Sistem Satuan Internasional: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
Dikembalikan ke revisi 23067845 oleh InternetArchiveBot (bicara) (TW)
Tag: Pembatalan
Menambahkan referensi untuk kasus Indonesia
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Peta SI|desc=y}}
[[Berkas:International System of Units Logo.png|jmpl|ka|264px|alt=Logo Satuan SI|Ketujuh [[satuan pokok SI]].
<br/>
{| style="margin-left:auto; margin-right:auto;"
|-
! Simbol !! Nama !! Besaran
|-
| style="text-align: center;" | s || [[detik]] || waktu
|-
| style="text-align: center;" | m || [[meter]] || panjang
|-
| style="text-align: center;" | kg || [[kilogram]] || massa
|-
| style="text-align: center;" | A || [[ampere]] || arus listrik
|-
| style="text-align: center;" | K || [[kelvin]] || suhu termodinamika
|-
| style="text-align: center;" | mol || [[mol]] || jumlah zat
|-
| style="text-align: center;" | cd || [[kandela]] || intensitas cahaya
|-
|}
]]
 
[[Berkas:Metric system adoption map.svg|jmpl|Tiga negara: [[Amerika Serikat]], [[Myanmar]] dan [[Liberia]] yang belum mengikuti sistem SI.]]
Baris 612 ⟶ 591:
|archive-url = https://web.archive.org/web/20130514063919/http://www.bipm.org/en/committees/cc/ccu/ccu_criteria.html
|dead-url = yes
}}</ref><ref group = "Note">Badan internasional lain ini diantaranya:
 
* [[Organisasi Standardisasi Internasional]] (ISO)
* [[Institut Standar dan Teknologi Nasional]] (NIST) (Amerika Serikat)
Baris 677 ⟶ 657:
|pages = 307–322
|accessdate = 7 January 2013}}</ref>]]{{main|Sejarah sistem metrik}}
[[Sistem metrik]] pertama kali diimplementasikan ketika [[Revolusi Prancis]] (1790-an) dengan hanya [[meter]] dan [[kilogram]] sebagai [[Standar (metrologi)|standard]] dari [[panjang]] dan [[massa]].<ref group="Note">[[Massa versus berat|Perbedaan antara "massa" dan "berat"]] baru muncul tahun 1901.</ref> Tahun 1830-an [[Carl Friedrich Gauss]] memunculkan dasar untuk sebuah sistem yang [[koherensi (satuan pengukuran)|koheren]] berbasis panjang, massa, dan waktu. Tahun 1860-an sekelompok orang dengan bantuan [[Asosiasi Kemajuan Sains Inggris]] (''British Association for the Advancement of Science'') merumuskan persyaratan untuk sebuah sistem satuan koheren dengan [[satuan pokok SI|satuan pokok]] dan [[satuan turunan SI|satuan turunan]]. Masuknya [[listrik|satuan listrik]] ke dalam sistem ini terhambat oleh begitu banyaknya satuan yang berbeda-beda, hingga tahun 1900 ketika [[Giovanni Giorgi]] mengidentifikasi perlunya mendefinisikan satu besaran listrik tunggal sebagai besaran pokok keempat.
 
Tahun 1875, [[Traktat Meter]] meloloskan pertanggungjawaban untuk memverifikasi kilogram dan meter untuk menarik kontrol dari pemerintah Prancis menjadi internasional. Tahun 1921, traktat ini diperlukas untuk semua [[besaran fisika]] termasuk satuan listrik yang awalnya didefinisikan tahun 1893.
Baris 860 ⟶ 840:
 
=== Menuju SI ===
{{Main|Metrikasi}}[[Berkas:SI-metrication-worldMetrication by year map.pngsvg|jmpl|ka|Peta dunia menunjukkan metrikasi, dengan kode warna menurut tahun konversi: dari tahun 1800 (hijau) sampai 1980 (merah). Hitam menandakan negara yang belum mengadopsi sistem-SI: Myanmar, Liberia, dan Amerika Serikat. Kanada dan Britania Raya keduanya memiliki penggunaan yang luas untuk kedua sistem satuan (metrik dan imperial), seperti batas kecepatan di Inggris dan laporan tinggi badan di Kanada.]]
 
Pada abad ke-19 ada 3 sistem satuan yang berbeda digunakan untuk pengukuran listrik: [[Sistem satuan sentimeter–gram–sekon#Satuan elektrostatis (ESU)|sistem berbasis CGS untuk satuan elektrostatis]], [[Sistem satuan sentimeter–gram–sekon#Satuan elektromagnetik (EMU)|sistem berbasis CGS untuk satuan elektromekanik]] (EMU) dan [[sistem satuan MKS]] ("sistem internasional")<ref>{{cite book
Baris 1.009 ⟶ 989:
Semua definisi lain dari hasil resolusi CPGM atau CIPM dapat dilihat di ''Brosur SI''.
|}
 
