Perebutan Melaka (1511): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Surijeal (bicara | kontrib)
Manuel
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 20:
|casualties2=Tidak diketahui|
}}
'''Perebutan Malaka''' berlangsung setelah laksamana Portugal [[Afonso de Albuquerque]] menundukkan kota [[Malaka]] pada 15 Agustus 1511. Kota pelabuhan Malaka merupakan pusat perdagangan di [[selat Malaka]] yang berada di jalur dagang antara Tiongkok dan India.<ref name="Newton">''The Cambridge History of the British Empire'' Arthur Percival Newton p.11 [http://books.google.com/books?id=Y-08AAAAIAAJ&pg=PA11]</ref> Perebutan Malaka merupakan bagian dari rencana Raja [[Manuel I dari Portugal|Manuel I]] untuk menguasai perdagangan dengan [[Tiongkok]].<ref>[http://books.google.com/books?id=9mR2QXrVEJIC&pg=RA1-PA312 ''Malabar Manual'' by William Logan hal. 312]</ref>
 
==Latar belakang==
Baris 52:
}}
 
Tidak terkesan dengan kurangnya hasil Almeida, pada April 1508, Raja Manuel mengirim armada langsung ke Malaka, terdiri dari empat kapal di bawah komando [[Diogo Lopes de Sequeira]], yang juga ditugaskan untuk memetakan [[Madagaskar]] dan mengumpulkan informasi tentang Cina. Sequeira menerima perintah kerajaan yang secara khusus menginstruksikannya untuk mendapatkan izin untuk membuka pos perdagangan secara diplomatis dan berdagang secara damai, tidak menanggapi provokasi apa pun dan tidak melepaskan tembakan kecuali jika ditembaki:
 
{{quote|Kami memerintahkan dan memerintahkan agar Anda tidak melakukan kerusakan atau kerugian di semua bagian yang Anda jangkau, dan sebaliknya semua harus menerima kehormatan, bantuan, keramahan, dan perdagangan yang adil dari Anda, karena layanan kami sangat menuntutnya di awal ini. Dan meskipun sesuatu mungkin dilakukan terhadap Anda dalam usaha Anda, dan Anda mungkin berhak untuk menyebabkan kerusakan, tutupi itu sebaik mungkin, menunjukkan bahwa Anda tidak menginginkan perdamaian dan persahabatan, karena kami menuntutnya dari Anda. Namun jika Anda diserang, atau ditipu sedemikian rupa sehingga tampak bagi Anda bahwa mereka ingin menyakiti Anda, maka Anda harus melakukan semua kerusakan dan kerugian yang Anda bisa kepada mereka yang berusaha melakukannya terhadap Anda, dan tidak situasi lain akan Anda lakukan perang atau bahaya.|Surat Raja Manuel I dari Portugal kepada Diogo Lopes de Sequeira, Februari 1508.<ref>In Portuguese: ''vos encomendamos e mandamos que em todas as partes omde chegardes naam façaees dano neem maal algum, antes todos de vos recebam homra, e favor, e guasalhado, e boom trauto, porque asy compre nestes começos por noso seruiço. E aimda que pella vemtura comtra vos se cometa allguma cousa, desymulallo-ees o melhor que poderdes, mostrande que aimda que teuesseis cauza e rezam pera fazerde dano, o lleixaes de fazer por asy vos mandado por nos, e nam quererdes senam paz e amizado peo, o armando sobre vos ou vos fazemdo allgum emgano tall que vos parecese que vos queriam desarmar, emtam faress a quem isto vos cometese todo o dano e mall que podeseis, e em outro caso nam farees nenhuma guerra nem mall'' - Raymundo António de Bulhão Pato (1884):[https://archive.org/stream/cartasdeaffonso00patogoog#page/n478/mode/2up ''Cartas de Affonso de Albuquerque, seguidas de documentos que as elucidam''] Lisbon, Typ. da Academia real das sciencias de Lisboa, p.417</ref>|source=}}
Baris 58:
Pada April 1509, armada berada di [[Kerajaan Cochin|Cochin]] dan Raja Muda, Dom Francisco de Almeida, memasukkan [[kerakah]] lain ke dalam armada untuk memperkuatnya. Keputusan itu tidak sepenuhnya tidak bersalah, karena di atas kapal melakukan perjalanan beberapa pendukung saingan politik Almeida, Afonso de Albuquerque. Di antara awaknya juga ada [[Ferdinand Magellan]].<ref name="Castanheda 1979">Fernão Lopes de Castanheda, 1552–1561 [https://books.google.com/books?id=ReXBngEACAAJ ''História do Descobrimento e Conquista da Índia pelos Portugueses''] edited by Manuel Lopes de Almeida, Porto, Lello & Irmão, 1979, book 2 ch. 106</ref>
 
Dalam perjalanannya ia diperlakukan dengan baik oleh raja-raja [[Pedir]] dan [[Pasai]] yang mengiriminya hadiah. Sequeira mendirikan salib di kedua tempat mengklaim penemuan dan kepemilikan. Dia membuang sauh di pelabuhan Malaka, di mana dia menakuti orang-orang dengan bunyi meriamnya yang seperti petir, sehingga setiap orang bergegas naik ke kapal mereka untuk berusaha mempertahankan diri dari tamu baru dan tidak diinginkan ini. Sebuah perahu datang dengan pesan dari kota, untuk menanyakan siapa mereka.{{sfn|Koek|1886|p=120-121120–121}}
 
