Shirō Ishii: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor |
||
(5 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 32:
=== Tahun-tahun awal ===
Ishii lahir di tempat yang dulu bernama Desa Shibayama, Distrik Sanbu di [[Prefektur Chiba]] dan belajar [[kedokteran]] di [[Universitas Kyoto|Universitas Kekaisaran Kyoto]]. Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Kekaisaran Kyoto dengan nilai terbaik di kelasnya、Ia ditugaskan di [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]] pada tahun 1921 sebagai ahli bedah tentara kelas dua (letnan bedah). Pada tahun 1922 ia ditugaskan di Rumah Sakit Tentara Pertama dan Sekolah Kedokteran Angkatan Darat di [[Tokyo]]. Di sana hasil kerjanya cukup mengesankan atasannya, sehingga ia dapat melanjutkan ke pascasarjana kedokteran di Universitas Kekaisaran Kyoto dua tahun kemudian. Selama kuliah di universitas itu, Ishii sering mengembangbiakkan bakteri "peliharaan" di beberapa cawan petri. Praktik anehnya mengembangbiakkan bakteri lebih sebagai teman daripada sebagai subjek penelitian menjadikan Ishii terkenal di kalangan staf universitas.<ref name="Harris 2002 p142"/>
Pada tahun 1925, Ishii dipromosikan menjadi ahli bedah tentara kelas pertama (kapten bedah) dan pada tahun 1927 ia mengusulkan program senjata biologis. Dimulai pada tahun 1928, ia bepergian ke barat selama dua tahun. Dalam perjalanannya, ia memperluas penelitian pada efek dari [[Senjata biologi|perang biologis]] dan perang kimia yang dikembangkan dari [[Perang Dunia I]] dan seterusnya. Misi itu sangat sukses dan membantu ia menjadi perhatian [[Sadao Araki]], [[Kementerian Perang Jepang|Menteri Angkatan Darat]]. Pangkatnya dinaikkan menjadi ahli bedah tentara senior kelas tiga (mayor bedah), pada Januari 1931.Selain itu, saat ini, Ishii sedang mengembangkan filter air pertama di dunia yang terbuat dari keramik, dan terdapat variasi seperti filter air kecil yang dibawa oleh prajurit infanteri individu dan filter air besar yang dibawa dengan truk. Efek sterilisasi dari filter air ini begitu besar sehingga mengubah segala jenis air kotor menjadi air minum yang aman. Teknologi filter air ini masih digunakan di zaman modern dalam bentuk yang berbeda.
=== Proyek perang biologis ===
Baris 42:
Ishii memegang jabatan Kepala Bagian Medis pada Angkatan Darat Pertama Jepang selama periode 1942-1945.<ref name="Ammenthorp"/> Ia menjadi jenderal bedah pada Maret 1945 dan di bulan yang sama, ia juga berencana untuk meluncurkan senjata biologis ke [[San Diego, California|San Diego]], [[California]], dengan memanfaatkan [[Kamikaze|kpesawat-pesawat kamikaze]]. Pada hari-hari terakhir [[Perang Pasifik]] dan dalam menghadapi kekalahan yang semakin dekat, pasukan Jepang meledakkan markas Unit 731 untuk menghancurkan bukti-bukti dari penelitian yang dilakukan di sana. Selain itu, Ishii juga memerintahkan 150 subjek yang tersisa untuk dibunuh demi menutup erat rahasianya.
=== Kekebalan kejahatan perang ===
Baris 50 ⟶ 48:
Richard Drayton, seorang [[Dosen|pengajar]] sejarah di [[Universitas Cambridge]], menyatakan bahwa Ishii kemudian ke [[Maryland]] sebagai penasihat [[agen biologi]].<ref name="Guardian"/> Pada tahun 1953 Wilfred Burchett menulis bahwa [[Reuters]] telah memberitakan bahwa Ishii tiba di Korea Selatan pada tahun 1951. Tahun yang sama dengan saat Korea menuduh A.S. telah menggunakan senjata biologis di Korea.<ref>Burchett, Wilfred G., [http://www.revolutionarydemocracy.org/archive/KoreanWar.pdf ''This Monstrous War''], Ch 17, Melbourne, Joseph Waters, 1953.</ref> Sumber lain mengatakan bahwa ia tinggal di Jepang. Di sana ia membuka klinik yang memberikan pemeriksaan dan perawatan kesehatan secara gratis.<ref name="Japan Times"/> Ia menulis sebuah buku harian, tapi buku itu tidak menyebutkan aktivitas apapun yang dilakukannya pada masa perang.<ref>青木冨貴子「731―石井四郎と細菌戦部隊の闇を暴く」新潮社(新潮文庫)、2005年。ISBN 4-10-373205-9</ref> Ia meninggal karena kanker tenggorokan pada usia 67 tahun<ref name="Daily Mail"/> yang menurut putrinya diproses secara [[Katolik]]<ref>''[[Asahi Shimbun|Asahi Shinbun]]'' 12 Juni 2007</ref> di tempat tidurnya.Beberapa tahun sebelum kematiannya akibat kanker laring, Ishii mengabdikan dirinya untuk mempelajari agama, dan konon terkadang berdiskusi dengan biksu dan pendeta di kuil dan gereja.
Setelah perang, Ishii juga melakukan pekerjaan medis di Tokyo dan kampung halamannya di Shibayama, Prefektur Chiba, namun tidak menerima kompensasi. Ia juga senantiasa prihatin dengan kondisi pasien yang dirawatnya, menulis surat dan menanyakan pertanyaan tentang kondisi mereka, bahkan memberikan instruksi rinci agar mereka menjalani tes tersebut di rumah sakit besar.
== Lihat pula ==
|