Kerajaan Kadiri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(69 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{no footnotes}}
{{Short description|Javanese kingdom, ca. 1042–1222}}
{{EngvarB|date=September 2015}}
{{Use dmy dates|date=September 2015}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name =
| common_name =
| native_name = ( Pu - Chia - Lung ) <br>
Kāḍiri
| continent =
| region =
Baris 10 ⟶ 15:
| s1 = Kerajaan Tumapel
| year_start = 1042
| year_end =
| date_start =
| date_end =
Baris 20 ⟶ 25:
| event3 = [[Kakawin Bhāratayuddha]]'' selesai ditulis
| date_event3 = 1157
|
| date_event4 = 1222
| event5 = [[Pemberontakan Jayakatwang]] melawan [[Tumapel]]
| date_event5 = 1292
| event_end = [[Invasi Mongol ke Jawa|Diserbu]] oleh [[Dinasti Yuan|Mongol]] dan [[Majapahit]]
| image_flag =
| image_coat =
| symbol_type =
| image_map = {{switcher|[[Berkas:Kediri Kingdom id.svg|upright=1.24|frameless]]|
enampilkan peta 1042|[[Berkas:Southeast Asia trade route map XIIcentury.jpg|upright=1.21|frameless]]|Menampilkan peta 1178|default=1}} | map_caption = Kerajaan Janggala dan Panjalu, kemudian bersatu menjadi Kerajaan Kadiri
| capital = '''
| admin_center =
| admin_center_type =
Baris 57 ⟶ 67:
| currency = Koin emas dan campuran tembaga, perak dan timah
| footnotes =
| today =
{{flag|Timor Leste}}
}}
Baris 64 ⟶ 74:
:{{arti lain|Artikel ini membahas tentang Kerajaan Kediri (Sejarah Nusantara). Lihat pula [[Kabupaten Kediri]] dan [[Kota Kediri]]. Untuk kegunaan lain, lihat [[Kediri (disambiguasi)|Kediri]].}}
'''Kerajaan Kadiri''', '''Kediri''' disebut juga dengan '''Daha''' atau '''Panjalu''' ({{lang-jv|ꦥꦚ꧀ꦗꦭꦸ|Pañjalu}}) adalah [[Monarki|kerajaan]] [[Hindu]]-[[Buddhisme|Buddha]] yang terdapat di [[Jawa]] [[Jawa Timur|Timur]], antara tahun [[1042]]–[[1222]]. Dan merupakan salah satu kerajaan hasil pembelahan yang juga didirikan [[Airlangga]]<ref>https://www.britannica.com/place/Kadiri</ref>. Kerajaan ini
== Etimologi ==
[[Berkas:Vishnu Kediri.jpg|jmpl|kiri|150px| Arca [[Wisnu]], berasal dari [[Kediri]], abad ke-12 dan ke-13]]
Sesungguhnya kota '''[[Daha]]''' sudah ada sebelum peristiwa pembelahan kerajaan oleh [[Airlangga]]. Daha merupakan singkatan dari ''Dahanapura'', yang berarti ''kota api''. Nama ini terdapat dalam [[prasasti Pamwatan]] yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam ''[[Serat Calon Arang]]'', bahwa saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di [[Kahuripan]], melainkan telah berpindah ke [[Daha]]napura dan menyebut Airlangga sebagai raja Daha.<ref>[http://www.tourismindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=524&Itemid=33 Kediri archeological discovery offers clues on ancient kingdom] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070328004059/http://www.tourismindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=524&Itemid=33 |date=2007-03-28 }}, ''[[The Jakarta Post]]'', 24 March 2007.</ref>
<small><blockquote>... 15. Sigra datang pwa sirêng sagara Rupěk, mantas ta sira ngkana, Sang Yogîswara Mpu Baradah. Tan lingěn pwa sirêng (h)ěnu lampah Sang Mahamuni ambramaga. Sigra datang ta sirêng nagarêng Daha, panggih ta sirâtmajanira Sang Maharaja Erlanggya sědang tinangkil...</blockquote></small>
Baris 76 ⟶ 87:
Pada mulanya, nama Pañjalu pembacaan yang tepat sesuai dengan aksara adalah '''Pangjalu''' memang lebih sering dipakai daripada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Panjalu, bahkan nama Panjalu juga dikenal sebagai ''Pu-chia-lung'' di dalam [[kronik Tiongkok]] dari [[Dinasti Song]] yang berjudul ''Ling-wai-tai-ta'' ({{zh|s=嶺外代答|p=''Lĭngwài Dàidā''}}) tahun 1178 M. Sebuah kitab [[geografi]] yang ditulis pada abad ke-12 M, oleh Chou Ch'u-fei ({{zh|p=Zhōu Qùfēi}}) seorang [[birokrat]] di kota [[Guilin]], provinsi [[Guangxi|Guanxi]].<ref>https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760</ref>
