Umar bin Abdul Aziz: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada didalam buku jadi saya hapus Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(43 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalti
|name = Umar bin Abdul Aziz<br>عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز
|title = [[Amirul Mukminin]]<br>[[Khalifah|Khalifatullah]]
|image = Gold dinar of Umar II.jpg
|caption = [[Dinar emas]] Khalifah Umar II, {{circa|719}}
|succession = [[Daftar khalifah|Khalifah]] [[Kekhalifahan Umayyah]] ke-8
|reign = 22 September 717 – 4
|predecessor = [[Sulaiman bin Abdul Malik]]
|successor = [[Yazid bin Abdul Malik]]
|succession1 = [[Daftar gubernur khilafah di Madinah#Gubernur Umayyah|Gubernur Madinah]]
|reign1 = 706 – 712
|reign-type1 = Masa jabatan<ref>{{harvnb|Yarshater|1985–2007|loc=v. 23: pp. 131-33, 139, 145, 148, 156, 183, 201-03}}; {{harvnb|McMillan|2011|pp=95–96, 103–04}}; {{harvtxt|EI2|loc=s.v. "Umar (II) b. Abd al-Aziz"}}; {{harvnb|Khalifah ibn Khayyat|1985|p=311}}; {{harvnb|Al-Ya'qubi|1883|p=339}}; {{harvnb|Al-Baladhuri|1916|p=20}}.</ref>
|predecessor1 = [[Hisyam bin Ismail al-Makhzumi]]<ref>{{harvnb|Yarshater|1985–2007|loc=v. 23: pp. 33, 71, 76, 114, 131-33}}; {{harvnb|McMillan|2011|pp=79, 92–93, 95, 102–03}}; {{harvtxt|EI2|loc=s.v. "Makhzum"}}; {{harvnb|Khalifah ibn Khayyat|1985|pp=293, 311}}; {{harvnb|Al-Ya'qubi|1883|p=335}}.</ref>
|successor1 = [[Utsman bin Hayyan al-Murri]]<ref>{{harvnb|Yarshater|1985–2007|loc=v. 23: pp. 202-03, 206 ff., 214, 217; v. 24: pp. 3-4}}; {{harvnb|McMillan|2011|pp=105, 110–11}}; {{harvtxt|EI2|loc=s.v. "Murra"}}; {{harvnb|Khalifah ibn Khayyat|1985|pp=311, 317}}; {{harvnb|Al-Ya'qubi|1883|p=353}}.</ref>
|birth_date = {{circa|682}}
|birth_place = [[Madinah]],<ref name="umar">{{en}} [https://www.britannica.com/biography/Umar-II Umar II (Umayyad caliph)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160804060349/https://www.britannica.com/biography/Umar-II |date=2016-08-04 }}. [http://www.britannica.com/ Britannica Online Encyclopedia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180126232606/https://www.britannica.com/ |date=2018-01-26 }}.</ref> [[Hijaz]], Kekhalifahan Umayyah
|death_date = {{circa|Februari 720}} (39 tahun)
|death_place = Dayr Sim'an, [[
|full name = ʿUmar bin ʿAbd al-ʿAzīz {{lang-ar|عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز}}
|era name = [[Kekhalifahan Umayyah]]
|era dates = 661–750
|house = [[Bani Umayyah|Umayyah]] ([[Marwan bin al-Hakam#Marwani|Marwani]])
|father =
|mother = [[Laila binti Ashim
| spouse = {{plainlist|
* [[Fatimah binti Abdul Malik]]
Baris 37 ⟶ 42:
|embed=yes
|ism=ʿUmar
|nasab=''ʿUmar bin
|kunya= ''Abu ʿAbdillah''}}
}}
'''Umar bin Abdul Aziz''' ({{lang-ar|عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز بْن مَرْوَان|translit=ʿUmar ibn ʿAbd al-ʿAzīz ibn Marwān}}; {{Circa|680}}{{Snd}}Februari 720), juga dikenal dengan nama '''Umar II''' ({{lang-ar|عمر الثاني|translit=ʿUmar ats-Tsānī}}), adalah [[khalifah]] [[Kekhalifahan Umayyah]] kedelapan, yang memerintah dari tahun 717 hingga kematiannya pada tahun 720. Ia dianggap telah melakukan reformasi yang signifikan terhadap pemerintahan pusat Umayyah, dengan menjadikannya jauh lebih efisien dan egaliter. Pemerintahannya ditandai dengan pengumpulan [[hadis]] resmi pertama dan mandat pendidikan universal kepada masyarakat.
