Umar bin Abdul Aziz: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada didalam buku jadi saya hapus Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(18 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 21:
|era dates = 661–750
|house = [[Bani Umayyah|Umayyah]] ([[Marwan bin al-Hakam#Marwani|Marwani]])
|father =
|mother = [[Laila binti Ashim
| spouse = {{plainlist|
* [[Fatimah binti Abdul Malik]]
Baris 42:
|embed=yes
|ism=ʿUmar
|nasab=''ʿUmar bin
|kunya= ''Abu ʿAbdillah''}}
}}
'''Umar bin Abdul Aziz''' ({{lang-ar|عُمَر بْن عَبْد الْعَزِيز بْن مَرْوَان|translit=ʿUmar ibn ʿAbd al-ʿAzīz ibn Marwān}}; {{Circa|680}}{{Snd}}Februari 720), juga dikenal dengan nama '''Umar II''' ({{lang-ar|عمر الثاني|translit=ʿUmar ats-Tsānī}}), adalah [[khalifah]] [[Kekhalifahan Umayyah]] kedelapan, yang memerintah dari tahun 717 hingga kematiannya pada tahun 720. Ia dianggap telah melakukan reformasi yang signifikan terhadap pemerintahan pusat Umayyah, dengan menjadikannya jauh lebih efisien dan egaliter. Pemerintahannya ditandai dengan pengumpulan [[hadis]] resmi pertama dan mandat pendidikan universal kepada masyarakat.
== Kehidupan awal ==
Umar kemungkinan lahir di [[Madinah]] sekitar tahun 680.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Ayahnya, [[Abdul Aziz bin Marwan]], berasal dari klan kaya [[Dinasti Umayyah|Bani Umayyah]] yang tinggal di kota, sedangkan ibunya, [[Laila binti Ashim]], adalah cucu dari Khalifah kedua, [[Umar bin Khattab]] ({{reign|634|644}}).{{sfn|Cobb|2000|pp=821–822}} Silsilahnya dari Khalifah Umar yang sangat dihormati nantinya akan banyak ditekankan oleh para sejarawan untuk membedakannya dari penguasa Bani Umayyah lainnya.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}}
Pada saat kelahirannya, cabang Bani Umayyah lainnya, [[Kekhalifahan Umayyah#Periode Sufyaniyah|Sufyaniyah]], memerintah Kekhalifahan dari ibu kota [[Damaskus]]. Ketika Khalifah yang berkuasa [[Yazid I]] ({{reign|680|683}}) dan putra serta penerusnya, [[Muawiyah II]] ({{reign|683|684}}), meninggal dalam waktu singkat berturut-turut pada tahun 683 dan 684, otoritas Umayyah runtuh di seluruh Kekhalifahan dan Bani Umayyah di [[Hijaz]], termasuk Madinah, diusir oleh para pendukung khalifah saingannya, [[Abdullah bin Zubair]] ({{reign|683|692}}). Orang-orang Umayyah yang diusir dari Hijaz berlindung di Suriah, tempat suku-suku Arab yang loyal mendukung dinasti tersebut. Kakek Umar dari pihak ayah, [[Marwan I]] ({{reign|684|685}}), akhirnya diakui oleh suku-suku ini sebagai khalifah dan dengan dukungan mereka, menegaskan kembali kekuasaan Umayyah di Suriah.{{sfn|Kennedy|2004|pp=90–91}}
Pada tahun 685, Marwan menggulingkan gubernur Ibnu Zubair dari [[Mesir]] dan mengangkat ayah Umar sebagai gubernur Mesir yang baru.{{sfn|Kennedy|2004|pp=92–93}} Umar menghabiskan sebagian masa kecilnya di Mesir, khususnya di [[Helwan|Hulwan]], yang menjadi pusat pemerintahan ayahnya antara tahun 686 dan kematiannya pada tahun 705.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Kemudian, Umar menempuh pendidikannya di Madinah,{{sfn|Cobb|2000|p=821}} yang telah direbut kembali oleh Bani Umayyah di bawah pimpinan paman Umar, Khalifah [[Abdul Malik bin Marwan|Abdul Malik]] ({{reign|685|705}}) pada tahun 692.{{sfn|Kennedy|2004|p=98}} Setelah menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Madinah, Umar mengembangkan hubungan dengan para ulama, orang-orang saleh, serta para perawi [[hadis]] di kota itu.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Setelah kematian ayah Umar, Abdul Malik memanggil Umar ke Damaskus untuk mengatur pernikahan Umar dengan putrinya, [[Fatimah binti Abdul Malik|Fatimah]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Umar juga memiliki dua istri lainnya: yaitu sepupu dari pihak ibu, Ummu Syu'aib atau Ummu Utsman yang merupakan putri Syu'aib atau Sa'id bin Zabban dari suku [[Bani Kalb]], dan Lamis binti Ali dari [[Bani al-Harits (Yaman)|Bani al-Harits]]. Dari istri-istrinya ia diketahui memiliki tujuh anak, serta tujuh anak lainnya dari [[umm walad|selir]].{{sfn|Marsham|2022|p=41}}