== Satuan SI di Indonesia ==
Di Indonesia, satuan sudah dikenal sejak [[Majapahit|zaman Majapahit]]. Jarak dan luas permukaan bidang diukur menggunakan rentang tangan dan kaki sedangkan untuk berat dan volume masyarakat memakai patokan bumbung hingga batok kelapa. Menurut budayawan [[Kabupaten Mojokerto|Mojokerto]] Putut Nugroho, satuan ukuran mulai dikenal secara luas di wilayah Indonesia pada abad antara 9 dan 10 masehi yang dibuktikan berdasarkan budaya masyarakat [[Medang|Mataram Kuno]] di wilayah Jawa Tengah yang menggunakan satuan [[Fatom|depa]] dan [[hasta]] untuk bidang berupa panjang dan lebar. Satuan ini dinamakan depa siwa (2,5 meter – 3 meter) dan masih dipakai di Bali dengan nama depa agung. Satuan hasta juga menggunakan lengan. Yakni jarak antara siku dengan ujung jari. Satu hasta, jika dibandingkan dengan ukuran yang dikenal sekarang sama dengan 40 – 45 sentimeter. Selain hasta dan depa, dikenal juga ukuran satu tombak. Satuan-satuan ini digunakan masyarakat secara luas untuk berbagai urusan dari mengukur rumah hingga bidang sawah.<ref name=":0">{{Cite web|last=Nugroho|first=Yulianto Adi|title=Satuan Ukur Era Majapahit, Gunakan Hasta hingga Batok Kelapa - Radar Mojokerto|url=https://radarmojokerto.jawapos.com/sejarah-mojopedia/822968079/satuan-ukur-era-majapahit-gunakan-hasta-hingga-batok-kelapa?page=all|website=Satuan Ukur Era Majapahit, Gunakan Hasta hingga Batok Kelapa - Radar Mojokerto|language=id|access-date=2024-11-30}}</ref>
 
Tak hanya soal jarak, penduduk saat itu juga mengenal berbagai ukuran berat dan volume. Seperti satuan catu yang berupa batok kelapa dan satuan batang menggunakan satu ruas bambu.Satu catu sama dengan 300 – 400 mililiter atau cc. Ukuran ini biasanya dipakai untuk aktivitas perdagangan seperti menimbang beras. Pada akhir era Majapahit (abad 15 masehi), muncul ukuran sukat yang setara dengan 4 catu. Objek yang diukur dengan sukat berupa benda cair seperti arak, tuak, serbat (minuman degan) dan juga zat padat dalam jumlah banyak. Satuan turunan dari catu juga menciptakan satuan bernama nalih yang setara dengan 8 sukat. Selain itu, muncul juga ukuran berdasarkan genggaman tangan dengan nama agem dan atau rakut.<ref name=":0" />
 
Satuan ukuran di zaman Majapahit tidak hanya terkait kebutuhan transaksional. Terdapat ukuran untuk proses pembuatan produk logam dan emas berdasarkan berapa kali tempaan dan ububan.<ref name=":0" />
 
Selain itu, di dalam budaya Bali, juga terdapat satuan ukur. Untuk satuan panjang, terdapat depa siwa (2,5 meter – 3 meter) dan masih dipakai di Bali dengan nama depa agung. Selain depa agung, juga terdapat satuan lain seperti:
 
# Acengkang atau alengkat merupakan satuan ukur menggunakan ujung telunjuk sampai ujung ibu jari tangan yang direntangkan,
# Agemel merupakan satuan ukur menggunakan keliling tangan yang dikepalkan, Akacing diukur menggunakan pangkal sampai ujung jari kelingking tangan kanan,
# Atapak batis adalah pengukuran menggunakan panjang telapak kaki,
# Atapak batis ngandang merupakan satuan ukur yang menggunakan lebar telapak kaki,
# Atengen Depa Agung adalah satuan ukur yang diukur dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan yang direntangkan,
# Atengen Depa Alit yaitu satuan ukur yang diukur dari pangkal lengan sampai ujung tangan yang dikepalkan,
# Duang jeriji adalah satuan ukuran yang diukur dari lingkar dua jari (jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan),
# Petang jeriji atau empat jari merupakan satuan ukur menggunakan lebar empat jari (telunjuk, jari tengah, jari manis, kelingking) yang dirapatkan,
# Atampak lima adalah satuan ukur yang diukur selebar telapak tangan yang dibuka dengan jari rapat.
 
Penggunaan satuan ukur tersebut pada dasarnya menyesuaikan anatomi tubuh dari pemilik rumah (orang yang dituakan atau yang tinggal di rumah tersebut) apabila digunakan di dalam pembangunan rumah adat Bali.<ref>{{Cite web|last=Times|first=I. D. N.|last2=Budiadnyana|first2=Ari|title=10 Satuan Ukuran Arsitektur Untuk Membuat Bangunan Tradisional Bali|url=https://bali.idntimes.com/science/discovery/ari-budiadnyana/satuan-ukur-bangunan-tradisional-bali-c1c2?page=all|website=IDN Times Bali|language=In-Id|access-date=2024-11-30}}</ref>
 
Budaya lain yang mengenal pengukuran yang menjadi dasar Satuan Internasional adalah budaya Minangkabau, Nias, Melayu, Toraja, Sasak, Dayak dan suku-suku lainnya.<ref>{{Cite web|title=Satuan Ukuran Tradisional di Minangkabau dari Alam hingga Pengaruh Barat|url=https://www.rri.co.id/daerah/1016038/satuan-ukuran-tradisional-di-minangkabau-dari-alam-hingga-pengaruh-barat}}</ref> Dasar-dasar dari pengukuran tersebut pada dasarnya mencakup pengukuran dimensi atau panjang (m) serta massa atau beban (kg) serta besaran turunan terkait.<ref>{{Cite web|title=ALAT UKUR & TAKARAN SUKU DAYAK » Budaya Indonesia|url=https://budaya-indonesia.org/ALAT-UKUR-TAKARAN-SUKU-DAYAK|website=budaya-indonesia.org|access-date=2024-11-30}}</ref><ref>{{Cite web|last=UII|first=Chemistry|date=2010-07-20|title=Sumbangan Metrologi untuk Peradaban|url=https://chemistry.uii.ac.id/sumbangan-metrologi-untuk-peradaban/|website=Program Studi Kimia Fakultas MIPA UII|language=id|access-date=2024-11-30}}</ref>
 
== Lihat pula ==