Tuanku Imam Bonjol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aal12322 (bicara | kontrib)
Menghapus patung Imam Bonjol. Karena ini tidak patut dijadikan patung dalam Islam
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 15:
}}
 
'''Tuanku Imam Bonjol''' (lahir di [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]], [[Luhak Agam]], [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], [[1772]] – wafat dalam [[pengasingan]] dan di[[makam]]kan di [[Lotta, Pineleng, Minahasa|Lotta]], [[Pineleng, Minahasa|Pineleng]], [[Kabupaten Minahasa|Minahasa]], [[6 November]] [[1864]]) adalah salah seorang [[ulama]], [[pemimpin]] dan [[Pahlawan|pejuang]] yang berperang melawan [[Belanda]] dalam peperangan yang dikenal dengan nama [[Perang Padri]] pada tahun 1803–1838.<ref name="Radjab">{{cite book|last=Radjab|first=M.,|authorlink=Muhamad Radjab|coauthors=|title=Perang Paderi di Sumatera Barat, 1803-1838|year=1964|publisher=Balai Pustaka|location=|id= }}</ref> Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal [[6 November]] [[1973]].<ref>Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, (1991), ''Wajah dan sejarah perjuangan pahlawan nasional'', Vol. 3, Departemen Sosial R.I., Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan.</ref>
 
Salah satu naskah asli yang memuat riwayat hidup Tuanku Imam Bonjol tersimpan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.<ref>{{Cite web|date=2017-11-20|title=Pemprov Sumbar Akan Jemput Naskah Tuanku Imam Bonjol ke Belanda - Harian Haluan|url=https://www.harianhaluan.com/sumbar/pr-10204055/pemprov-sumbar-akan-jemput-naskah-tuanku-imam-bonjol-ke-belanda|website=Pemprov Sumbar Akan Jemput Naskah Tuanku Imam Bonjol ke Belanda - Harian Haluan|language=id|access-date=2023-05-24}}</ref>
Baris 45:
Namun, sejak awal [[1833]] perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Padri melawan Belanda, kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yang semula bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Di ujung penyesalan muncul kesadaran, mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan [[rakyat Minangkabau]] itu sendiri.<ref name="Nain">Sjafnir Aboe Nain,, (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref> Bersatunya kaum Adat dan kaum Padri ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama [[Plakat Puncak Pato]] di [[Tabek Patah, Salimpaung, Tanah Datar|Tabek Patah]] yang mewujudkan [[konsensus]] ''Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah'' (Adat berdasarkan Agama, Agama berdasarkan Kitabullah ([[Al-Qur'an]]).
 
Rasa penyesalan Tuanku Imam Bonjol atas tindakan kaum Padri atas sesama orang [[Minang]], [[Mandailing]] dan [[Batak]], terefleksi dalam ucapannya ''Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito juo. Baa dek kalian?'' (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian?).<ref name="Nain" /> Kemudian semuanya bersorak "''ah, saketek indak baã, iyo biktu awak samo awak badusanak''" ([[Bahasa Indonesia]]: ah, sedikit tidak apa, iya seperti itu jika kita bersaudara).
 
Penyerangan dan pengepungan benteng kaum Padri di Bonjol oleh [[Belanda]] dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus 1837)<ref>G. Teitler, 2004, ''Het einde Padri Oorlog: Het beleg en de vermeestering van Bondjol 1834-1837: Een bronnenpublicatie'', Amsterdam: De Bataafsche Leeuw, 59-183.</ref> yang dipimpin oleh [[jenderal]] dan para [[perwira]] Belanda, tetapi dengan tentara yang sebagian besar adalah bangsa [[pribumi]] yang terdiri dari berbagai suku, seperti [[suku Jawa|Jawa]], [[Suku Madura|Madura]], [[Suku Bugis|Bugis]], dan [[Pulau Ambon|Ambon]]. Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda, terdapat [[Mayor Jenderal Cochius]], [[Letnan Kolonel Bauer]], [[Mayor Sous]], [[Kapten MacLean]], [[Letnan Satu Van der Tak]], [[Pembantu Letnan Satu Steinmetz]]. dan seterusnya, tetapi juga terdapat nama-nama ''[[Inlandsche]]'' ([[pribumi]]) seperti [[Kapitein Noto Prawiro]], [[Inlandsche Luitenant Prawiro di Logo]], [[Karto Wongso Wiro Redjo]], [[Prawiro Sentiko]], [[Prawiro Brotto]], dan [[Merto Poero]].