== Gubernur Madinah ==
Tak lama setelah aksesinya, putra dan penerus Abdul Malik, [[al-Walid I]] ({{reign|705|715}}), menunjuk Umar sebagai gubernur Madinah.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Menurut [[Julius Wellhausen]], niat al-Walid adalah menggunakan Umar untuk mendamaikan penduduk kota Madinah dengan pemerintahan Umayyah dan "menghilangkan
Informasi mengenai pemerintahannya sebagai gubernur sangat sedikit, namun sebagian besar catatan tradisional mencatat bahwa ia adalah "gubernur yang adil".{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia sering memimpin ibadah [[haji]] tahunan di Makkah dan menunjukkan dukungan terhadap para [[faqih|ulama fikih]] di Madinah, khususnya [[Sa'id bin al-Musayyib]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Umar menoleransi kritik terbuka dari banyak ulama terhadap perilaku pemerintahan Bani Umayyah.{{sfn|Wellhausen|1927|p=267}} Namun, laporan lain menyatakan bahwa Umar memiliki kekayaan yang cukup signifikan pada awal karirnya sebagai gubernur.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Atas perintah al-Walid, Umar melakukan rekonstruksi dan perluasan [[Masjid Nabawi]] di Madinah mulai tahun 707.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Di bawah pemerintahan Umar yang cukup lunak, Hijaz umumnya menjadi tempat perlindungan terbaik bagi orang-orang buangan politik dan agama Irak yang melarikan diri dari penganiayaan [[al-Hajjaj bin Yusuf]], raja muda al-Walid yang berkuasa di bagian timur Kekhalifahan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Menurut sejarawan [[Paul M. Cobb]], hal ini justru menjadi "kehancuran" bagi Umar karena al-Hajjaj menekan khalifah untuk memecat Umar pada bulan Mei/Juni 712.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
==Punggawa al-Walid dan Sulaiman==
Baris 70 ⟶ 68:
Menurut sumber-sumber Muslim tradisional, ketika Sulaiman sakit keras di Dabiq, dia dibujuk oleh Raja' untuk menunjuk Umar sebagai penggantinya.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Kennedy|2004|p=106}}{{sfn|Hawting|2000|p=72}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Putra Sulaiman, Ayyub, adalah calon pertamanya, namun Ayyub telah meninggal dunia sebelum dirinya,{{sfn|Wellhausen|1927|p=264}} sementara putra-putranya yang lain masih terlalu muda atau sedang berperang di front Bizantium.{{sfn|Hawting|2000|p=72}} Pencalonan Umar membatalkan keinginan Abdul Malik, yang berusaha membatasi jabatan hanya pada keturunan langsungnya.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Pengangkatan Umar, seorang anggota cabang kadet dinasti, dibandingkan keturunan langsung Abdul Malik lain yang mungkin lebih berpengaruh, telah mengejutkan para pangeran Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Menurut Wellhausen, "tidak ada seorang pun yang memimpikan hal ini, terutama dirinya sendiri [Umar]".{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Pada awalnya, Raja' memanggil para pangeran Umayyah ke masjid Dabiq dan menanyakan apakah mereka bersedia untuk mengakui wasiat dari Sulaiman, sementara Raja' sendiri masih menyembunyikan nama pengganti yang telah ditunjuk kepada para pangeran.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Setelah para pangeran Bani Umayyah menerima dan mengakui wasiat Sulaiman, barulah Raja mengungkapkan bahwa Umar adalah calon khalifah yang telah ditunjuk oleh Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} [[Hisyam bin Abdul Malik]] pada awalnya menentang penunjukan Umar, namun ia akhirnya mengalah setelah diancam dengan kekerasan.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Potensi konflik intra-dinasti ini kemudian dapat dicegah dengan penunjukan putra Abdul Malik, [[Yazid II]], sebagai penerus Umar.{{sfn|Hawting|2000|p=72}}
