Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240109)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
Rakehino (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
[[Sejarah Nusantara]] pada Era Kerajaan Hindu Buddha berkembang karena hubungan dagang wilayah [[Nusantara]] dengan negara-negara dari luar, seperti [[India]], [[Tiongkok]], dan wilayah [[Timur Tengah]]. Agama Hindu masuk ke [[Indonesia]] pada periode tarikh Masehi. Ajaran [[Agama Hindu|Hindu]] yang berkembang di beberapa tempat di Nusantara disebut dengan aliran [[Waisnawa|Waiṣṇawa]], yaitu suatu ajaran yang memuja [[Wisnu|Dewa Wiṣṇu]] sebagai [[dewa]] utama. Ajaran ini dianut oleh kelompok-kelompok masyarakat di Situs [[Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka|Kota Kapur]], Bangka, Situs [[Cibuaya, Karawang|Cibuaya]], [[Situs Karawang]] dan [[Situs Muarakaman]], [[Kutai]] (pada sekitar abad ke- 5-7 M). Bukti adanya Agama Hindu tampak pada prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa [[Kabupaten Lebak|Lebak]], Kecamatan Grabag, [[Magelang]], Jawa Tengah, di lereng Gunung [[Gunung Merbabu|Merbabu]] yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-7
 
Dalam ajaran Buddha, diketahui dianut oleh kelompok masyarakat Nusantara tepatnya di Situs [[Batujaya, Karawang|Batujaya]], [[Situs Bukit Siguntang]] di [[Sumatera Selatan]], dan [[Situs Batu Pait]] di [[Kalimantan Barat]] pada sekitar abad ke-6-7 M.{{Sfn|Indradjaja|2014|p=30}} Proses penyebaran agama Buddha dilakukan oleh para [[Dharmaduta]] yang bertugas untuk menyebarkan [[Dharma]] atau ajaran Buddha ke seluruh dunia. Penyebaran agama Buddha di Indonesia dilakukan oleh [[bangsa Indonesia]] sendiri yang belajar di India dan menjadi [[Biksu|Bhiksu]] kemudian menyebarkan ajarannya di Nusantara. Untuk di daerah pulau [[Jawa]], agama Buddha datang pada Abad ke-5 yang disebarkan oleh [[pangeran Khasmir]] (bernama [[Gunadharma]]). Pada abad ke-9, penyebaran Agama Buddha dilakukan oleh pendeta-pendeta dari wilayah India yaitu [[Gaudidwipa]] ([[benggala]]) dan [[Gujaradesa]] ([[Gujarat]]). Bukti tertua adanya pengaruh Buddha India di Indonesia adalah dengan ditemukannya [[Arca]] Buddha dari perunggu di Sempaga, [[Sulawesi Selatan]]. Antara abad ke 4 hingga abad ke 16 di berbagai wilayah nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak agama Hindu dan Buddha.{{Sfn|Fauzi|2017|p=1731}}
 
Sejak masuknya agama Hindu dan Buddha, masyarakat prasejarah Nusantara yang sebelumnya memiliki kepercayaan [[animisme]] dan [[dinamisme]] beralih memeluk agama Hindu dan Buddha
 
== Eksistensi kerajaan Hindu-Buddha ==
Agama Buddha pertama kali masuk ke [[Nusantara]] sekitar pada abad ke-2 Masehi. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan patung Buddha dari perunggu di daerah Jember dan [[Sulawesi SelatanBarat]]. Pengenalan agama Buddha di Nusantara berasal dari laporan seorang pengelana [[Tiongkok|Cina]] bernama Fa Hsien pada awal abad ke 5 Masehi. {{Sfn|Sulistiawan et al|2019|p=27}} Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan [[Tarumanagara]].{{Sfn|Hannigan|2015|p=38-39|Ps=: "In 412 CE, Faxian the wandering monk whose story would inspire Yijing almost three centuries later stopped by on his return from India in a West Java state that seems to have been called Holotan. As a good Buddhist, Faxian was none too approving of the state of religious. Later another state this one called Tarumanagara grew up in the same place."}} Kemudian dilanjutkan dengan [[Kerajaan Sunda]] sampai abad ke-16. Selain Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda, masih banyak pula kerajaan lain bercorak Hindu-Buddha, seperti Kerajaan [[Medang|Mataram Kuno]].{{Sfn|Sari dan Wibowo|2017|p=83}}
 