Pangjalu berasal dari kata ''Jalu'' yang memiliki arti Jantan atau Pria, unsur dari
=== Nama Kadiri ===
Nama Kadiri atau Kediri pembacaan yang tepat sesuai dengan aksara adalah '''Kadhiri''' juga berasal dari kata bahasa [[Sansekerta]], ''khadri,'' yang berarti ''pacé'' atau [[mengkudu]] (''[[Morinda citrifolia]]''). Batang kulit kayu pohon ini menghasilkan [[Zat pewarna|zat perwarna]] ungu kecokelatan yang digunakan dalam pembuatan batik, sementara buahnya dipercaya memiliki khasiat pengobatan. Nama yang serupa juga dikenal dengan [[Kadiri, India|Kadiri]] sebuah kota di [[Andhra Pradesh]], [[India]]. Asal usul kata yang dipandang lebih tepat adalah diturunkan dan berasal dari kata "
Terjemahan inskripsi: (Sri Maharaja telah kembali kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri)
Dalam [[prasasti Kamulan]] yang berangka tahun 1116 Saka (1194 M) juga menyebutkan: {{cquote|''"... tatkāla ni n kentar sangke kaḍatwan ring katang-katang deni nkin malṛ yatik kaprabhun śrī mahārāja siniwi riŋ bhūmi kaḍiri ..."''}}
Terjemahan inskripsi: (ketika meninggalkan istananya yang berada di Katang-katang sehingga tetap dapat menjalankan pemerintahan sebagai Sri Maharaja yang bertahta di Bhumi Kadiri)
Pada isi kalimat
{{cquote|''"... 4) sira śrī kṛtānagara nāma niran inabhiśeka. pinasaṅakěn ṅkāneŋ maṇikanaka siṅhāsana. riŋ nagara daha. sinewita niŋ bhūmi kaḍiri..."''}}
Transkrip isi [[Prasasti Batur]] yang merupakan titah raja [[Hayam Wuruk]] dari masa [[Majapahit]]. {{cquote|''"2. [...] muŋ mpu kapat. śūra sapatnamarddhana. rakryan kanuruhan. mpu pakis. wairibala wirantaka. rakryan ma ri pu saṅkhya pranāśa. rakryan tumȇṅguŋ mpu nala. sāḍurakṣaṇana saḍunigramātatpara. makapuras sa jaṅgala kāḍiri. mpu mada. raṇa maddhyāryya nukula karaṇa. parasainya śirah kāpala gandopāna ma..."''}}
Pada bait kalimat [[prasasti Carama]] berupa sebuah lempeng tembaga yang berada disimpan di [[Frankfurt|Museum Arkeologi Frankfurt Jerman]], bertarikh 07 Juni 1015 M. Yang merupakan anugerah dari Sri Mahadewi yang bertakhta di Kadhiri.
{{cquote|''"...1. //O// Śwasti saka warşatita, 937, karttika masa, tithi, dwādaśi 2. Kṛṣṇapaksa, wara, ma, pa, bu, wayang, wawakaraṇa, maghanaksatra pitr 3. Dewata, kumbharaśi, irika diwaśa budyah (pu dyah) ghara manusuk darmma 4. Tani manguri, panganugrahanira paduka, śri mahadewi, siniwi ring kaḍiri, 5. Sang tita tlas, ginawayakên, lawan sawah rong têmpah sa
(F.H. van Naerssen, dlm Kartoadmodjo, S.1985:66) ..."''}}
[[Toponimi]] penyebutan wilayah Kadiri untuk pertama kali ditemukan di dalam [[prasasti Sukabumi|prasasti Harinjing B]] tahun 843 Saka (19 September 921 Masehi) yang dikeluarkan oleh raja '''[[Dyah Tulodong|Rakai Layang Dyah Tulodong]]''' dari [[kerajaan Medang]] atau [[Mataram Kuno]]. {{cquote|''"... i śrī mahārāja mijil angkȇn cetra ka tlu i sang pamgat asing juru i kaḍiri ikang ri wilang ..."''}}
Baris 97 ⟶ 112:
Raja kedatuan Medang yang terakhir bernama [[Dharmawangsa Teguh]] saingan berat [[kedatuan Sriwijaya]]. Pada tahun 1016, [[Haji (gelar)|Haji Wurawari]] seorang raja bawahan dari Lwaram sekitar [[Cepu]], [[Blora]] bersekutu dengan Sriwijaya untuk menyerang istana Wwatan sekarang sekitar [[Maospati, Magetan]] ibu kota dari [[kerajaan Medang]], yang pada saat itu tengah mengadakan sebuah pesta pernikahan antara putri Dharmawangsa Teguh dengan [[Airlangga]], raja Dharmawangsa Teguh sendiri tewas dalam serangan tersebut sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga bersama dengan putri Dharmawangsa berhasil lolos ditemani pembantunya [[Mpu Narotama]].