== Kehidupan awal ==
Umar kemungkinan lahir di [[Madinah]] sekitar tahun 680.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Ayahnya, [[Abdul Aziz bin Marwan]], berasal dari klan kaya [[Dinasti Umayyah|Bani Umayyah]] yang tinggal di kota, sedangkan ibunya, [[Laila binti Ashim]], adalah cucu dari Khalifah kedua, [[Umar bin Khattab]] ({{reign|634|644}}).{{sfn|Cobb|2000|pp=821–822}} Silsilahnya dari Khalifah Umar yang sangat dihormati nantinya akan banyak ditekankan oleh para sejarawan untuk membedakannya dari penguasa Bani Umayyah lainnya.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}
Pada saat kelahirannya, cabang Bani Umayyah lainnya, [[Kekhalifahan Umayyah#Periode Sufyaniyah|Sufyaniyah]], memerintah Kekhalifahan dari ibu kota [[Damaskus]]. Ketika Khalifah yang berkuasa [[Yazid I]] ({{reign|680|683}}) dan putra serta penerusnya, [[Muawiyah II]] ({{reign|683|684}}), meninggal dalam waktu singkat berturut-turut pada tahun 683 dan 684, otoritas Umayyah runtuh di seluruh Kekhalifahan dan Bani Umayyah di [[Hijaz]], termasuk Madinah, diusir oleh para pendukung khalifah saingannya, [[Abdullah bin Zubair]] ({{reign|683|692}}). Orang-orang Umayyah yang diusir dari Hijaz berlindung di Suriah, tempat suku-suku Arab yang loyal mendukung dinasti tersebut. Kakek Umar dari pihak ayah, [[Marwan I]] ({{reign|684|685}}), akhirnya diakui oleh suku-suku ini sebagai khalifah dan dengan dukungan mereka, menegaskan kembali kekuasaan Umayyah di Suriah.{{sfn|Kennedy|2004|pp=90–91}}
Pada tahun 685, Marwan menggulingkan gubernur Ibnu Zubair dari [[Mesir]] dan mengangkat ayah Umar sebagai gubernur Mesir yang baru.{{sfn|Kennedy|2004|pp=92–93}} Umar menghabiskan sebagian masa kecilnya di Mesir, khususnya di [[Helwan|Hulwan]], yang menjadi pusat pemerintahan ayahnya antara tahun 686 dan kematiannya pada tahun 705.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Kemudian, Umar menempuh pendidikannya di Madinah,{{sfn|Cobb|2000|p=821}} yang telah direbut kembali oleh Bani Umayyah di bawah pimpinan paman Umar, Khalifah [[Abdul Malik bin Marwan|Abdul Malik]] ({{reign|685|705}}) pada tahun 692.{{sfn|Kennedy|2004|p=98}} Setelah menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Madinah, Umar mengembangkan hubungan dengan para ulama, orang-orang saleh, serta para perawi [[hadis]] di kota itu.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Setelah kematian ayah Umar, Abdul Malik memanggil Umar ke Damaskus untuk mengatur pernikahan Umar dengan putrinya, [[Fatimah binti Abdul Malik|Fatimah]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Umar juga memiliki dua istri lainnya: yaitu sepupu dari pihak ibu, Ummu Syu'aib atau Ummu Utsman yang merupakan putri Syu'aib atau Sa'id bin Zabban dari suku [[Bani Kalb]], dan Lamis binti Ali dari [[Bani al-Harits (Yaman)|Bani al-Harits]]. Dari istri-istrinya ia diketahui memiliki tujuh anak, serta tujuh anak lainnya dari [[umm walad|selir]].{{sfn|Marsham|2022|p=41}}
== Gubernur Madinah ==
Tak lama setelah aksesinya, putra dan penerus Abdul Malik, [[al-Walid I]] ({{reign|705|715}}), menunjuk Umar sebagai gubernur Madinah.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Menurut [[Julius Wellhausen]], niat al-Walid adalah menggunakan Umar untuk mendamaikan penduduk kota Madinah dengan pemerintahan Umayyah dan "
Informasi mengenai pemerintahannya sebagai gubernur sangat sedikit, namun sebagian besar catatan tradisional mencatat bahwa ia adalah "gubernur yang adil".{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia sering memimpin ibadah [[haji]] tahunan di Makkah dan menunjukkan dukungan terhadap para [[faqih|ulama fikih]] di Madinah, khususnya [[Sa'id bin al-
==Punggawa al-Walid dan Sulaiman==
