Djuhartono: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya)
 
Baris 32:
Karier militernya dimulai pada masa pendudukan Jepang sebagai komandan peleton (''shodanco'') [[Tentara Pembela Tanah Air|Tentara Sukarela Pembela tanah Air]] (PETA) di Yogyakarta. Setelah Indonesia merdeka, seperti kebanyakan tentara PETA, dia ikut TNI. NRP-nya 13108. Djuhartono bertugas di Sumatra pada 1950-an. Di paruh kedua 1950-an Djuhartono, berada di teritori dari [[Komando Daerah Militer II/Sriwijaya|Kodam II Sriwijaya]], Sumatra Selatan.<ref name="Tirto"/>
 
Dalam [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|pergolakan PRRI]] di [[Sumatera Selatan|Sumatera Selatan]], Djuhartono tampil sebagai pendukung pemerintah pusat. Setelah [[Barlian|Letnan Kolonel Barlian]], Panglima Tentara & Teritorium II Sriwijaya yang berpusat di Palembang, mengambil alih kekuasaan, Mayor Djuhartono yang tidak setuju pun menentangnya. Kala itu Djuhartono adalah pejabat komandan Resimen 5. Dia sempat melarikan diri ke [[Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II|Pelabuhan Udara Talang Betutu]], di pinggiran kota Palembang. Laporan ''clash'' antara Djuhartono dengan Barlian membuat KSAD Kolonel [[Abdul Haris Nasution]] harus turun tangan. Djuhartono kemudian ditarik ke Jakarta. Letnan Kolonel Barlian, juga para perwira menengah yang terlibat PRRI, kemudian aman tanpa Djuhartono di Sumatra Selatan. Dia kemudian tak ditempatkan sebagai perwira tempur dengan membawahi pasukan tempur. Djuhartono menjadi perwira yang berhubungan dengan orang-orang sipil dengan aktif di BKS-BKS dan akhirnya di Front Nasional lalu Sekber Golkar.<ref name="Tirto"/>
 
Harsya Bachtiar mencatat setelah tak di Angkatan Darat lagi Djuhartono pernah menjadi Presiden Direktur [[Zamrud Aviation Corp.|PT AOA Zamrud Aviation Corporation]] dan Ketua Indonesia Association Carrier ([[INACA]]).<ref name="Tirto"/>