Selanjutnya, muncul dua kerajaan besar, yakni Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan [[Majapahit]]. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha [[Sriwijaya]] berkembang pesat di Sumatra.<ref>{{Cite news|last=Widiyani|first=Rosmha|title=Fakta Kerajaan Terbesar di Nusantara dari Sriwijaya hingga Majapahit|url=https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5071532/fakta-kerajaan-terbesar-di-nusantara-dari-sriwijaya-hingga-majapahit|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id|access-date=2020-08-25|date=2020-06-28}}</ref> Pada sekitar tahun 670 M, Penjelajah Tiongkok yang bernama [[I-Tsing]] mengunjungi ibu kota daerah [[Palembang]]. Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Sriwijaya mencapai daerah [[Jawa Tengah]] dan [[Kamboja]]. Pada abad ke-14 terdapat satu kerajaan [[Hindu]] di [[Jawa Timur]] yang bernama Kerajaan [[Majapahit]]. Antara tahun 1331-1364, Patih Majapahit yang bernama [[Gajah Mada]] berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.
 
== Warisan kebudayaan Hindu-Buddha ==
Sebelum masuknya kebudayaan [[Hindu]]-[[Buddhisme|Buddha]], masyarakat prasejarah [[Nusantara]] telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Selanjutnya, warisan dari Kerajaan Hindu dan Buddha yang pernah ada di Nusantara membentuk berbagai inspirasi hasil karya budaya di Nusantara. Salah satu contohnya ialah karya sastra [[India]] yang dibawa ke Indonesia, yakni ''[[wiracarita]] [[Ramayana]],'' [[Mahabharata|Mahabarata]], dan karya sastra lainnya. Adanya kedua kitab itu juga memacu beberapa pujangga Nusantara untuk menghasilkan karyanya sendiri, seperti [[Mpu Dharmaja|Empu Dharmaja]] dari [[kerajaan KediriPanjalu]] yang menyusun Kitab Smaradhahana, [[Empu Sedah]] dan [[Empu Panuluh]] dari kerajaan [[Kota Kediri|KediriKadiri]] yang menelurkan karya Kitab [[Bharatayuddha|Bharatayuda,]], Empu Tanakung yang membuat Kirab Lubdaka, [[Empu Kanwa]] yang memiliki karya Kitab Arjunawiwaha, Empu Triguna dengan Kitab Kresnayana-nya, Empu Panuluh yang menulis Kitab Gatotkacasraya, Empu Tantular yang membuat Kitab Kitab Sotasoma, dan Empu Prapanca yang masyhur dengan magnum opusnya yang berjudul Kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Negarakertagama]].{{Sfn|Mardiani et al|2019|p=336}}Dengan demikian, cerita dari karya sastra yang muncul pada masa Hindu Buddha ini menjadi sumber inspirasi bagi pewayangan Indonesia.
 
Selain karya sastra, sistem [[politik]] dan pemerintahan pun diperkenalkan oleh orang-orang India dan membuat masyarakat yang pada awalnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil menjadi bersatu dan membentuk sebuah kekuasaan yang lebih besar dengan pemimpin tunggal berupa seorang [[raja]]. Karena pengaruh hal ini, beberapa kerajaan Hindu-Buddha seperti [[Kerajaan Sriwijaya|Kedatuan Sriwijaya]], Kerajaan Majapahit, Tarumanegara, dan Kutai akhirnya dapat muncul di Nusantara.{{Sfn|Mardiani et al|2019|p=335}}
Baris 61:
===Kerajaan Hindu-Buddha di Pulau Jawa===
* [[Kerajaan Tarumanagara]] (Abad ke-5–Abad ke-7)
* [[Kerajaan Kendan]] (Abad ke-6–Abad ke-7)
* [[Kerajaan Galuh]] (Abad ke-5–Abad ke-7)
* [[Kerajaan Sunda]] (932-1579)
* [[Kerajaan Kalingga]] (Abad ke-6–Abad ke-7)