[[Airlangga]] adalah putra dari pasangan [[Mahendradatta]] saudari Dharmawangsa Teguh dengan [[Udayana]] raja dari [[kerajaan Bedahulu]], [[Bali]]. ia lolos bersama putri Dharmawangsa dengan ditemani pembantunya yang bernama [[Mpu Narotama]]. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan ''Vana giri'' sekarang [[Wonogiri]], dan selanjutnya menuju Sendang Made, [[Kudu, Jombang]].
=== Berdirinya Medang Kahuripan ===
Baris 117 ⟶ 132:
== Berdirinya kerajaan ==
[[File:Airlangga.jpg|thumb|150px||Arca perwujudan Airlangga sebagai [[Wisnu|Dewa Wisnu]] mengendarai [[Garuda]]. Koleksi Museum [[Trowulan]], [[Jawa Timur]].]]
=== Pembagian kerajaan oleh Airlangga ===
Di dalam [[kakawin]] [[Nagarakretagama|Desyawarnana]] yang ditulis oleh seorang [[
:<blockquote>... 1. Nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu, ...</blockquote>
:<blockquote>... 1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Airlangga kepada dua puteranya, ...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 68'').</blockquote>
Menurut [[prasasti Turun Hyang]] (1044 M). Di akhir masa pemerintahannya tahun 1042 [[Airlangga]] berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya, raja yang sebenarnya merupakan putri Airlangga. Nama asli dari putri tersebut dimuat dalam [[prasasti Cane]] (1021 M) sampai dengan [[prasasti Pasar Legi]] (1043 M) adalah [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] yang menjadi putri mahkota sekaligus pewaris takhta istana [[
Menurut ''Serat Calon Arang'', Airlangga kemudian bingung memilih penggantinya mengingat dirinya juga putra dari raja [[Pulau Bali|Bali]], maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama [[Mpu Bharada]] berangkat ke Bali untuk mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan [[Udayana]] digantikan putra keduanya yang bernama [[Marakata Pangkaja]] sebagai raja Bali, dan Marakata selanjutnya digantikan adiknya yaitu [[Anak Wungsu]].
Baris 147 ⟶ 163:
| width1 = 127
| height1 = <!-- Image 2 -->
| image2 = Candi
| caption2 = [[Candi Penataran]] merupakan candi yang berumur empat abad karena dibangun dan dikembangkan oleh beberapa kerajaan sekaligus, mulai dari Kerajaan [[Kediri]] hingga [[Majapahit]]
| width2 = 160
Baris 175 ⟶ 191:
=== Perkembangan agama ===
Corak keagamaan pada masa Kadiri dapat dilihat dari tinggalan [[arkeologis]] yang ditemukan di daerah [[Kediri]]. [[Candi Gurah]] dan [[Situs Tondowongso|Candi Tondowongso]] menunjukkan latar belakang agama [[Hindu]] khususnya [[Siwa]] berdasarkan dari berbagai arcanya yang ditemukan. [[
Beberapa prasasti menyebutkan nama ''abhiseka'' atau nama gelar penobatan dari raja yang merupakan serapan dan berhubungan dengan [[Wisnu]] dalam kaitannya dengan konsep triwikrama misalnya ''(mahārāja šri Sarwweswara Triwikramāwatāraānindita)''. Triwikrama adalah nama lain dari [[Wamana]]. Wamana adalah [[awatara]] Mahawisnu kelima, yang telah menghitung tiga dunia dengan tiga langkahnya. Hanya saja hal ini tidak secara langsung membuktikan bahwa [[Wisnuisme]] yang berkembang masa itu. Sebab landasan [[filosofis]] yang dikenal di [[Pulau Jawa]] ialah, semua raja dipandang sebagai titisan [[Dewa Wisnu]] dalam mengurus rakyat dan dunia atau kerajaannya. Dalam sistem sosial kerajaan di masa tersebut terjadi hubungan dimana seorang raja dianggap merupakan titisan dewa yang merupakan konsep
=== Pengaruh dalam budaya ===
Baris 184 ⟶ 200:
[[Cerita Panji]] mengalami perkembangan pesat dan tersebar luas pada zaman [[Majapahit]]. Cerita Panji menggambarkan kisah percintaan dan peperangan dari dua kerajaan, yaitu [[Jenggala]] dan Panjalu.