Meskipun telah dipecat, namun Umar tetap mendukung al-Walid. Hal itu dikarenakan saudara perempuannya, [[Ummul Banin binti Abdul Aziz]], merupakan istri dari khalifah al-Walid.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Dia tetap berada di istana al-Walid di Damaskus sampai kematian khalifah pada tahun 715,{{sfn|Cobb|2000|p=821}} dan menurut riwayat dari sejarawan abad ke-9 [[al-Ya'qubi]], dia memimpin shalat jenazah untuk al-Walid.{{sfn|Biesterfeldt|Günther|2018|p=1001}} Saudara laki-laki al-Walid dan penerusnya, Khalifah [[Sulaiman bin Abdul Malik]] ({{reign|715|717}}), menempatkan Umar pada jabatan yang cukup tinggi.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Bersama [[Raja' bin Haiwah]], seorang tokoh agama berpengaruh di istana Bani Umayyah, Umar menjabat sebagai penasihat utama Sulaiman.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menemani Khalifah ketika memimpin ibadah haji ke Makkah pada tahun 716 dan sekembalinya ke [[Yerusalem]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Demikian pula, ia berada di sisi khalifah di kamp pasukan Muslim di [[Dabiq]] di Suriah utara, di mana Sulaiman mengerahkan upaya perang besar-besaran untuk menaklukkan ibu kota [[Kekaisaran Bizantium]], [[Konstantinopel]] pada tahun 717.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
== Kekhalifahan (717–720) ==
===Aksesi===
Menurut sumber-sumber Muslim tradisional, ketika Sulaiman sakit keras di Dabiq, dia dibujuk oleh Raja' untuk menunjuk Umar sebagai penggantinya.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Kennedy|2004|p=106}}{{sfn|Hawting|2000|p=72}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Putra Sulaiman, Ayyub, adalah calon pertamanya, namun Ayyub telah meninggal dunia sebelum dirinya,{{sfn|Wellhausen|1927|p=264}} sementara putra-putranya yang lain masih terlalu muda atau sedang berperang di front Bizantium.{{sfn|Hawting|2000|p=72}} Pencalonan Umar membatalkan keinginan Abdul Malik, yang berusaha membatasi jabatan hanya pada keturunan langsungnya.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Pengangkatan Umar, seorang anggota cabang kadet dinasti, dibandingkan keturunan langsung Abdul Malik lain yang mungkin lebih berpengaruh, telah mengejutkan para pangeran Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Menurut Wellhausen, "tidak ada seorang pun yang memimpikan hal ini, terutama dirinya sendiri [Umar]".{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Pada awalnya, Raja' memanggil para pangeran Umayyah ke masjid Dabiq dan menanyakan apakah mereka bersedia untuk mengakui wasiat dari Sulaiman, sementara Raja' sendiri masih menyembunyikan nama pengganti yang telah ditunjuk kepada para pangeran.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Setelah para pangeran Bani Umayyah menerima dan mengakui wasiat Sulaiman, barulah Raja mengungkapkan bahwa Umar adalah calon khalifah yang telah ditunjuk oleh Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} [[Hisyam bin Abdul Malik]] pada awalnya menentang penunjukan Umar, namun ia akhirnya mengalah setelah diancam dengan kekerasan.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Potensi konflik intra-dinasti ini kemudian dapat dicegah dengan penunjukan putra Abdul Malik, [[Yazid II]], sebagai penerus Umar.{{sfn|Hawting|2000|p=72}}
Menurut sejarawan Reinhard Eisener, peran Raja' dalam aksesi Umar kemungkinan besar telah "dilebih-lebihkan." Kejadian yang mungkin "lebih masuk akal" adalah bahwa suksesi Umar merupakan hasil dari "pola tradisional, seperti senioritas dan klaim yang beralasan" yang berasal dari penunjukan ayah Umar sebelumnya, Abdul Aziz, sebagai penerus Abdul Malik oleh Khalifah Marwan I,{{sfn|Eisener|1997|p=822}} yang tidak terwujud karena Abdul Aziz meninggal dunia mendahului Abdul Malik.{{sfn|Hawting|2000|p=59}} Umar menyetujuinya tanpa perlawanan berarti pada tanggal 22 September 717, dan kemudian dilantik sebagai khalifah beberapa hari kemudian.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
===Reformasi===
[[Berkas:Dirham of Umar II, 718-719.jpg|thumb|upright=1.2|Dirham perak Khalifah Umar bin Abdul Aziz.]]