Ekspedisi tersebut tiba di Malaka pada bulan September 1509 dan segera Sequeira berusaha menghubungi para saudagar Cina di pelabuhan. Mereka mengundangnya naik salah satu jung dagang mereka dan menerimanya dengan sangat baik untuk makan malam dan mengatur pertemuan dengan Sultan Mahmud. Sultan segera memberikan izin kepada Portugis untuk mendirikan ''feitoria'' dan menyediakan gedung kosong untuk tujuan itu. Waspada terhadap ancaman Portugis terhadap kepentingan mereka, namun komunitas pedagang kuat Muslim Gujarat dan Jawa meyakinkan Sultan Mahmud dan [[Bendahara]] untuk mengkhianati dan menangkap Portugis.<ref>João Paulo de Oliveira e Costa, Vítor Luís Gaspar Rodrigues (2012) [https://books.google.com/books?id=n2ziSAAACAAJ ''Campanhas de Afonso de Albuquerque: Conquista de Malaca, 1511'' pp. 25–26]</ref>
Baris 94:
<blockquote>Setelah datang ke Melaka, maka bertemu, ditembaknya dengan meriam. Maka segala orang Melaka pun hairan, terkejut mendengar bunyi meriam itu. Katanya, "Bunyi apa ini, seperti guruh ini?". Maka meriam itu pun datanglah mengenai orang Melaka, ada yang putus lehernya, ada yang putus tangannya, ada yang panggal pahanya. Maka bertambahlah hairannya orang Melaka melihat fi'il bedil itu. Katanya: "Apa namanya senjata yang bulat itu maka dengan tajamnya maka ia membunuh?{{sfn|Kheng|1998|p=254-255}}{{sfn|Reid|1993|p=219}}</blockquote>
 
Buku ''Lendas da India'' karya Gaspar Correia dan ''Asia Portuguesa'' olehkarya Manuel de Faria y Sousa merekammengkonfirmasi catatan ''Sejarah Melayu''. Mereka mencatat kisah serupa, meski tidak sehebatse-spektakuler yang digambarkan dalam ''Sejarah Melayu''.{{sfn|Koek|1886|p=120-121120–121}}{{sfn|Pintado|1993|p=43}} Rui de Araújo mencatat bahwa Malaka kekurangan bubuk [[mesiu]] dan penembak senjata mesiu. Orang Portugis yang ditangkap dipaksa untuk membuatkan bubuk mesiu untuk orang Melayu, namun tidak ada satupun tawanan yang tahu cara membuatnya.{{sfn|Subrahmanyam|Parker|2008|p=24}}{{sfn|Pintado|1993|p=131-133131–133}}{{sfn|Wijaya|2022|p=376}}
 
Wan Mohd Dasuki Wan Hasbullah menjelaskan beberapa fakta akan keadaan persenjataan bubuk mesiu di Melaka dan negara Melayu lainnya sebelum kejatuhannyakedatangan padabangsa 1511Portugis:<ref>{{Cite book|last=Hasbullah|first=Wan Mohd Dasuki Wan|date=2020|title=Senjata Api Alam Melayu|publisher=Dewan Bahasa dan Pustaka|pages=}}</ref>{{rp|97-98}}
 
# Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa [[bedil]], meriam, dan bubuk mesiu dibuat di negara-negara Melayu.
Baris 102:
# Berdasarkan laporan banyaknya meriam yang ditemukan dan ditangkap oleh Portugis, mereka masuk dalam kategori artileri kecil (meriam kecil), jenis inilah yang lebih banyak digunakan oleh orang Melayu.
 