Cerita Panji dengan tokoh sentral Inu Kertapati dan Galuh Chandrakirana memiliki banyak versi dan tersebar hingga ke wilayah [[Asia Tenggara]]. Selain [[Jawa]], [[Bali]], [[Kalimantan]], dan [[Sumatera]], kisah Panji juga menyebar hingga ke [[Thailand]], [[Kamboja]], [[Laos]], [[Filipina]], [[Malaysia]], [[Vietnam]] dan [[Myanmar]].<ref>https://www.museumnasional.or.id/panji-cerita-asli-indonesia-1836</ref> Tokoh Raden Inu Kertapati diadaptasi dalam karya sastra dan drama tari dengan nama yang bervariasi, seperti ''Inao/อิเหนา'' (Siam), ''Inav/Eynao'' (Khmer), atau ''E-naung'' (Birma), sementara Dewi Sekartaji dikenal sebagai Bussaba/Bessaba. Di Sulawesi, ada cerita panji yang ditulis dalam [[bahasa Makassar]], yang disebut ''Hikayat Cekele'' (Bahasa Melayu: ''Cekel'').<ref>Dr. Cense (1889). ''Band. Tijdschr. V. Ind. Taal, Land-en Volkenkunde 32'', h. 424; Poerbatjaraka (1968). ''Tjerita Pandji dalam Perbandingan''. h. 410; Nugroho, Irawan Djoko (2011). ''Majapahit Peradaban Maritim''. h. 42 dan 355.</ref>
[[File:KITLV 87724 - Isidore van Kinsbergen - Rock inscription on the Dijeng plateau - Before 1900.tif||thumb|right|
Pada era Panjalu atau sering disebut dengan Kadiri, penanggalan dalam prasasti terbilang lengkap. Menurut [[Johannes Gijsbertus de Casparis|de Casparis]] , prasasti masa Kadiri umumnya mempunyai 14 hingga 15 unsur dalam penanggalan, berupa tahun (warsa), bulan (masa), paksa, tithi, minggu, planet, naksatra, dewata, yoga, wuku, karana, mandala, parwesa, rasi. Unsur-unsur penanggalan tersebut menunjukkan kemajuan pengetahuan leluhur terkait ilmu astronomi tradisional. Pengetahuan akan waktu ditandai juga dengan bintang, planet, rasi dan elemen langit lainnya.