Reformasi paling signifikan yang dilakukan Umar adalah memberikan kesetaraan antara orang Arab dan ''[[mawla|mawālī]]'' (Muslim non-Arab). Hal ini terutama berlaku bagi pasukan non-Arab dalam pasukan Muslim, yang pada awalnya tidak memiliki hak atas bagian rampasan, tanah, dan gaji yang sama dengan yang diberikan kepada tentara Arab. Kebijakan tersebut juga berlaku bagi masyarakat Muslim secara luas.{{sfn|Blankinship|1994|p=31}} Di bawah pemerintahan Bani Umayyah sebelumnya, Muslim Arab mempunyai keistimewaan finansial tertentu dibandingkan Muslim non-Arab. Orang non-Arab yang masuk Islam tetap diharuskan membayar [[jizyah]] yang mereka bayarkan sebelum menjadi Muslim. Umar menerapkan sistem baru yang membebaskan seluruh umat Islam, apapun asal usul mereka, dari pajak jizyah. Dia juga menambahkan beberapa pengamanan pada sistem untuk memastikan bahwa perpindahan agama secara massal ke Islam tidak akan menyebabkan runtuhnya keuangan pemerintahan Bani Umayyah.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Berdasarkan kebijakan pajak yang baru, ''mawālī'' yang berpindah agama tidak akan membayar jizyah (atau pajak ''[[dzimmi]]'' lainnya). Namun, setelah mereka masuk Islam, tanah milik mereka akan menjadi milik desa dan mereka tetap bertanggung jawab atas tarif penuh ''[[kharaj]]'' (pajak tanah). Hal ini mengkompensasi hilangnya pendapatan karena berkurangnya basis pajak jizyah.{{sfn|Kennedy|2004|page=107}}
Dia mengeluarkan dekrit perpajakan yang menyatakan:
<blockquote>Barangsiapa masuk Islam, baik Nasrani, Yahudi atau Majusi, di antara mereka yang sekarang dikenai pajak dan yang bergabung dengan Muslim [masuk Islam] di tempat tinggalnya, meninggalkan tempat tinggal sebelumnya{{sic}}, maka ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti yang mereka [orang-orang Muslim] miliki, dan mereka [orang-orang Muslim] wajib bergaul dengannya dan memperlakukannya sebagai salah satu dari mereka.{{sfn|Gibb|1955|p=3}}</blockquote>
Mungkin untuk mencegah potensi pukulan balik dari penentang langkah-langkah pemerataan, Umar memperluas upaya Islamisasi yang terus menguat di bawah pemerintahan pendahulu Marwaniyah. Upaya tersebut mencakup langkah-langkah untuk membedakan Muslim dari non-Muslim dan pengukuhan [[ikonoklasme]] Islam.{{sfn|Blankinship|1994|p=32}} Menurut [[Khalid Yahya Blankinship]], Dia menghentikan ritual untuk mengutuk Khalifah [[Ali bin Abi Thalib]] ({{reign|656|661}}), sepupu dan menantu Muhammad, dalam khotbah [[sholat Jumat]] yang sudah menjadi tradisi bagi Bani Umayyah.{{sfn|Blankinship|1994|p=32–33}} Berdasarkan keadaan umat Islam saat itu, Umar kemudian memerintahkan pengumpulan [[hadis]] (perkataan dan tindakan yang dikaitkan dengan nabi Islam [[Muhammad]]) pertama secara resmi, karena khawatir sebagian di antaranya akan hilang.{{sfn|Blankinship|1994|p=32–35}}
===Pemerintahan provinsi===
Tak lama setelah aksesinya, Umar merombak pemerintahan provinsi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menunjuk orang-orang kompeten yang bisa dia kendalikan, menunjukkan niatnya "untuk mengawasi pemerintahan provinsi".{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Wellhausen mencatat bahwa khalifah tidak membiarkan para gubernur bertindak sendiri sebagai imbalan atas penerusan pendapatan provinsi; sebaliknya, ia secara aktif mengawasi pemerintahan gubernurnya dan kepentingan utamanya adalah "bukan pada peningkatan kekuasaan melainkan pada penegakan hak."{{sfn|Wellhausen|1927|p=270}}