Menurut sejarawan Reinhard Eisener, peran Raja' dalam aksesi Umar kemungkinan besar telah "dilebih-lebihkan." Kejadian yang mungkin "lebih masuk akal" adalah bahwa suksesi Umar merupakan hasil dari "pola tradisional, seperti senioritas dan klaim yang beralasan" yang berasal dari penunjukan ayah Umar sebelumnya, Abdul Aziz, sebagai penerus Abdul Malik oleh Khalifah Marwan I,{{sfn|Eisener|1997|p=822}} yang tidak terwujud karena Abdul Aziz meninggal
===Reformasi===
Baris 79 ⟶ 77:
<blockquote>Barangsiapa masuk Islam, baik Nasrani, Yahudi atau Majusi, di antara mereka yang sekarang dikenai pajak dan yang bergabung dengan Muslim [masuk Islam] di tempat tinggalnya, meninggalkan tempat tinggal sebelumnya{{sic}}, maka ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti yang mereka [orang-orang Muslim] miliki, dan mereka [orang-orang Muslim] wajib bergaul dengannya dan memperlakukannya sebagai salah satu dari mereka.{{sfn|Gibb|1955|p=3}}</blockquote>
Mungkin untuk mencegah potensi pukulan balik dari penentang langkah-langkah pemerataan, Umar memperluas upaya Islamisasi yang terus menguat di bawah pemerintahan pendahulu Marwaniyah. Upaya tersebut mencakup langkah-langkah untuk membedakan Muslim dari non-Muslim dan pengukuhan [[ikonoklasme]] Islam.{{sfn|Blankinship|1994|p=32}} Menurut [[Khalid Yahya Blankinship]], Dia menghentikan ritual untuk mengutuk Khalifah [[Ali bin Abi Thalib]] ({{reign|656|661}}), sepupu dan menantu Muhammad, dalam khotbah [[sholat Jumat]] yang sudah menjadi tradisi bagi Bani Umayyah.{{sfn|Blankinship|1994|p=32–33}} Berdasarkan keadaan umat Islam saat itu, Umar kemudian memerintahkan pengumpulan [[hadis]] (perkataan dan tindakan yang dikaitkan dengan nabi Islam [[Muhammad]]) pertama secara resmi, karena khawatir sebagian di antaranya akan hilang.{{sfn|Blankinship|1994|p=32–35}}
===Pemerintahan provinsi===
Tak lama setelah aksesinya, Umar merombak pemerintahan provinsi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menunjuk orang-orang kompeten yang bisa dia kendalikan, menunjukkan niatnya "untuk mengawasi pemerintahan provinsi".{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Wellhausen mencatat bahwa khalifah tidak membiarkan para gubernur bertindak sendiri sebagai imbalan atas penerusan pendapatan provinsi; sebaliknya, ia secara aktif mengawasi pemerintahan gubernurnya dan kepentingan utamanya adalah "bukan pada peningkatan kekuasaan melainkan pada penegakan hak."{{sfn|Wellhausen|1927|p=270}}
Dia membagi lagi jabatan gubernur besar yang didirikan di Irak dan Kekhalifahan timur di bawah raja muda Abdul Malik, al-Hajjaj bin Yusuf.{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Orang yang ditunjuk Sulaiman untuk provinsi super ini, [[Yazid bin al-Muhallab]], dipecat dan dipenjarakan oleh Umar karena gagal meneruskan rampasan dari penaklukan sebelumnya atas [[Tabaristan]] di sepanjang [[Laut Kaspia|Kaspia]] bagian selatan pantai ke perbendaharaan khalifah.{{sfn|Kennedy|2004|p=106}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Sebagai pengganti Ibnul Muhallab, ia menunjuk Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Khattab, anggota keluarga Khalifah Umar bin Khattab, sebagai gubernur [[Kufah]], [[Adi bin Artah al-Fazari]] sebagai gubernur [[Basra]], [[al-Jarrah bin Abdullah]] sebagai gubernur [[Khorasan Raya|Khorasan]] dan [[Amr bin Muslim al-Bahili]], saudara sang penakluk [[