Pada zaman Kediri dikenali memiliki gaya dalam penulisan aksaranya yang disebut dengan aksara ''"Kadiri Kwadrat"'', yaitu merupakan [[aksara Kawi]] yang ditulis besar dan tebal serta memiliki ciri khas penulisannya tersendiri yang menonjol, dengan bentuk huruf umumnya menyerupai persegi empat dan ditulis timbul. Karena bentuknya yang persegi empat ini maka dinamakan dengan aksara kwadrat. hurufnya yang ditonjolkan ke luar, menyerupai seperti pahatan [[relief]]. Juga dihiasi ukiran tumbuh-tumbuhan beserta ornamentasi ular dan lainnya. Menjadikan aksara Kadiri kwadrat selain indah juga sebagai identitas budaya dari masa kerajaan Kediri. Pada masa kejayaan kerajaan Kadiri, aksara kwadrat juga berfungsi menunjukkan pengaruh pada daerah-daerah di sekitarnya. Persebaran aksara Kadiri kwadrat meliputi Wilayah [[Jawa Timur]], [[Jawa Tengah]] (tebing batu di Dataran Tinggi Dieng), [[Bali]], bahkan juga diketemukan di [[Candi Muaro Jambi]] di [[Sumatera]].▼
▲Pada
=== Hubungan dengan Bali ===
Baris 197 ⟶ 215:
== Ekonomi ==
Perekonomian kerajaan Kediri sangat bergantung pada perdagangan luar negerinya. Ekspor Jawa antara lain adalah [[gading]], [[cula badak]], [[mutiara]], [[Gaharu|kayu wangi]] seperti [[Cendana|kayu cendana]], [[adas]], [[cengkih]], [[pala]], sejenis belati yang disebut [[keris]], [[belerang]], [[kesumba]], [[Nuri|nuri putih]], benang sulam, [[kapas]], kain kepar, dan lain-lain, diproduksi di daerah-daerah yang menjadi vasal Kediri, seperti cengkih di [[Maluku]] dan kayu cendana di Pulau [[Timor]]. Lada adalah target utama kapal dagang Cina. Di sisi lain, impor dari [[Tiongkok]] termasuk piring emas dan perak, pernis, [[seladon]] dan perlengkapan porselen putih, dan bahan kimia seperti [[sinabar]], [[tawas]], dan [[arsen]] [[sulfida]] yang digunakan dalam produksi pencelupan dan kerajinan tangan. Selain itu, meskipun memiliki mata uangnya sendiri, sejumlah besar koin dari [[Dinasti Song]] dibawa masuk ke negara tersebut, yang menyebabkan berkembangnya ekonomi moneter di Kediri.<ref>{{Cite web|date=2024-07-17|title=Sejarah Kerajaan Kediri: Awal Berdiri, Kejayaan, hingga Keruntuhannya|url=https://jawapeh.com/kediri/kerajaan-kediri|language=id|access-date=2024-07-20}}</ref>
[[File:Totok Kerot Kabupaten Kediri.jpg||thumb|right|280px|Arca [[Dwarapala
{{multiple image
<!-- Essential parameters -->| align = left
Baris 231 ⟶ 249:
Masih menurut ''Chou Ku-fei'' bahwa kerajaan Panjalu kekuasaannya sangat luas dan kaya raya, menurutnya di dunia saat itu ada tiga kerajaan kaya yaitu [[kekhalifahan Abbasiyah]] yang berkuasa di Arab, kerajaan [[Panjalu]] yang menguasai bagian timur Nusantara dan [[Sriwijaya]] yang menguasai bagian barat Nusantara.<ref>https://repositori.kemdikbud.go.id/18404/</ref>
[[Chau Ju-kua|Chou Ju-kua]] ({{zh|p=''Zhào Rǔguò''}}; 1170-1231) seorang pegawai resmi [[Dinasti Song]] menuliskan dalam bukunya'' [[Zhu Fan Zhi|Zhu-fan-zhi]]'' ({{zh|s=諸蕃志|w=''Chu-fan-chi''|}}) menggambarkan bahwa, di kepulauan [[Asia Tenggara]] ada dua kerajaan yang kuat dan kaya: Sriwijaya dan Jawa (Panjalu). Di Jawa ia menemukan bahwa orang-orang menganut dua agama, [[Buddhisme|Buddha]] dan agama Brahmana ([[Hindu]]). Orang Jawa adalah pemberani dan pemarah, mereka berani untuk melawan. Waktu luangnya dipergunakan untuk mengadu binatang, hiburan favoritnya adalah [[sabung ayam]] dan adu babi. Mata uangnya dibuat dari campuran [[tembaga]], [[perak]] dan [[timah]].