Dia membagi lagi jabatan gubernur besar yang didirikan di Irak dan Kekhalifahan timur di bawah raja muda Abdul Malik, al-Hajjaj bin Yusuf.{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Orang yang ditunjuk Sulaiman untuk provinsi super ini, [[Yazid bin al-Muhallab]], dipecat dan dipenjarakan oleh Umar karena gagal meneruskan rampasan dari penaklukan sebelumnya atas [[Tabaristan]] di sepanjang [[Laut Kaspia|Kaspia]] bagian selatan pantai ke perbendaharaan khalifah.{{sfn|Kennedy|2004|p=106}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Sebagai pengganti Ibnul Muhallab, ia menunjuk Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Khattab, anggota keluarga Khalifah Umar bin Khattab, sebagai gubernur [[Kufah]], [[Adi bin Artah al-Fazari]] sebagai gubernur [[Basra]], [[al-Jarrah bin Abdullah]] sebagai gubernur [[Khorasan Raya|Khorasan]] dan [[Amr bin Muslim al-Bahili]], saudara sang penakluk [[Qutaibah bin Muslim]], sebagai gubernur [[Sind (provinsi khalifah)|Sind]]. Dia juga menunjuk [[Umar bin Hubairah al-Fazari]] sebagai gubernur baru [[Al-Jazira (provinsi khalifah)|al-Jazira]] (Mesopotamia Atas). Meskipun banyak dari orang-orang yang ditunjuk ini adalah murid al-Hajjaj atau berafiliasi dengan faksi [[Qais 'Ailan]], Umar memilih mereka berdasarkan keandalan dan integritas mereka, bukan karena oposisi terhadap pemerintahan Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}}
Umar mengangkat [[as-Samah bin Malik al-Khaulani]] ke [[al-Andalus]] (Semenanjung Iberia) dan [[Ismail bin Ubaidillah bin Abi al-Muhajir]] ke [[Ifriqiyah]]. Dia memilih gubernur-gubernur ini karena mereka dianggap netral dalam [[perpecahan Qais–Yaman|faksionalisme suku antara Qays dan Yaman]] dan keadilan mereka terhadap kaum tertindas.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=269–270}}
===Kebijakan
[[
Umar sering dianggap sebagai seorang pasifis oleh sumber-sumber tersebut dan Cobb mengaitkan kelelahan khalifah dengan perang karena kekhawatiran akan berkurangnya dana perbendaharaan kekhalifahan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Wellhausen menegaskan bahwa Umar "tidak menyukai perang penaklukan, karena dia tahu betul bahwa perang tersebut dilakukan bukan demi Tuhan, melainkan demi rampasan".{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Meskipun begitu, Blankinship menganggap alasan ini "tidak cukup".{{sfn|Blankinship|1994|p=33}} Ia berpendapat bahwa bangsa Arab menghadapi kerugian besar dalam pengepungan mereka yang gagal terhadap Konstantinopel, termasuk penghancuran angkatan laut mereka, yang menyebabkan Umar melihat posisinya di Andalusia, dipisahkan oleh wilayah Kekhalifahan lainnya melalui laut, terutama [[Kilikia]] yang sangat rentan terhadap serangan Bizantium. Oleh karena itu, dia memilih untuk menarik pasukan Muslim dari kedua wilayah tersebut. Perhitungan yang sama menyebabkan dia mempertimbangkan penarikan pasukan Muslim dari Transoxiana untuk menopang pertahanan Suriah.{{sfn|Blankinship|1994|pp=33–34}} Shaban memandang upaya Umar untuk mengekang serangan terkait dengan kebencian elemen tentara Yamani, yang menurut Shaban dominan secara politik di bawah pemerintahan Umar, dikarenakan penempatan posisi mereka yang berlebihan di ketentaraan.{{sfn|Blankinship|1994|p=33}}
Meskipun ia menghentikan ekspansi lebih lanjut ke arah timur, masuknya Islam di sejumlah kota di Transoxiana menghalangi penarikan pasukan Arab dari sana oleh Umar.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=268–269}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Selama masa pemerintahannya, pasukan Muslim di Andalusia menaklukkan dan membentengi kota pesisir Mediterania [[Narbonne]] di Prancis modern.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269, note 1}}