Penduduk semenanjung Melayu tidak menggunakan kapal besar. Dalam peperangan laut, orang Melayu menggunakan [[Lancaran (kapal)|lancaran]] dan [[Banting (perahu)|banting]], digerakkan oleh dayung dada (dayung pendek) dan 2 tiang layar, dengan 2 kemudi (satu di kedua sisi lambung kapal). Orang Melayu tidak terbiasa mengarungi samudra, mereka hanya melakukan pelayaran pesisir menyusuri pantai semenanjung Melayu.{{sfn|Mills|1930|p=36}} Industri pembuatan kapal besar tidak ada di Melaka; mereka hanya memproduksi kapal kecil, bukan kapal besar. Catatan Melayu dari berabad-abad kemudian menyebut penggunaan kapal [[Ghali (kapal)|ghali]], namun ini sebenarnya hanyalah kisah [[anakronisme]]: Kapal ghali muncul di Nusantara setelah diperkenalkan orang Portugis berdasarkan kapal ''galley'' [[Mediterania]].<ref name=":02">Halimi, Ahmad Jelani (2023, June 20). ''Mendam Berahi: Antara Realiti dan Mitos'' [Seminar presentation]. Kapal Mendam Berahi: Realiti atau Mitos?, Melaka International Trade Centre (MITC), Malacca, Malaysia. https://www.youtube.com/watch?v=Uq3OsSc56Kk</ref> Ghali pertama yang digunakan oleh armada setempat baru muncul pada akhir tahun 1530-an, dan baru pada tahun 1560-an penggunaan ghali semakin meluas, kebanyakan digunakan oleh orang Aceh, bukan Melayu.<ref name=":1">Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali: Mediterranean impact on war vessels in Early Modern Southeast Asia. In G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (pp. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|164}}<ref name=":16">Manguin, Pierre-Yves (1993). 'The Vanishing Jong: Insular Southeast Asian Fleets in Trade and War (Fifteenth to Seventeenth Centuries)', in Anthony Reid (ed.), ''Southeast Asia in the Early Modern Era'' (Ithaca: Cornell University Press), 197–213.</ref>{{Rp|210-212}} Menurut Albuquerque, orang Melayu dari Melaka menggunakan lancaran (''lanchara'') dengan jumlah tidak disebutkan dan dua puluh [[penjajap]] (''pangajaoa'') untuk melawan Portugis.{{sfn|Albuquerque|1774|p=80–81}}{{sfn|Birch|1875|p=68}} Rui de Araújo melaporkan bahwa Sultan Malaka memiliki 150 perahu.{{sfn|Pintado|1993|p=131-133131–133}}{{sfn|Wijaya|2022|p=376}}
 
Jumlah sebenarnya prajurit Malaka tidak lebih dari 4.000 orang, sisanya adalah budak yang ditugaskan untuk berperang. Senjata para prajurit adalah tombak. Busur dan sumpitan juga digunakan, dibuat secara lokal. Pedang ditemukan tetapi dibawa oleh orang [[Kerajaan Ryukyu|Gore]] ([[orang Ryukyu]]). Sangat sedikit dari mereka yang memakai baju [[zirah]], bahkan perisai oval pun sangat sedikit, biasanya hanya digunakan oleh pejabat. Senjata para budak adalah pisau dan belati. Sebagian besar artileri mereka mirip seperti senapan (yakni berkaliber kecil).{{sfn|Pintado|1993|p=131-133131–133}}{{sfn|Subrahmanyam|Parker|2008|p=24}}{{sfn|Wijaya|2022|p=376}} Meriam mereka memiliki jarak yang lebih pendek dibanding meriam Portugis, dan kurang dari 100 buah yang berhasil digunakan secara efektif pada pertempuran.{{sfn|Gibson-Hill|1953|p=146-147}} Seperti umumnya di Asia Tenggara, mereka tidak mempunyai tentara profesional. Yang disebut sebagai tentara sejatinya adalah rakyat jelata yang dikumpulkan ketika ingin berperang.<ref>Reid, Anthony (1982). ''Europe and Southeast Asia: The military balance''. Europe and Southeast Asia: the military balance. Occasional Paper (16). James Cook University. South East Asian Studies Committee.</ref>{{Rp|2}} Pengecualian untuk hal ini adalah [[Majapahit]], yang memiliki ''standing army'' ([[tentara permanen]]) yang digaji dengan emas.<ref name=":0222">{{Cite book|last=Miksic|first=John N.|last2=Goh|first2=Geok Yian|date=2017|title=Ancient Southeast Asia|location=London|publisher=Routledge}}</ref>{{Rp|467}}
 
{{multiple image
Baris 172:
=== Benteng ===
[[Berkas:A_Famosa_floorplan.png|ka|jmpl|Denah lantai benteng asli yang dibangun pada tahun 1511.]]
[[Berkas:Manuel_Godinho_de_Erédia_-_Description_of_Malacca,_Meridional_India_and_Cathay_-_A_Famosa.png|ka|jmpl|"A Famosa" yang benarsebenarnya, yang merupakan nama [[menara benteng]] yang sangat tinggi.]]
Bertentangan dengan harapan Sultan Mahmud Shah, Albuquerque tidak ingin menjarah kota itu begitu saja, tetapi mempertahankannya secara permanen. Untuk itu dia memerintahkan pembangunan sebuah benteng di dekat garis pantai, yang kemudian dikenal sebagai [[A Famosa]], karena bentengnya yang sangat tinggi, tingginya lebih dari 18 meter. Batu dibawa oleh kapal karena tidak cukup di kota untuk penyelesaiannya. Itu memiliki garnisun 500 orang, 200 di antaranya didedikasikan untuk dinas di atas 10 kapal yang ditinggalkan sebagai armada benteng.<ref>João Paulo de Oliveira e Costa, Vítor Luís Gaspar Rodrigues (2012) [https://books.google.com/books?id=n2ziSAAACAAJ ''Campanhas de Afonso de Albuquerque: Conquista de Malaca, 1511''] p. 65-69</ref> Setelah penaklukan, Portugis menemukan ''sepulcher'' (makam gua batu) di bawah tanah, yang batunya digunakan untuk membangun benteng. Batu tambahan bersumber dari dinding dan pondasi masjid Malaka.{{sfn|Birch|1875|p=135-136}}{{sfn|Reid|1988|p=70}}