Dalam kitab Chu-fan-chi menyebut bahwa maharaja Jawa mempunyai wilayah jajahan: Pai-hua-yuan ([[Pacitan]]), Ma-tung ([[Medang]]), Ta-pen (Tumapel, sekarang [[Kabupaten Malang|Malang]]), Hi-ning ([[Dataran Tinggi Dieng|Dieng]]), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang [[Surabaya]]), Tung- ki (Jenggi, [[Papua Barat]]), Tak-kang ([[Sumba]]), Huang-ma-chu ([[Papua|Papua Barat Daya]]), Ma-li ([[Bali]]), Kulun (Gurun, diidentifikasi sebagai Gorong atau [[Kabupaten Sorong|Sorong]] di Papua Barat atau sebuah pulau di [[Nusa Tenggara]]{{Fact|tanggal=Januari 2023}}), Tan-jung-wu-lo ([[Kalimantan Barat|Tanjungpura]] di Kalimantan), Ti-wu ([[Timor]]), Pingya-i ([[Kabupaten Banggai|Banggai]] di Sulawesi), dan Wu-nu-ku ([[Kepulauan Maluku|Maluku]]).<ref>{{cite book |author=Soekmono |first=R. |url=http://staffnew.uny.ac.id/staff/131782844 |title=''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed. |publisher=Penerbit Kanisius |year=1988 |location=Yogyakarta |page=60 |language=indonesian |orig-date=Originally printed in 1973}}</ref><ref>Friedrich Hirth & W.W.Rockhill, 1911, ''Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi, St Petersburg.</ref><ref>{{cite book|last=Hirth|first=F.|year=1911|title=Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi|publisher=St Petersburg|authorlink=|coauthors=Rockhill, W.W.}}.</ref><ref name="Muljana2">{{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2006|title=Sriwijaya|url=https://archive.org/details/Sriwijaya|location=|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|editor=F.W. Stapel|pages=|id=ISBN 978-979-8451-62-1|authorlink=Slamet Muljana}}</ref><ref name="Soekmono2">{{cite book|last=Soekmono|first=R.|year=2002|title=Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2|publisher=Kanisius|id=ISBN 979-413-290-X|authorlink=Soekmono}}</ref>
Mengenai Sriwijaya, Chou-Ju-kua melaporkan bahwa Kien-pi (''[[Pulau Kampai|Kampe]]'', di Sumatera bagian utara) dengan pemberontakan bersenjatanya telah membebaskan diri dari pengaruh Sriwijaya, dan menobatkan raja mereka sendiri. Nasib yang sama menimpa beberapa koloni Sriwijaya di Semenanjung Malaya yang membebaskan diri dari dominasi Sriwijaya. Namun Sriwijaya masih negara terkuat dan terkaya di bagian barat Nusantara. Koloni Sriwijaya adalah: Pong-fong ([[Pahang]]), Tong-ya-nong ([[Trengganu]]), Ling-ya-ssi-kia ([[Langkasuka]]), Kilan-tan ([[Kelantan]]), Fo-lo-an, Ji-lo-t'ing ([[Penang|Jelutong]]), Ts'ien-mai (?), Pa-t'a ([[Kuala Paka|Paka]]), Tan-ma -ling ([[Tambralinga]], Ligor atau [[Nakhon Si Thammarat]]), Kia-lo-hi ([[Grahi]], bagian utara Semenanjung Malaya), Pa-lin-fong ([[Palembang]] ), Sin-t'o ([[Kerajaan Sunda|Sunda]]), Lan-wu-li (Lamuri di [[Aceh]]), dan Si-lan. Menurut sumber ini, pada awal abad ke-13 Sriwijaya masih menguasai Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Jawa bagian barat ([[Kerajaan Sunda|Sunda]]). Mengenai Sunda, buku tersebut merinci bahwa pelabuhan Sunda (Sunda Kelapa) sangat bagus dan letaknya strategis, serta [[lada hitam]] dari Sunda termasuk yang kualitasnya terbaik. Masyarakatnya bekerja di bidang pertanian; rumah mereka dibangun di atas tiang kayu (rumah panggung). Namun negara itu penuh dengan perampok dan pencuri.
== Keruntuhan ==
Kerajaan
{{Main|Pemberontakan Ken Arok}}
Pada tahun 1222,
Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat Desa [[Tulungrejo, Ngantang, Malang|Ganter]], di wilayah timur Kadiri di mana "''medan perang/[[palagan]]''
[[Nagarakretagama|Kitab Nagarakretagama]] juga mengisahkan secara singkat berita kekalahan raja Kertajaya tersebut. Disebutkan bahwa Kertajaya melarikan diri dan bersembunyi dalam ''dewalaya'' (alam tempat dewa). Kedua naskah tersebut sama-sama memberitakan tempat pelarian Kertajaya adalah alam dewata. Kemungkinan yang dimaksud adalah Kertajaya bersembunyi di dalam sebuah candi pemujaan, atau Kertajaya dianggap meninggal telah tewas dan pergi ke alam para dewa.