== Kematian ==
Dalam perjalanan kembali dari Damaskus ke [[Aleppo]] atau mungkin ke tanah miliknya di Khunasirah, Umar jatuh sakit.{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Ia meninggal antara tanggal 5 Februari dan 10 Februari 720,{{sfn|Cobb|2000|p=822}} pada usia 37 tahun,{{sfn|Wellhausen|1927|p=311}} di desa [[Dayr Syarqi|Dayr Sim'an]] (juga disebut Dayr al-Naqira) dekat [[Ma'arrat an-Nu'man]].{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Umar telah membeli sebidang tanah di sana dengan dananya sendiri dan dimakamkan di desa tersebut, di mana reruntuhan makamnya, yang dibangun pada tanggal yang tidak diketahui, masih terlihat.{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Setelah kematian Umar, [[Yazid II]] dinominasikan sebagai khalifah kesembilan.{{sfn|Kennedy|2004|p=107}}
==Warisan==
Sumber-sumber tradisional Muslim sepakat bahwa Umar adalah orang yang saleh dan memerintah seperti seorang Muslim sejati yang bertentangan dengan khalifah Umayyah lainnya, yang umumnya dianggap sebagai "perampas kekuasaan, tiran, dan pemimpin zalim yang [seolah] tidak bertuhan".{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Tradisi tersebut mengakui Umar sebagai khalifah otentik, sedangkan Bani Umayyah lainnya hanya dipandang sebagai raja.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Dalam pandangan Hawting, hal ini antara lain didasarkan pada fakta sejarah dan watak serta tindakan Umar. Ia berpendapat bahwa Umar "benar-benar seperti yang ditunjukkan oleh semua bukti, dia adalah orang yang terhormat, bermartabat, dan seorang penguasa yang patut dihormati."{{sfn|Hawting|2000|p=72}} Karena masa jabatannya yang terbilang singkat, sulit untuk menilai pencapaian kekhalifahan dan motifnya.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Memang benar, Kennedy menyebut Umar sebagai "karakter paling membingungkan di antara para penguasa Marwaniyah."{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Sejarawan modern sepakat bahwa Umar "adalah seorang individu saleh yang berusaha memecahkan masalah-masalah pada zamannya dengan cara yang dapat mendamaikan kebutuhan dinasti dan negaranya dengan tuntutan Islam".{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Dalam penilaian [[H. A. R. Gibb|H.A.R. Gibb]], Umar bertindak mencegah runtuhnya kekhalifahan dengan "menjaga persatuan bangsa Arab; menghilangkan keluhan dari para ''mawālī''"; dan mendamaikan kehidupan politik dengan klaim agama."{{sfn|Gibb|1955|p=2}}
== Silsilah ==
{{ahnentafel
|
|
|
|
|1= 1. '''Umar II, Khalifah Umayyah ke-8'''
|2= 2. [[Abdul Aziz bin Marwan]]{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}
|3= 3. Ummu Ashim binti Ashim{{sfn|Cobb|2000|pp=821–822}}
|4= 4. [[Marwan I|Marwan I, Khalifah Umayyah ke-4]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=153}}
|5= 5. Lailah binti Zabban{{sfn|Fishbein|1990|p=162}}
|6= 6. [[Ashim bin Umar]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=153}}
|7=
|8= 8. [[Al-Hakam bin Abi al-Ash]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=20}}
|9= 9. Aminah binti Alqamah al-Kinaniyya{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=20}}
|10= 10. Zabban bin al-Asbagh al-Kalbi{{sfn|Fishbein|1990|p=162}}
|11=
|12= 12. [[Umar bin Khattab|Umar I, Khalifah Rasyidin ke-2]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=153}}
|13= 13. [[Jamilah binti Tsabit]]{{sfn|ibn Sa'd|1997|p=6}}
|14=
|15=
}}
==
{{reflist}}
*
*{{The End of the Jihad State|ref=harv}}