Umar mengangkat [[
===Kebijakan militer===
Baris 95 ⟶ 93:
Suatu saat pada tahun 717, dia mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Ibnu Hatim bin an-Nu'man al-Bahili ke [[Azerbaijan (Iran)|Adharbayjan]] untuk membubarkan sekelompok orang Turki yang telah melancarkan serangan yang merusak terhadap provinsi tersebut.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Pada tahun 718, ia berturut-turut mengerahkan pasukan Irak dan Suriah untuk menekan pemberontakan [[Khawarij]] di Irak, meskipun beberapa sumber mengatakan pemberontakan tersebut berhasil diselesaikan secara diplomatis.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
Umar sering dianggap sebagai seorang pasifis oleh sumber-sumber tersebut dan Cobb mengaitkan kelelahan khalifah dengan perang karena kekhawatiran akan berkurangnya dana perbendaharaan kekhalifahan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Wellhausen menegaskan bahwa Umar "tidak menyukai perang penaklukan, karena dia tahu betul bahwa perang tersebut dilakukan bukan demi Tuhan, melainkan demi rampasan".{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Meskipun begitu, Blankinship menganggap alasan ini "tidak cukup".{{sfn|Blankinship|1994|p=33}} Ia berpendapat bahwa bangsa Arab menghadapi kerugian besar dalam pengepungan mereka yang gagal terhadap Konstantinopel, termasuk penghancuran angkatan laut mereka, yang menyebabkan Umar melihat posisinya di Andalusia, dipisahkan oleh wilayah Kekhalifahan lainnya melalui laut,
Meskipun ia menghentikan ekspansi lebih lanjut ke arah timur, masuknya Islam di sejumlah kota di Transoxiana menghalangi penarikan pasukan Arab dari sana oleh Umar.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=268–269}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Selama masa pemerintahannya, pasukan Muslim di Andalusia menaklukkan dan membentengi kota pesisir Mediterania [[Narbonne]] di Prancis modern.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269, note 1}}
Baris 102 ⟶ 100:
Dalam perjalanan kembali dari Damaskus ke [[Aleppo]] atau mungkin ke tanah miliknya di Khunasirah, Umar jatuh sakit.{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Ia meninggal antara tanggal 5 Februari dan 10 Februari 720,{{sfn|Cobb|2000|p=822}} pada usia 37 tahun,{{sfn|Wellhausen|1927|p=311}} di desa [[Dayr Syarqi|Dayr Sim'an]] (juga disebut Dayr al-Naqira) dekat [[Ma'arrat an-Nu'man]].{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Umar telah membeli sebidang tanah di sana dengan dananya sendiri dan dimakamkan di desa tersebut, di mana reruntuhan makamnya, yang dibangun pada tanggal yang tidak diketahui, masih terlihat.{{sfn|Cobb|2000|p=822}} Setelah kematian Umar, [[Yazid II]] dinominasikan sebagai khalifah kesembilan.{{sfn|Kennedy|2004|p=107}}
==Warisan==
== Silsilah ==
Baris 146 ⟶ 144:
*{{cite book |last1=Mourad |first1=Suleiman Ali |title=Early Islam Between Myth and History: Al-Ḥaṣan Al-Baṣrī (d. 110H/728CE) and the Formation of His Legacy in Classical Islamic Scholarship |date=2006 |publisher=Brill |location=Leiden |isbn=90-04-14829-9 |url=https://books.google.com/books?id=BrPCUtkOKMUC |ref=harv}}
*{{The History of al-Tabari |volume=24 |url={{Google Books|m15CKZc-TMAC|plainurl=y}}|ref=harv}}
*{{cite book|first=Muḥammad|last=
*Tillier, Mathieu. (2014). [https://journals.openedition.org/beo/3231 Califes, émirs et cadis : le droit califal et l'articulation de l'autorité judiciaire à l'époque umayyade], ''Bulletin d’Études Orientales'', 63 (2014), p. 147–190.
*{{The Arab Kingdom and its Fall|ref=harv}}
|