Dengan demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau [[Singhasari]]. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan Tumapel. Ken Arok mengangkat [[
:<blockquote>... 2. Tahun Saka Laut Manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya. Atas perintah Siwaputera,
{{Main|Pemberontakan Jayakatwang}}
{{See|Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa}}
Pada tahun 1292, raja bawahan sekaligus besan dari raja [[Kertanegara]] yaitu [[Jayakatwang]] memberontak terhadap [[Singhasari]], karena dendam masa lalu dimana
== Daftar penguasa ==
''Raja-raja
{| class="wikitable sortable" border="1" width="80%"
!width="30px"|Masa
!width="100px"|Maharaja/Sri
!width="300px"|Prasasti dan
|-
|align="center"|[[1042]]-[[1051]]
|align="center"|
|Disebutkan di prasasti [[Prasasti Pucangan|Pucangan]] (1041), [[Prasasti Pandan|Pandan]] (1042), [[Prasasti Pamwatan|Pamwatan]] (1042). Bergelar
|-
|align="center"|[[1051]]-[[1112]]
|align="center"|
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Mataji|Mataji]] (1051).
|-
|align="center"|[[1112]]-[[1135]]
|align="center"|
|prasasti Tapan, prasasti Tiru Kidul, prasasti Karanggayam (1112), [[prasasti Padlegan]] (1117), [[prasasti Panumbangan]] (1120), [[prasasti Geneng]] (1128), [[prasasti Candi Tuban]] (1129), [[prasasti Tangkilan]] (1130), [[prasasti Sukorejo]] (1131), [[prasasti Besole]] (1132), [[prasasti Pagiliran]] (1134), [[prasasti Karangrejo]] (1134), [[prasasti Bameswara]] (1135).
|-
|align="center"|[[1135]]-[[1159]]
|align="center"|
|Disebutkan dalam [[Kakawin Bhāratayuddha]], prasasti [[Prasasti Hantang|Hantang]] (1135), [[Prasasti Talan|Talan]] (1136) dan [[Prasasti Jepun|Jepun]] (1144). [[Janggala]] ditaklukkan dan
|-
|align="center"|[[1159]]-[[1169]]
|align="center"|
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Padlegan II|Padlegan II]] (1159), [[Prasasti Kahyunan|Kahyunan]] (1161) dan [[Prasasti Rini|Rini]] (1164).
|-
|align="center"|[[1169]]-[[1180]]
|align="center"|
||Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Mleri|Mleri]] (1169) dan [[Prasasti Angin|Angin]] (1171).
|-
|align="center"|[[1180]]-[[1182]]
|align="center"|
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Manggar|Manggar]] (1180) dan [[Prasasti Jaring|Jaring]] (1181).
|-
|align="center"|[[1182]]-[[1194]]
|align="center"|
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Semanding|Semanding]] (1182) dan [[Prasasti Ceker|Ceker]] (1185).
|-
|align="center"|[[1194]]-[[1222]]
|align="center"|
|Disebutkan dalam [[prasasti Sapu Angin]] (1190), [[prasasti
|-
|-style="background:#ccf;"
Baris 301 ⟶ 319:
|-
|align="center"|[[1292]]-[[1293]]
|align="center"|''Sri
|Disebutkan dalam prasasti [[prasasti Mula Malurung|Mula Malurung]] (1255), [[prasasti Kudadu|Kudadu]] (1294), [[Kakawin Nagarakretagama]] (1365) dan [[Kitab Pararaton]].
|}
== Warisan budaya ==
{| class="wikitable sortable" border="1"
|-
!width="100"|Candi
!width="100"|Prasasti▼
!width="100"|Situs Cagar Budaya▼
!width="100"|Karya Sastra
▲!width="100"|Prasasti
▲!width="100"|Situs Budaya
|-
| <gallery mode="packed" widths="80" heights="80">
|▼
▲*[[Candi Penataran]], Candi termegah dan terluas di [[Jawa Timur]] ini terletak di lereng barat daya [[Gunung Kelud]], di sebelah utara [[Blitar]], dibangun pada masa Raja Srengga atau [[Kertajaya]].
</gallery>
▲*[[Candi Dorok]], terletak di [[Manggis, Puncu, Kediri]].
*[[Candi Kepung Petirtaan]], terletak di [[Kepung, Kediri]].
*[[Candi Gurah]], terletak di [[Gurah, Kediri]].
Baris 324 ⟶ 342:
*[[Candi Brongkah]], terletak di [[Pogalan, Trenggalek]].
*[[Candi Sadon]], terletak di [[Panekan, Magetan]].