*{{EI2 |last=Cobb |first=P. M. |author-link=Paul M. Cobb |title=ʿUmar (II) b. ʿAbd al-ʿAzīz |volume = 10 |pages=821–822 |url=https://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_islam_COM_1282|ref=harv}}
* {{Cite journal |last=Crone |first=Patricia |author-link=Patricia Crone |date=1994 |title=Were the Qays and Yemen of the Umayyad Period Political Parties? |journal=Der Islam |publisher=Walter de Gruyter and Co. |volume=71 |issue=1 |pages=1–57 |doi=10.1515/islm.1994.71.1.1 |s2cid=154370527 |issn=0021-1818 |ref=harv}}
*{{EI2 |article=Sulaymān b. ʿAbd al-Malik |last=Eisener |first=R. |authorlink= |volume=9 |pages=821–822|ref=harv}}
*
*{{cite journal |last1=Gibb |first1=H. A. R. |author-link=H. A. R. Gibb |title=The Fiscal Rescript of ʿUmar II |journal=Arabica |date=January 1955 |volume=2 |issue=1 |pages=1–16 |publisher=Brill|jstor=4055283 |doi=10.1163/157005855X00158 |ref=harv}}
*{{The First Dynasty of Islam|edition=Second|ref=harv}}
*{{cite book |last1=Hoyland |first1=Robert G. |author-link=Robert G. Hoyland |title=In God's Path: the Arab Conquests and the Creation of an Islamic Empire |url=https://archive.org/details/ingodspatharabco0000hoyl |date=2015 |publisher=Oxford University Press |ref=RGHIGP2015}}
*{{The Prophet and the Age of the Caliphates |edition=Second|ref=harv}}
*
*
*{{The History of al-Tabari |volume=24 |url={{Google Books|m15CKZc-TMAC|plainurl=y}}|ref=harv}}
*{{cite book|first=Muḥammad|last=bin Sa'ad|author-link=Ibnu Sa'ad|translator=[[Aisha Abdurrahman Bewley|Aisha Bewley]]|title=The Men of Madina|volume=Dua|url=https://books.google.com/books?id=u2EkAQAAIAAJ|year=1997|publisher=Ta-Ha|isbn=978-1-897940-90-7}}
*Tillier, Mathieu. (2014). [https://journals.openedition.org/beo/3231 Califes, émirs et cadis : le droit califal et l'articulation de l'autorité judiciaire à l'époque umayyade], ''Bulletin d’Études Orientales'', 63 (2014), p. 147–190.
*{{The Arab Kingdom and its Fall|ref=harv}}
* {{The History of al-Tabari|ref=harv}}
* {{cite book | title = Historiae, Vol. 2 | editor-first=M. Th. | editor-last=Houtsma | last = Al-Ya'qubi | first=Ahmad ibn Abu Ya'qub | author-link=Al-Ya'qubi | year=1883 | publisher=E. J. Brill | location=Leiden | url = https://books.google.com/books?id=wD0yAQAAMAAJ |ref=harv}}
* {{cite book | last = Khalifah ibn Khayyat | author-link = Khalifah bin Khayyat | title = Tarikh Khalifah ibn Khayyat, 3rd ed | publisher = Dar Taybah | language = ar | year = 1985 | location = Al-Riyadh | editor-last = al-Umari | editor-first = Akram Diya' |ref=harv}}
* {{cite book | last = McMillan | first = M.E. | title = The Meaning of Mecca: The Politics of Pilgrimage in Early Islam | publisher = Saqi | location = London | year = 2011 | isbn = 978-0-86356-437-6 | url = https://books.google.com/books?id=AjYhBQAAQBAJ |ref=harv}}
*{{cite book | title=The Origins of the Islamic State, Part I | others=Trans. Philip Khuri Hitti | last=Al-Baladhuri| first=Ahmad ibn Jabir | author-link=Al-Baladzuri | year=1916 | publisher=Columbia University | location=New York | url = https://books.google.com/books?id=z5FCAAAAYAAJ |ref=harv}}
*{{Encyclopaedia of Islam, New Edition|ref={{harvid|EI2}}}}
{{S-start}}
{{s-hou|
{{S-bef|before = [[Sulaiman bin Abdul Malik|Sulaiman]]}}
{{S-ttl|title = [[Khalifah]]<br />[[Daftar khalifah#Wangsa Umayyah (661–750)|Khalifah Umayyah]]|years=22 September 717–Februari 720}}
{{S-aft|after = [[Yazid II]]}}
{{S-off}}
{{S-bef|before = [[Hisyam bin Ismail al-Makhzumi]]}}
{{S-ttl|title = [[Daftar gubernur khilafah di Madinah|Gubernur Madinah]]|years=Maret 706–Mei 712}}
{{S-aft|after = [[Utsman bin Hayyan al-Murri]]}}
{{S-end}}
{{Bani Umayyah}}
|