [[FAO]] menarik kesimpulan yang mengejutkan
Banyak penelitian yang
== Referensi ==
Baris 31 ⟶ 76:
[[Kategori:Peternakan]]
[[Kategori:Dampak lingkungan dari pertanian]]
[[Kategori:Artikel WikiLatih Gorontalo 2023]]
|