*[[Kakawin Kresnayana]] ditulis oleh [[Mpu Triguna]].▼
*[[Kakawin Bharatayuddha]] ditulis oleh [[Mpu Sedah]] dan diselesaikan oleh [[Mpu Panuluh]].▼
*[[Kakawin Lubdhaka]] adalah karya [[Mpu Tanakung]].▼
*[[Kakawin Wrettasañcaya]] adalah karya [[Mpu Tanakung]].▼
*[[Kakawin Hariwangsa]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].▼
*[[Kakawin Bhomakawya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].▼
*[[Kakawin Gatotkachasraya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].▼
*[[Kakawin Smaradahana]] ditulis oleh [[Mpu Dharmaja]].▼
*[[Kakawin Sumanasantaka]] ditulis oleh [[Mpu Monaguna]].▼
|
*[[Prasasti Mataji]], (1051 M)
*[[Prasasti
*[[Prasasti Pupus]], ([[tinulad]]) Pojok, Semarang, Jawa Tengah (1100 M)
*[[Prasasti Tiru Kidul]], [[Tiru Kidul, Gurah, Kediri]],
*[[Prasasti Tapan]], [[Tapan, Kedungwaru, Tulungagung]],
*[[Prasasti Bulugledeg]], [[Bendo, Magetan]],
*[[Prasasti Karanggayam]], (1112 M)
*[[Prasasti Padlegan]], (1117 M)
Baris 345 ⟶ 357:
*[[Prasasti Sukorejo]], [[Puhpelem, Wonogiri]] (1131 M)
*[[Prasasti Besole]], (1132 M)
*[[Prasasti Pagiliran]], (1134 M) Talun, Blitar
*[[Prasasti Karangrejo]], (1134 M)
*[[Prasasti Bameswara]], (1135 M)
*[[Prasasti Hantang]], (1135 M) Malang
*[[Prasasti Talan]], (1136 M)
*[[Prasasti Jepun]], (1144 M)
Baris 361 ⟶ 373:
*[[Prasasti Ceker]], (1185 M)
*[[Prasasti Sapu Angin]], (1190 M)
*[[Prasasti Galunggung]], (1194 M) ▼
*[[Prasasti Kamulan]], (1194 M)
*[[Prasasti Palah]], (1197 M)
*[[Prasasti Pamotoh]], (1198 M)
*[[Prasasti Subhasita]]/Mleri II, (1198 M)
*[[Prasasti Biri]], (1202 M)
*[[Prasasti Tuliskriyo]], (1202 M)
*[[Prasasti Sumberingin]], (1204 M)
*[[Prasasti Lawadan]], (1205 M)
*[[Prasasti Cemandi]], (1205 M)
*[[Prasasti Dieng VIII]], (1208 M)
*[[Prasasti Merjosari]], (1216 M)
*[[Prasasti
|
*[[Gua Selomangleng]], terletak di [[Mojoroto, Kediri]].
Baris 382 ⟶ 395:
*[[Situs Tondowongso]], [[Gayam, Gurah, Kediri]], ditemukan pada awal tahun 2007 diyakini sebagai peninggalan dari kerajaan Kadiri.
*[[Situs Adan-Adan]], terletak di desa [[Adan-adan, Gurah, Kediri]]. Yang memiliki bermacam temuan benda-benda bersejarah seperti batuan fondasi [[candi]], [[makara]], sistem pertirtaan (pengairan) diduga [[embung]], pecahan [[keramik]] dan beberapa [[arca]] peninggalan era kerajaan Panjalu dan Tumapel.
▲|
▲*[[Kakawin Kresnayana]] ditulis oleh [[Mpu Triguna]].
▲*[[Kakawin Bharatayuddha]] ditulis oleh [[Mpu Sedah]] dan diselesaikan oleh [[Mpu Panuluh]].
▲*[[Kakawin Lubdhaka]] adalah karya [[Mpu Tanakung]].
▲*[[Kakawin Wrettasañcaya]] adalah karya [[Mpu Tanakung]].
▲*[[Kakawin Hariwangsa]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].
▲*[[Kakawin Bhomakawya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].
▲*[[Kakawin Gatotkachasraya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].
▲*[[Kakawin Smaradahana]] ditulis oleh [[Mpu Dharmaja]].
▲*[[Kakawin Sumanasantaka]] ditulis oleh [[Mpu Monaguna]].
|}
|